5.2.3. Kolaborasi Dalam Shared Vision
Setiap organisasi baik itu swasta maupun pemerintah selalu mempunyai gambaran masa depan yang ingin dicapai, demikian juga bentuk kerjasama meskipun
bersifat sederhana pasti mempunyai gambaran masa depan yang akan diwujudkan secara bersama-sama. Dalam wacana manajemen strategis hal tersebut dikenal dengan
istilah visi bersama shared vision. Shared vision ini merupakan pondasi atau dasar untuk dikembangkan lebih lanjut mengenai bentuk-bentuk kerjasama, tanpa adanya
shared vision maka seluruh proses yang bersifat kolaboratif tidak akan bisa berjalan. Perlunya dirumuskan visi kepariwisataan di Kabupaten Sleman adalah agar
dapat digunakan sebagai pengendali pembangunan kepariwisataan. Disamping itu juga adanya kebutuhan untuk :
1. Memperjelas arah dan strategi pembangunan yang jelas dan terarah, 2. Memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mengatasi tantangan ke depan,
3. Mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan, 4. Menumbuhkan komitmen dari seluruh stakeholder yang terkait dengan
pariwisata daerah, dan 5. Menjamin kesinambungan sistem yang dapat dipacu oleh stakeholder yang
berubah kepemimpinannya.
5.2.3.1. Perumusan Visi Kepariwisataan
Secara formal visi kepariwisataan Kabupaen Sleman tercantum dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan RIPK Tahun 2012 - 2016. Proses perumusan
visi bersama di sektor publik memerlukan tahapan tertentu yang diatur oleh peraturan perundangan. Demikian juga ketika harus merumuskan visi kepariwisataan diperlukan
adanya tahapan dengan mengacu pada dokumen-dokumen perencanaan lainnya. Penyusunan visi kepariwisataan tidak bisa lepas dari visi-visi yang ada di dokumen
perencanaan lainnya, terdapat beberapa dokumen perencanaan sebagai acuan untuk penyusunan visi kepariwisataan, yaitu Rencana Pembangunan Jangka Panjang RPJP,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM dan Perencanaan Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah Renstra SKPD Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Di dalam RPJP Kabupaten Sleman yang ditetapkan melalui Praturan Daerah Nomor 7 tahun 2005 yang periodisasi perencanaannya mulai tahun 2006 – 2025
dirumusan visi sebagai berikut :“Terwujudnya masyarakat Kabupaten Sleman yang sejahtera, demokratis,dan berdaya saing”.Ketiga kondisi tersebut mempunyai makna :
1. Sejahtera, perwujudan keadaan masyarakat yang maju dan tercukupi kebutuhan lahiriah dan batiniah yang ditandai dengan meningkatnya
kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat karena terpenuhinya kebutuhan ekonomi, sosial, dan religius.
2. Demokratis, perwujudan komitmen untuk melembagakan pelibatan yang membuka ruang bagi semua elemen masyarakat untuk turut serta
dalam kebijakan dalam rangka mencapai kesejahteraan masyarakat. 3. Berdaya saing, perwujudan keadan masyarakat yang sejahtera memiliki
keunggulan komparatif dan kompetitif, sehingga mampu bersaing secara sehat dengan didasari oleh kekayaan akan potensi dan permasalahan yang
dimiliki untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat secara berkelanjutan. Dari visi tersebut yang merupakan gambaran masa depan untuk 20 tahun
mendatang sebagaimana ditetapkan dalam RPJP, maka diperlukan tahapan 5 lima tahunan untuk mencapainya. Pemerintah Kabupaten Sleman mempunyai visi lima
tahunan sebagaimana yang tercantum dalam RPJMD tahun 2011 – 2015, sebagai berikut : “Terwujudnya masyarakat Sleman yang lebih sejahtera lahir batin, berdaya
saing, dan berkeadilan gender pada tahun 2015” Penjelasan dari visi tersebut sebagaimana penjelasan berikut ini :
1. Masyarakat Sleman yang lebih sejahtera lahir dan batin adalah masyarakat yang lebih sehat, cerdas dan berkemampuan ekonomi memadai sehingga
dapat mengembangkan kehidupan sosial dan spiritualnya dengan baik. Secara kuantitatif keadaan ‘lebih’ ini terwujud dalam angka pencapaian
Indeks Pembangunan Manusia IPM yang pada tahun sebelumnya adalah 78 diharapkan menjadi 80 pada akhir tahun 2015.
2. Masyarakat Sleman yang lebih berdaya saing adalah masyarakat yang mampu memanfaatkan keunggulan komparatif
secara efektif
dan mampu menciptakan keunggulan kompetitif sehingga dapat bersaing
secara sehat dengan lingkungan lokal, regional dan internasional. Secara kuantitatif pencapaian dari daya saing ini terwujud dalam
peningkatan pertumbuhan ekonomi menjadi 5,98.