Desa Kerajinan Wisata Minat Khusus

mempunyai minat khusus tertarik dengan wisata ini. Di desa wisata kerajinan tersebut wisatawan dapat melakukan kegiatan belajar membuat produk-produk kerajinan tertentu khususnya yang terbuat dari bambu. Desa wisata Brajan terletak di Sendangagung Minggir Sleman Yogyakarta. Asal mula desa ini diambil dari nama Kyai Brojo Setiko yang merupakan cikal bakal atau orang yang pertama menetap di desa tersebut. Walaupun Brajan hanya sebuah desa kecil, namun masyarakatnya telah memiliki karya yang tidak hanya dikenal di Indonesia, namun juga telah menembus pasar internasional. Karya yang khas dari desa ini adalah kerajinan bambu. Kerajinan Bambu merupakan salah satu industri kreatif di Kabupaten Sleman yang memiliki nilai seni dan budaya yang sangat tinggi serta digemari banyak wisatawan baik nusantara maupun mancanegara. UKM Kerajinan Bambu merupakan icon Dusun Brajan sebagai Desa Wisata Budaya dan Sentra Kerajinan Bambu di Kabupaten Sleman. Lokasi Workshop UKM terletak di Dusun Brajan Desa Sendangagung Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman atau sebelah barat Kota Yogyakarta. Beberapa UKM merupakan Mitra Binaan PT JASA RAHARDJA, Universitas Islam Indonesia dan didukung oleh DIKTI RI dengan pengembangan pada aspek desain, teknologi produksi dan pemasaran. Produk-produk UKM Brajan sangat digemari karena memiliki keunggulan pada kualitas dan seni yang tinggi high quality. Keunggulan Produk Bambu brajan pada desain produk yang selalu baru dan senantiasa mengikuti trend market eskpor karena di desain oleh desainer profesional. Proses produksi UKM di brajan didukung dengan ketersediaan lebih dari 100 perajin dan teknologi produksi, pengawetan dan pengeringan bambu yang efektif, efisien dan ramah lingkungan. Siap melayani berbagai pesanan order dalam jumlah besar via langsung dan online melalui website. Tabel. 5.16. Desa Kerajinan INFORMASI UMUM  Nama Objek Desa Wisata Kerajinan Mbrajan  Lokasi Desa Sendangagung Kecamatan Minggir  Jenis Objek Wisata minat khusus kerajinan  Deskripsi objek Di desa Brajan sebagai besar penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai perajin bambu. Awalnya jenis kerajinan yang dihasilkan tidak banyak jenisnya, hanya berupa besek dan ceting atau tempat nasi. Namun seiring dengan perkembangan jaman kerajinan bambu mengalami deversifikasi hingga saat ini. telah menghasilkan lebih dari 110 jenis kerajinan bambu. Disamping menjual produk, wisatawan juga diberi kesempatan untuk mengikuti workshop pembuatan produk kerajinan.  Status pengembangan Baru berkembang Daya Tarik  Daya tarik utama Workshop membuat kerajinan dari bambu yang dilakukan dengan singkat, wisatawan pulang dengan sudah membahwa hasil kerajinanya.  Keragaman daya tarik tarik Banyak produk kerajinan bambu yang bisa dihasilkan oleh wisatawan ketika mengikuti workshop, daya tariknya adalah mengikuti workshop kerajinan sekaligus menikmati suasana pedesaan.  Potensi Sosial Budaya Melibatkan banyak tenaga kerja dan sumber daya masyarakat, tenaga kerja dan instruktur menjadi potensi sosial budaya. Aksesibilitas Dari kota Yogyakarta ambil jalan yang mengarah ke Godean dan Minggir, sesampai di perempatan Minggir belok kanan menuju desa Sendangagung. Sarana dan Prasarana Jalan halus beraspal dan terdapat rambu-rambu petunjuk jalan yang lengkap. Aspek Pasar Pasar sudah ada baik internasional maupun nasional Investasi Masyarakat, belum ada sektor swasta Sumber : diolah dari hasil observasi dan dokumentasi

5.1.4. Pariwisata-Bencana Volcano Tour Merapi

Studi yang mengambil topik pariwisata-bencana ini mengambil lokasi di ODTW yang terkena bencana dan sekaligus memunculkan ODTW baru. Untuk keperluan itu maka perlu disampaikan deskripsi mengenai ODTW yang menjadi obyek penelitian. Obyek wisata yang diambil menjadi kasus dalam penelitian ini adalah volcano tour Merapi karena dianggap sebagai representasi dari destinasi pariwisata-bencana. Wisata volcano tour Merapi dapat dikategorikan sebagai wisata alam dengan bercirikan pegunungan dan berada di lereng Gunung Merapi yang merupakan gunung teraktif di Indonesia. Lokasi ini cocok untuk studi pariwisata-bencana karena memang di daerah ini sampai sekarang masing termasuk dalam kawasan rawan bencana. Sebagian besar ODTW masih berada di kawasan zone 1, malah ada yang masuk forbidden zone.

5.1.4.1. Kebijakan Pariwisata-Bencana Di Kabupaten Sleman

Kabupaten Sleman yang secara geografis wilayahnya berada di sekitar Gunung Merapi yang dikenal gunung teraktif di Indonesia, sebenarnya sudah mempunyai kebijakan tentang pariwisata-bencana. Kebijakan tersebut tertuang dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan RIPK tahun 2012-2016 yang menggolongkan kawasan bencana menjadi : 1. Daerah terlarang forbidden zone, merupakan daerah yang paling dekat dengan sumber bahaya dan mudah terlanda awan pans, daerah ini harus dikosongkan, luas daerah terpengaruh bencana alam Gunung Merapi seluas 749,3 ha. 2. Daerah bahaya I first danger zone, daerah bahaya 1 merupakan daerah yang potensial terlanda jatuhnya bom gunung api yang masih membara piroclastic fall, yang ditetapkan berdasarkan peristiwa letusan masa lampau. 3. Daerah bahaya II second danger zone, daerah bahaya 2, merupakan daerah yang berada di dalam atau di dekat lembah yang berhulu di puncak, dan dapat dilanda lahar hujan, sebagian besar daerah bahaya ini berada di wilayah Kabupaten Sleman, daerah bahaya 2 juga terdapat di wilayah Kota Yogyakarta. Dari klasifikasi bahaya tersebut banyak ODTW di Kabupaten Sleman yang masuk dalam kawasan bahaya 1, dan beberapa ODTW yang berada di lereng Merapi termasuk dalam kawasan terlarang forbidden zone. Dari kondisi obyektif yang seperti ini, Pemerintah Kabupaten Sleman berpegangan pada Undang-undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan Perpres No. 70 tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Gunung Merapi. Sesuai dengan ketentuan dalam UU 242007, pemerintah Kabupaten Sleman membuat perencanaan mitigasi bencana dimana pada kawasan terlarang tidak boleh ada bangunan permanen dan tentu saja bebas dari aktivitas apapun. Di dalam rencana induk penanggulangan bencana disebutkan bahwa untuk mengurangi resiko bencana di kawasan terlarang tidak boleh dihuni dan dipergunakan untuk aktivitas apapun. Pada kondisi normal di kawasan terlarang dipergunakan hanya untuk aktivitas yang sifatnya sementara. Demikian juga di dalam Perpres 702014 disebutkan bahwa kawasan terlarang sebagaimana disebutkan diatas masuk dalam kawasan rawan bencana. Dimana kalau masuk dalam kawasan rawan bencana menurut perpres tersebut harus terbebas dari kemungkinan dampak bencana. Rawan bencana adalah suatu kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan untuk mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Sesuai dengan ketentuan tersebut maka untuk mengatur tentang terjadinya pariwisata-bencana di Kabupaten Sleman, khususnya di volcano tour Merapi maka Bupati menerbitkan Surat Rekomendasi Bupati. Surat Rekomendasi Bupati Sleman No. 556 0063 tanggal 12 Januari 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Wisata Vulcano Tour Kecamatan Cangkringan sebagai basis regulasi kebijakan pengelolaan pariwisata- bencana. Surat rekomendasi ini ditujukan kepada Kepala Desa Umbulharjo, Kepala Desa Kepuharjo, Kepala desa Glagaharjo, Kepala Desa Argomulyo, dan Kepala Desa Wukirsari di Kecamatan Cangkringan. Isi surat Rekomendasi ini pada intinya adalah perintah Bupati kepada Kepala Desa tersebut di atas untuk melakukan pengelolaan dan pengaturan Kawasan Vulcano Tour di wilayah masing-masing yang berlaku sampai dengan tanggal 15 Maret 2011. Sesudah masa berlakunya pengelolaan dan pengaturan Kawasan Vulcano Tour berakhir disusul dengan Surat Perpanjangan Rekomendasi Bupati Sleman No. 590 590 tanggal 8 Maret 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Wisata Vulcano Tour Kecamatan Cangkringan.

Dokumen yang terkait

Skripsi STRATEGI KOMUNIKASI PEMULIHAN CITRA PARIWISATA JOGJA PASKA BENCANA ERUPSI MERAPI (Studi Deskriptif Kualitatif terhadap Upaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman, dan Badan Promosi Pariw

0 2 16

PENDAHULUAN STRATEGI KOMUNIKASI PEMULIHAN CITRA PARIWISATA JOGJA PASKA BENCANA ERUPSI MERAPI (Studi Deskriptif Kualitatif terhadap Upaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman, dan Badan Promosi P

3 13 46

KESIMPULAN DAN SARAN STRATEGI KOMUNIKASI PEMULIHAN CITRA PARIWISATA JOGJA PASKA BENCANA ERUPSI MERAPI (Studi Deskriptif Kualitatif terhadap Upaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman, dan Badan

0 3 23

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG BENCANA MERAPI TERHADAP CITRA PARIWISATA YOGYAKARTA PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG BENCANA MERAPI TERHADAP CITRA PARIWISATA YOGYAKARTA PASCA BENCANA MERAPI 2010 (StudiEksplanasiKuantitatifterhadapWisatawanDomest

0 3 20

PENDAHULUAN PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG BENCANA MERAPI TERHADAP CITRA PARIWISATA YOGYAKARTA PASCA BENCANA MERAPI 2010 (StudiEksplanasiKuantitatifterhadapWisatawanDomestik).

0 2 56

PENUTUP PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG BENCANA MERAPI TERHADAP CITRA PARIWISATA YOGYAKARTA PASCA BENCANA MERAPI 2010 (StudiEksplanasiKuantitatifterhadapWisatawanDomestik).

0 2 9

Manajemen Bencana Erupsi Gunung Merapi Oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sleman.

2 8 197

Image Recovery Pariwisata- Bencana di Lereng Merapi Dengan Memanfaatkan Teknologi Informasi

0 0 11

DAMPAK BENCANA MERAPI TERHADAP USAHA SAPI PERAH DI KABUPATEN SLEMAN

0 0 10

Pengurangan Risiko Bencana dalam Pengelolaan Pariwisata di Kota Sabang Propinsi Aceh

0 0 10