commit to user 128
pindah ke atas kain, dengan adanya pengarahan dan masukan-masukan dari guru siswa mampu membuat karya batik yang digunakan sebagai
taplak meja kecil secara kelompok. Hal ini menunjukkan peningkatan hasil karya yang sebelum penelitian hanya mengambar dikertas saja setelah
dilaksanakan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran CTL dapat meningkat menjadi sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Keterkaitan Antara Model Pembelajaran CTL dengan Proses
Pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pendapat Johnson dalam bukunya yang berjudul
Contextual Teaching and Learning
terdapat tujuh indikator yang telah diterapkan di dalam penelitian ini, yaitu:
a. Pada Tahap
Konstruktivism
Sebelum dilakukan penelitian tindakan dengan menggunakan model pembelajara CTL, siswa hanya memperoleh pengetahuan dan pemahaman
yang diberikan oleh guru. Dalam model pembelajaran CTL ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan observasi dan pengamatan terhadap contoh-
contoh hasil karya batik. Siswa melakukan pengamatan terhadap benda-benda yang terdapat disekitar siswa untuk dijadikan sumber ide dalam membuat
motif batik. Berdasarkan observasi dan pengamatan yang dilakukan siswa, siswa mampu mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka masing-masing
dan menerapkannya kedalam motif batik. b.
Pada Tahap
Inquiry
Sebelum dilakukan penelitian tindakan dengan menggunakan model pembelajara CTL, siswa hanya melihat hasil karya yang ditunjukkan oleh guru
didepan kelas. Sedangkan dalam model pembelajaran CTL ini siswa dapat melakukan observasi dan mengamati, serta mendiskusikan batik yang telah
diamati, kemudian siswa menemukan masalah pada batik yang diamati, siswa membuat pertanyaan-pertanyaan tentang masalah yang diperoleh dari hasil
commit to user 129
pengamatan, siswa menganaliasis, siswa memecahkan masalah, dan siswa membuat kesimpulan sendiri
inquiry.
c. Pada Tahap
Questioning
Sebelum dilakukan penelitian tindakan dengan menggunakan model pembelajara CTL, pada waktu guru memberikan siswa hanya pasif dan
menjadi pendengar saja. Sedangkan dalam model pembelajaran CTL ini siswa lebih aktif dengan mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh guru mengenai pengertian batik, bahan dan alat yang digunakan untuk membatik. Seperti misalnya pertanyaan yang diajukan oleh
siswa: ”kenapa malam yang digunakan untuk membatik harus mendidih?”, ”kenapa waktu membatik malamnya harus tembus pada kain?”, ”kenapa kain
batik harus dilorot?”. Sedangkan contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru:
”apa saja alat yang digunakan untuk membatik?”, ”sebutkan bahan yang digunakan untuk mewarnai batik?”, ”sebutkan nama daerah penghasil batik di
In donesia?”, dan lain sebagainya.
Kegiatan bertanya berguna untuk: 1 menggali informasi, 2 menggali pemahaman siswa, 3 membangkitkan respon kepada siswa, 4 mengetahui
sejauh mana keingintahuan siswa, 5 mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6 memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7
membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
Selain itu guru dapat mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian siswa
bersama-sama dengan guru dapat mengatasi berbagai macam kendala yang dihadapi tersebut, supaya kedepannya proses pembelajaran dapat dilaksanakan
lebih baik. d.
Pada Tahap
Learning Community
Sebelum dilakukan penelitian tindakan dengan menggunakan model pembelajara CTL, dalam mengerjakan tugas kegiatan siswa monoton karena
siswa mengerjakan tugas sendiri ditempat duduk masing-masing. Hal demikian menyebabkan siswa bosan, malas, dan kurang aktif dalam mengikuti
commit to user 130
proses pembelajaran. Sedangkan dalam model pembelajaran CTL ini siswa dibentuk dalam kelompok belajar kecil yang terdiri dari 4 orang siswa.
Pada siklus I siswa dibentuk kelompok kecil untuk mengerjakan tugas individu mereka, hal ini bertujuan agar siswa dapat dengan bebas berinteraksi
dan bertukar pendapat dengan teman yang lainnya, dan membangun rasa tanggungjawab terhadap tugas individu. Pada siklus II siswa dibentuk
kelompok kecil untuk mengerjakan tugas secara kelompok, dengan tujuan agar siswa mampu menumbuhkan rasa tanggungjawab individu dalam
kelompok, membangun kerjasama dengan rekan satu kelompok, dan saling membantu mengatasi kendala-kendala yang ada dalam kelompok.
e. Pada Tahap
Modeling
Sebelum dilakukan penelitian tindakan dengan menggunakan model pembelajara CTL, guru hanya memberi contoh menggambar dipapan tulis
saja, sedangkan contoh-contoh hasil karya tidak diberikan kepada siswa. Sedangkan dalam model pembelajaran CTL ini guru memberikan contoh-
contoh hasil karya batik untuk diamati, guru secara langsung melakukan metode demonstrasi dengan membuat motif batik dipapan tulis, di atas kain,
membatik dengan teknik mencanting, dan mewarnai motif batik dengan teknik
colet.
Selain itu siswa diberi kesempatan oleh guru untuk ikut seta dalam menggunakan peralatan untuk membatik.
Tujuan dilakukan
modeling
adalah untuk
memberikan percontohanpermodelan kepada siswa, sehingga siswa dapat ikut
berpartisipasi mencoba hal-hal yang belum pernah dilakukanya. Dengan demikian siswa akan lebih mudah dalam mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru. f.
Pada Tahap
Reflection
Sebelum dilakukan penelitian tindakan dengan menggunakan model pembelajara CTL, setelah proses pembelajaran usai guru hanya menanyakan
kesulitan-kesulitan apa saja yang dihadapi oleh siswa tanpa membahas lagi materi yang telah selesai dipelajari. Sedangkan dalam model pembelajaran
CTL ini guru mengajak siswa melihat kembali atau merespon materi batik
commit to user 131
yang telah disampaikan oleh guru, kegiatan dan pengalaman yang diperoleh siswa siswa mulai dari menentukan motif batik, membuat rancangan motif
batik, mencanting motif batik, mewarnai motif batik dengan teknik
colet,
merendam kain batik dalam
waterglass, melorot
kain batik dengan menggunakan air panas, melunturkan sisa malamlilin yang masih menempel
pada kain, baik itu bekerja secara individu maupun secara kelompok. Tujuan diadakan
reflection
adalah untuk mengidentifikasi masalah atau kendala-kendala yang dihadapi oleh siswa selama mengikuti proses
pembelajaran. Dengan adanya
reflection
ini guru bersama-sama dengan siswa mengatasi kendala-kendala yang dihadapi, dan membuat kesimpulan
mengenai pembelajaran membatik yang telah dilaksanakan. g.
Pada Tahap
Authentic Assessment
Sebelum dilakukan penelitian tindakan dengan menggunakan model pembelajara CTL, guru hanya menggunakan penilaian akhir saja portofolio,
tanpa menilai aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, keterampilan siswa, dan kemampuan siswa dalam menerapkan teori yang
diperolehnya. Sedangkan dalam model pembelajaran CTL ini guru melakukan penilaian yang nyata
authentic assessment
dengan menggunakan keempat indikator yang telah ditentukan, yaitu: 1 Mempersiapkan bahan dan alat
untuk membuat batik: mempersiapkan alat untuk membuat motif batik, mempersiapkan bahan dan alat untuk membatik dengan teknik mencanting,
dan mempersiapkan bahan dan alat untuk mewarnai motif batik dengan teknik
colet.
2 Membuat rancangan motif batik: kreativitas kelancaran dalam membuat motif batik. 3 Membatik dengan teknik mencanting: penggunaan
canting, kematangan malam, dan erapian dan kebersihan dalam mencanting. 4 Mewarnai motif batik dengan teknik
colet:
teknik
mencolet,
teknik
menguncimengancing
warna
remazol,
perpaduan warna. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar
belajar atau tidak; apakah pengalaman belajar memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.
commit to user 132
Setelah dilaksanakan penelitian tindakan kelas
action research
dengan menggunakan penerapan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning
CTL yang telah dilaksanakan dengan dua siklus, hasil dari observasi dan analisis menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa kelas VI SD Negeri Mojosongo II
semester II tahun ajaran 2010 dinyatakan dapat meningkat.
commit to user
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan penerapan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning
CTL untuk meningkatkan prestasi belajar membatik siswa kelas VI SDN Mojosongo II Semester I tahun
ajaran 20102011 yang telah dilaksanakan dalam dua siklus, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Sebelum dilaksanakan penelitian tindakan siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM 66 adalah sebanyak 25 siswa atau 69,44 , sedangkan jumlah siswa
yang memeroleh nilai di atas KKM 66 adalah sebanyak 11 siswa atau 30,55 Dari tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus I dapat diketahui bahwa
pada siklus I indikator mampu mempersiapkan bahan dan alat untuk membatik, 80,55 siswa telah memenuhi indikator ketercapaian lebih dari 70 . Indikator
membuat rancangan motif batik, 72,22 siswa telah memenuhi indikator ketercapaian lebih dari 70 . Indikator membatik dengan teknik mencanting,
41,66 siswa belum mampu memenuhi indikator lebih dari 70 . Indikator mewarnai motif batik dengan teknik
colet
, 41,66 siswa mampu mewarnai motif batik dengan teknik
colet
belum mampu memenuhi indikator ketercapaian lebih dari 70 .
Hasil penelitian siklus I menampakkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa, akan tetapi peningkatan prestasi belajar siswa belum mampu memenuhi
indikator ketercapaian dalam penelitian ini yaitu 70 . Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CTL pada siklus I belum berhasil, sehingga perlu dilaksanakan siklus lanjutan yaitu siklus II. Perencanaan
siklus II didasarkan pada hasil observasi, analisis dan refleksi dari siklus I yaitu indikator mempersiapkan bahan dan alat untuk membatik, dan membuat
rancangan motif batik telah memenuhi target lebih dari 70 , untuk meningkatkan prestasi belajar siswa maka perlu dilakukan tindakan siklus II.
133