commit to user 43
1. Tindakan Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran membatik yang dilaksanakan di kelas VI serta keaktifan siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan dan pencatatan terhadap proses pembelajaran
dan hasil pembelajaran tersebut diperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai data awal bahwa siswa kelas VI SDN Mojosongo II sebanyak 36 siswa, sebagian
besar siswa belum mampu membuat batik. Bertolak dari kenyataan tersebut peneliti mengadakan konsultasi dengan Kepala Sekolah dan guru kelas mengenai
alternatif peningkatan prestasi belajar membatik siswa kelas VI SDN Mojosongo II, yaitu dengan melaksanakan pembelajaran membatik menggunakan model
pembelajaran
Contextual Teaching and Learning
CTL. Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP
tahun 2008 kelas VI tentang materi pelajaran membatik, peneliti sebagai guru pengampu mata pelajaran melakukan langkah untuk merencanakan pembelajaran,
antara lain: 1.
Memilih pokok bahasan atau indikator ketercapaian sesuai dengan silabus. Alasan memilih pokok bahasan atau indikator tersebut dikarenakan pokok
bahasanindikator mempersiapkan bahan dan alat untuk membatik, membuat rancangan motif batik, membatik dengan teknik mencanting, dan mewarnai
motif batik dengan teknik
colet,
harus betul-betul dikuasai siswa, karena hal tersebut sebagai dasar pengetahuan untuk melanjutkan tugas-tugas berikutnya,
dan didasarkan pada kurikulum yang berlaku. 2.
Menyusun pembelajaran berdasarkan indikator yang telah ditentukan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang disusun oleh peneliti pada
siklus I memuat 4 kali pertemuan, dilaksanakan selama 4 minggu mulai tanggal 24 Juli 2010 sampai dengan 14 Agustus 2010.
commit to user 44
b. Pelaksanaan Tindakan
1. Pertemuan pertama
Siklus : I satu
Haritanggal : Sabtu, 24 Juli 2010
Pertemuan pertama merupakan tahap awal pengenalan materi pada siswa tentang
materi tentang pengertian batik, berbagai macam jenis batik, alat dan
bahan serta proses pembuatan yang digunakan dalam membuat batik. Rancangan kegiatan proses pembelajaran dalam siklus I adalah sebagai berikut:
a. Pendahuluan
Meliputi kegiatan: guru membuka dan mengawali pelajaran dengan
melakukan presensi, hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui siswa yang hadir dan siswa yang tidak hadir
. b.
Kegiatan inti Meliputi kegiatan
guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan siswa dengan memberi penjelasan tentang model
pembelajaran
Contextual Teaching and Learning
CTL, Langkah-langkah model pembelajaran CTL
adalah sebagai berikut: ”1 konstruksivisme
konstruktivism
yaitu, membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal,
2 menemukan
inquiry
yaitu, proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman, 3 bertanya
questioning
yaitu, kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa,
4 masyarakat belajar
learning community
yaitu, sekelompok orang yang terkait dalam kegiatan belajar, 5 permodelan
modeling
yaitu, proses penampilan suatu contoh, 6 refleksi
reflection
yaitu, cara berpikir tentang apa yang telah dipelajari, 7 penilaian yang sebenarnya
authentic assessment
yaitu, mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa, penilaian produk hasil karya.” Sudrajat, 2009.
Guru memulai pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan ramah, terbuka, negosiasi yang terkait dengan dunia nyata
kehidupan siswa
daily life modeling,
dengan bertanya kepada siswa: pertanyaan pertama ”apakah kalian sudah pernah membatik?, jika sudah
tolong tunjukkan jari kalian”, jawaban dari hampir seluruh siswa secara
bersama- sama ”belum”, tetapi ada 5 orang anak yang menunjukkan jari
commit to user 45
telunjuk, yaitu: Apredhita, Zainal, Ery, Fauzi, dan Alfi, pertanyaan kedua ”apakah kalian tau apa itu batik?”, jawaban dari sebagian besar siswa
secara bersama- sama ”tau, batik itu kain”, pertanyaan ketiga ”apakah
kalian memiliki barang yang terbuat dari batik? Sebutkan”, jawaban dari sebagian besar siswa secara bersama-
sama ”punya, baju, seprei, taplak meja, kain jarik”, pertanyaan keempat ”apakah kalian menyukai batik?”,
jawaban dari sebagian besar siswa secara bersama- sama ”tidak”. Karena
siswa belum memahami batik, maka kalian tidak menyukai batik. Guru menyampaikan materi ajar tentang pengertian batik dengan
menggunakan metode ceramah. Kata batik berasal dari kata tik yang berarti keciltitik dapat diartikan juga menulis atau menggambar serba
rumit. Batik sama artinya dengan menulis, akan tetapi batik secara umum memiliki arti khusus yaitu melukis pada kain dengan menggunakan
lilinmalam dan alat yang digunakan untuk menorehkan malam pada kain yaitu canting. Canting adalah alat untuk membatik yang terbuat dari
tembaga atau kuningan dengan
gagang
yang terbuat dari kayu. Jenis canting ada bermacam-macam, diantaranya canting
ngengrengan, tembokan,
seret dua,
cecekan,
dan
isen.
Agar malam dapat mencair diperlukan wajan dan kompor atau
anglokeren
untuk melelehkannya. Dalam membatik malam yang digunakan harus mendidih, jika tidak panas
malam tidak dapat tembus pada kain dan akibatnya pada saat pewarnaan warna akan tercampur dan hasilnya warna tidak rapi. Untuk membatik
diperlukan
gawangan
yang terbuat dari kayu atau bambu. Motif yang terdapat pada kain batik sebagian besar adalah
tumbuhan, seperti pohon, ranting, daun, bunga dan akar, dan lain sebagainya. Motif hewan seperti burung, ikan, kupu-kupu, ular, dan lain
sebagainya. Selain tumbuhan dan hewan motif manusia, geometris, awan, gapura, rumah, dan lain sebagainya juga digunakan dalam membuat motif
batik. Batik yang modern menggunakan bahan pewarna yang beragam, mulai dari pewarna yang alamiah dari kunyit, soga, nila, kulit pohon, kulit
buah sampai bahan kimia seperti
wantex, napthol, remasol
dan
indigosol.
commit to user 46
Daerah-daerah penghasil batik antara lain adalah Cirebon, Priangan, Banjarnegara, Yogyakarta, Solo, Banyumas, Pekalongan,
Lasem, dan Madura. Batik Jawa banyak berkembang di daerah Solo atau yang biasa disebut dengan batik Solo. Batik dibuat dengan berbagai
macam jenis kain, seperti
birkolin, shantung, belacu,
sutera, katun, dan sebagainya. Kain mori dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu primisima,
prima, dan biru. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, dengan memakai batik pada saat mengikuti Konferensi
Perserikatan Bangsa Bangsa PBB. Menurut proses pembuatannya batik dapat dikelompokkan menjadi
beberapa jenis, yaitu batik tulis, batik
colet,
batik ikat celup, batik cap, dan batik
printing.
Batik tulis proses pembuatanya dengan cara tradisional dengan menggunakan canting. Batik
colet
proses pembuatannya menguaskan warna langsung diatas kain dengan menggunakan kuas. Batik
ikat celup atau jumputan yang proses pembuatannya dengan cara mengikat dan mencelupkan kain pada pewarna. Batik cap proses pembuatannya
dengan menggunakan capsetempel dari tembaga yang sudah dibentuk motif batik. Batik
printing
biasanya diproduksi pabrik dengan menggunakan
screen.
Teknik mencanting yang benar adalah dengan cara memegang
gagang
canting menggunakan jari tangan kanan hampir sama dengan menulis, sedangkan tangan kiri memegang kain yang telah diberi motif
batik. Beda antara memegang canting dan memegang pensil hanya pada posisi canting yang digunakan harus tidurdatar, sedangkan posisi pensil
jika digunakan untuk menulis harus berdiri atau miring. Jika posisi canting terlalu tegak atau terlalu miring, malamlilin yang ada di dalamnya akan
tumpah. Posisi tangan pada waktu memegang canting adalah miring, kemiringannya disesuaikan dengan kemiringan kain pada tangan kiri. Agar
tangan terhindar dari malam panas, maka tangan harus memegang
gagang
canting bagian tengah. Agar malamlilin yang digunakan dapat tembus pada kain, maka malamlilin harus benar-benar dalam keadaan yang panas.
commit to user 47
Jika malam tidak tembus dapat mengakibatkan motif batik tidak kelihatantidak jelas, sehingga berdampak pada pewarnaan dan hasil akhir.
Langkah-langkah pembuatan batik: 1 buatlah motif batik pada kain dengan menggunakan pensil, 2 lilinmalam direbus di atas wajan
dengan menggunakan anglokompor, 3 kemudian motif batik dengan menggunakan canting yang berisi lilinmalam sehingga cairan lilin
meresap ke dalam serat kain, 4 motif yang sudah selesai dibatik kemudian diberi pewarna sesuai dengan warna yang diinginkan dengan teknik
colet
menggunakan pewarna
remazol,
5 setelah proses pewarnaan selesai, kemudian kain batik direndam kedalam ember yang berisi
waterglass
selama ± 15 menit untuk memperkuat warna. Proses ini dinamakan
nguncingancing
warna agar warna tidak mudah luntur, 6 batik yang sudah selesai di
waterglass
diangin-anginkan selama 15 menit, 7 cucilah kain batik yang sudah selesai
dikuncidikancing
tersebut dengan menggunakan air bersih supaya waterglas luntur, 8 rebuslah air hingga
mendidih dengan menggunakan kompor dan panci, 9 masukkan kain batik ke dalam panci yang berisi air mendidih untuk melunturkan lilin dari
kain. Proses ini dinamakan
melorot
kain, 10 pada waktu
melorot
kain batik diaduk dengan menggunakan kayu, dan sering diangkat keatas
permukaan air. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam proses pelunturan lilinmalam, 11 setelah lilinmalam luntur, kemudian kain
batik dapat dikeringkan. Siswa melakukan observasi, dan mengamati hasil karya batik tulis,
batik cap, batik
printing,
batik
colet,
dan batik jumputancelup ikat.. Siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri berdasarkan apa yang
mereka amati
konstruktivism
. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil
dari mengingat, akan tetapi hasil dari menemukan sendiri setelah
melakukan observasi dan pengamatan, guru membimbing siswa untuk menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis,
mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan membuat kesimpulan
inquiry.
Dengan demikian siswa dapat menumbuhkan ide kreatif tentang
commit to user 48
batik. Siswa dibagi dalam kelompok kecil dan masing-masing kelompok terdiri dari empat orang siswa. Pada siklus I siswa dibagi dalam kelompok
dan melakukan diskusi. Aktivitas belajar secara kelompok dapat memperluas perspektif serta membangun kecakapan interpersonal untuk
berhubungan dengan orang lain Biarkan dalam kelompoknya mereka
saling membelajarkan; yang cepat belajar didorong untuk membantu yang lambat belajar, yang memiliki kemampuan tertentu didorong untuk
menularkannya pada
yang lain
learning community.
Guru mendemontrasikan cara membuat motif batik agar siswa dapat mencontoh
cara membatik yang benar memegang canting, mennorehkan malam, dan mewarnai motif batik dengan teknik
colet.
Pada tahap ini siswa dapat diikutsertakan untuk mencoba memegang canting yang benar, menorehkan
malam, dan mewarnai, hal ini bertujuan agar siswa tidak takut memegang alat-alat yang mungkin masih baru bagi mereka
modeling
. Guru memberikan penugasan: buatlah batik dengan motif bebas
pada kain dengan finishing pewarnaan dengan teknik
colet,
dengan langkah pengerjaan sebagai berikut: 1 buatlah motif batik pada kain
dengan menggunakan pensil, 2 lilinmalam di rebus diatas wajan dengan menggunakan anglokompor, 3 kemudian motif batik dengan
menggunakan canting yang berisi lilinmalam sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain, 4 motif yang sudah selesai dibatik kemudian
diberi pewarna sesuai dengan warna yang diinginkan dengan teknik
colet
menggunakan pewarna
remazol,
5 setelah proses pewarnaan selesai, kemudian kain batik direndam kedalam ember yang berisi
waterglass
selama ± 15 menit untuk memperkuat warna. Proses ini dinamakan
nguncingancing
warna agar warna tidak mudah luntur, 6 batik yang sudah selesai di
waterglass
diangin-anginkan selama 15 menit, 7 cucilah kain batik yang sudah selesai
dikuncidikancing
tersebut dengan menggunakan air bersih supaya waterglas luntur, 8 rebuslah air hingga
mendidih dengan menggunakan kompor dan panci, 9 masukkan kain batik ke dalam panci yang berisi air mendidih untuk melunturkan lilin dari
commit to user 49
kain. Proses ini dinamakan
melorot
kain, 10 pada waktu
melorot
kain batik diaduk dengan menggunakan kayu, dan sering diangkat keatas
permukaan air. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam proses pelunturan lilinmalam, 11 setelah lilinmalam luntur, kemudian kain
batik dapat dikeringkan. Guru memberitahukan aspek apa saja yang digunakan dalam
penilaian: a mempersiapkan bahan dan untuk membatik, berdasarkan indikator:
mempersiapkan alat
untuk membuat
motif batik,
mempersiapkan bahan dan alat untuk membatik dengan teknik mencanting, dan mempersiapkan bahan dan alat untuk mewarnai motif
batik dengan teknik
colet.
b merancang motif batik, berdasarkan indikator kreativitas kelancaran dalam membuat motif batik. c membatik dengan
teknik mencanting,
berdasarkan indikator:
penggunaan canting,
kematangan malam, dan kerapian dan kebersihan dalam mencanting. d mewarnai motif batik dengan teknik
colet,
berdasarkan indikator teknik
mencolet,
teknik
mengunci mengancing
warna
remazol,
perpaduan warna. Guru melakukan kegiatan tanya jawab dengan siswa mengenai
batik, peralatan dan bahan yang digunakan untuk membatik. Melalui pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk
menemukan setiap materi yang telah dipelajarinya
questioning,
jika tidak ada yang berani mengajukan pertanyaan maka guru menunjuk salah satu
siswanya, jika tidak dapat menjawab maka dilemparkan kepada siswa yang lainnya agar siswa aktif dalam pembelajaran terdapat pada
lampiran.
commit to user 50
Gambar 4. Guru Menyampaikan Materi Pelajaran dengan Memberikan
Contoh Gambar dan Karya Batik Dokumentasi: Agustina Sulistyowati, 2010
Dari gambar di atas dapat dilihat pada waktu guru menjelaskan pengertian batik, asal mula batik, jenis-jenis batik, motif batik, proses
pembuatan batik, bahan dan alat yang digunakan untuk membatik. Sebagian besar siswa sangat antusias mendengarkan penjelasan guru,
menjawab pertanyaan guru dan mengajukan pertanyaan kepada guru tentang apa yang belum mereka pahami tentang batik, akan tetapi masih
ada sebagian kecil siswa yang tidak memperhatikan materi yang telah disampaikan oleh guru karena lebih asik dengan kesibukannya sendiri.
Untuk mengatasi hal tersebut, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan yang telah diberikan
oleh guru. Kegiatan yang kedua adalah siswa menggambar motif batik pada kertas gambar. Guru melakukan penilaian mempersiapkan alat untuk
membuat motif batik
authentic assessment.
commit to user 51
Gambar 5. Siswa Membuat Motif Batik pada Kertas Gambar
.
Dokumentasi: Sunarmi, 2010 Pada gamabar di atas dapat dilihat aktivitas siswa pada waktu
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, sebagian besar siswa mengerjakan tugas mereka dengan sungguh-sungguh akan tetapi masih
terdapat sebagian kecil siswa yang tidak serius pada waktu mengerjakan tugas.
c. Kegiatan penutup
Guru mengajak siswa melihat kembali atau merespon materi batik yang telah disampaikan, setiap berakhir proses pembelajaran, guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung atau mengingat kembali apa yang telah di pelajarinya. Guru menanyakan kendala-kendala
apa saja yang dihadapi siswa selama mengikuti pembelajaran. Siswa diberi
kesempatan untuk bertanya mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan hal-hal yang belum dimengerti, selanjutnya guru memberikan solusi
reflection.
Sebagian besar siswa sudah memperhatikan materi tentang batik yang disampaikan oleh guru, mejawab pertanyaan dan mengajukan
pertanyaan kepada guru mengenai peralatan dan bahan yang digunakan untuk membatik. Sebagian besar siswa mengalami kesulitan pada waktu
membuat motif batik. Masih terdapat beberapa orang siswa yang hanya mencontoh hasil karya teman lainnya, sehingga hasil karya motif batik
commit to user 52
yang mereka buat dalam satu kelompok hampir sama. Minimnya pengetahuan siswa dan kurang beraninya siswa dalam menggambarkan
imajinasinya menjadi salah satu diantara berbagai faktor penyebab lainnya. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut guru mengajak siswa
untuk lebih berani dalam berkreativitas, mengeluarkan berbagai macam ide-ide dan pemikiran siswa tentang motif batik, tidak meniru atau
menjiplak hasil karya teman yang lain, berekspresi sesuka hati, dengan demikian siswa dapat merasa senang dengan apa yang dilakukannya. Guru
memberitahukan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya yaitu, memindahkan rancangan motif batik dari kertas gambar
ke atas kain dan membatik dengan teknik mencanting. Guru memberitahukan kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan pada pertemuan berikutnya, yaitu memindah motif batik dari kertas gambar ke atas kain dan membatik dengan teknik mencanting.
2. Pertemuan kedua
Haritanggal : Sabtu, 7 Agustus 2010
Siklus : I satu
Pertemuan kedua merupakan lanjutan dari pertemuan pertama. Rancangan kegiatan proses belajar pembelajaran dalam siklus I:
a. Pendahuluan
Meliputi guru membuka dan mengawali pelajaran dengan
melakukan presensi, hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui siswa yang hadir dan siswa yang tidak hadir
. b.
Kegiatan inti Meliputi kegiatan
guru menjelaskan kegiatan yang yang akan dilaksanaka pada pertemuan kedua dengan memberi penjelasan tentang
model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning
CTL, Langkah- langkah model pembelajaran CTL
adalah sebagai berikut: Guru memulai pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya
jawab lisan ramah, terbuka, negosiasi yang terkait dengan dunia nyata
commit to user 53
kehidupan siswa
daily life modeling.
Agar siswa tidak lupa, guru mengajak siswa mengingat kembali materi apa saja yang telah
disampaikan pada pertemuan sebelumnya. Teknik mencanting yang benar adalah dengan cara memegang
gagang
canting menggunakan jari tangan kanan hampir sama dengan menulis, sedangkan tangan kiri memegang kain yang telah diberi motif
batik. Beda antara memegang canting dan memegang pensil hanya pada posisi canting yang digunakan harus tidurdatar, sedangkan posisi pensil
jika digunakan untuk menulis harus berdiri atau miring. Jika posisi canting terlalu tegak atau terlalu miring, malamlilin yang ada di dalamnya akan
tumpah. Posisi tangan pada waktu memegang canting adalah miring, kemiringannya disesuaikan dengan kemiringan kain pada tangan kiri. Agar
tangan terhindar dari malam panas, maka tangan harus memegang
gagang
canting bagian tengah. Agar malamlilin yang digunakan dapat tembus pada kain, maka malamlilin harus benar-benar dalam keadaan yang panas.
Jika malam tidak tembus dapat mengakibatkan motif batik tidak kelihatantidak jelas, sehingga berdampak pada pewarnaan dan hasil akhir.
Agar malamlilin yang digunakan dapat tembus pada kain, maka malamlilin harus benar-benar dalam keadaan yang panas atau mendidih.
Jika malam tidak tembus dapat mengakibatkan motif batik tidak kelihatantidak jelas, dan berdampak pada pewarnaan dan hasil batik.
Siswa melakukan observasi, dan mengamati hasil karya batik tulis. Siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan
konstruktivism
. Pengetahuan bukanlah
sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari menemukan sendiri
setelah melakukan observasi dan pengamatan, guru membimbing siswa untuk menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan
hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan membuat kesimpulan
inquiry.
Dengan demikian siswa dapat menumbuhkan ide kreatif tentang batik.
Guru melakukan kegiatan tanya jawab dengan siswa mengenai motif batik, yaitu bermacam-macam motif batik yang telah
commit to user 54
dibuat pada pertemuan sebelumnya, kendala-kendala yang dihadapi selama proses pembuatan motif batik
questioning.
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan kesulitan-
kesulitan atau hambatan yang dihadapi pada waktu membuat motif batik. Seperti misalnya pertanyaan yang diajukan oleh Shintia ”kenapa saya
tidak bisa membuat motif yang bagus seperti batik-batik yang dijual itu bu?”, dan jawaban yang diberikan oleh guru ”untuk membuat motif batik
yang bagus diperlukan pengalaman dan keterampilan dalam membuat polamotif, untuk itu kalian harus lebih banyak berlatih dalam membuat
motif batik supaya batik yang dibuat bisa bagus”. Pertanyaan yang diajukan oleh Dewa ”kenapa saya susah sekali membuat motif bu, saya
tidak bisa membuat motif batik?”, dan jawaban yang diberikan oleh guru ”kalian tidak usah berpikir bahwa motif batik itu harus sama seperti batik-
batik lain yang ada sekarang, kamu bisa membuat motif-motif berdasarkan apa yang kamu lihat sehari-hari, seperti misalnya daun, bunga, ikan,
kucing, matahari, mobil, dan lain sebagainya”. Pertanyaan yang diajukan oleh Axel ”kenapa menggambar motifnya tidak langsung di kain saja
bu?”, dan jawaban yang diberikan oleh guru ”karena kalian baru pertama
kali membuat batik, jadi membuat motifnya tidak langsung di atas kain, tapi kalau sudah berpengalaman kamu boleh langsung menggambar motif
di atas kain”. Siswa dibagi dalam kelompok kecil dan masing-masing kelompok terdiri dari empat orang siswa dan melakukan diskusi
learning community.
Guru mendemontrasikan cara memindah motif batik dari kertas gambar ke atas kain, supaya siswa dapat mengikuti dengan baik
modeling.
commit to user 55
Gambar 6. Guru Menjelaskan Kembali Bahan dan Alat yang Gigunakan
Untuk Membuat
Batik
modeling.
Dokumentasi: Daru Endah W, 2010 Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan kedua
sebelum melanjutkan tugas yang diberikan oleh guru, guru menjelaskan kembali peralatan dan bahan yang digunakan untuk membatik. Hal
tersebut bertujuan untuk memulihkan ingatan siswa tentang materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya. Jika ada siswa lupa dapat
bertanya kepada guru. Siswa menunjukkan kepada guru hasil rancangan motif batik yang telah dibuat pada pertemuan pertama.
Gambar 7. Guru Membagikan Kain Mori Kepada Siswa Untuk Memindah
Motif Batik dari Kertas Gambar ke Atas Kain. Dokumentasi: Daru Endah W, 2010
commit to user 56
Setelah kain mori dibagikan guru kepada masing-masing siswa kemudian siswa memindahkan motif batik yang sudah mereka buat pada
pertemuan sebelumnya dari kertas gambar ke atas kain dengan menggunakan pensil.
Gambar 8. Siswa Memindah Motif Batik dari Kertas Gambar ke Atas Kain.
Dokumentasi: Sunarmi, 2010 Pada gambar di atas dapat dilihat aktivitas siswa pada waktu
mengerjakan tugas memindah motif batik dari kertas gambar keatas kain mori dengan mengggunakan pensil. Sebagian besar siswa mengerjakan
tugas dengan serius atau asik dengan pekerjaannya, akan tetapi sebagian kecil siswa masih ada yang bercakap-cakap dengan teman sebangkunya.
Gambar 9. Siswa Membatik dengan Teknik Mencanting.
Dokumentasi: Sunarmi, 2010
commit to user 57
Pada gambar di atas dapat dilihat aktivitas siswa pada waktu membatik dengan teknik mencanting, sebagian kecil siswa serius dengan
pekerjaannya akan tetapi sebagian besar lainnya masih bercanda dengan teman-temannya yang lain. Hal itu dikarenakan minimnya peralatan yang
digunakan untuk membatik, jumlah kompor dan wajan yang dapat digunakan hanya 4 buah, canting yang digunakan sebagian kecil tidak
dapat berfungsi dengan baik, sehingga siswa harus bergantian untuk membatik. Pada waktu menggunakan canting sebagian besar siswa masih
belum mampu memegang
gagang
canting dengan benar, hal tersebut dapat dilihat pada gambar di atas. Sebagian besar siswa memegang pangkal
gagang
canting, posisi canting miring kebawah dan tangan kiri yang digunakan untuk menyangga kain tidak miring. Malam yang digunakan
juga belum mendidih, sehingga pada waktu ditorehkan ke atas kain tidak dapat tembus sampai belakang kain. Minimnya peralatan membatik tidak
menghalangi semangat siswa kelas VI SDN Mojosongo II untuk belajar membatik.
c. Kegiatan penutup
Bersama dengan siswa guru melakukan evaluasi terhadap kegiatan memindahkan motif dari kertas gambar ke atas kain, dan membatik
dengan teknik mencanting.Guru mengajak siswa melihat kembali atau merespon kegiatan memindah gambar dari kertas gambar ke atas kain, dan
membatik dengan teknik mencanting, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal-hal
yang belum
diketahui agar
dapat dilakukan
suatu tindakan
penyempurnaan. Guru menanyakan kendala-kendala apa saja yang dihadapi siswa selama mengikuti pembelajaran.
Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan hal-hal
yang belum dimengerti, selanjutnya guru memberikan solusi
reflection.
Sebagian besar siswa dalam membatik dengan teknik mencanting belum dapat menggunakan canting dengan baik, belum dapat memegang
canting dengan benar, tidak memegang
gagang
canting bagian tengah,
commit to user 58
tangan kiri tidak dimiringkan untuk menyangga kain, dan dalam memegang canting posisi canting tidak miring sesuai dengan kemiringan
kain, belum tembus pada kain, dan banyak malam yang menetes pada kain, hal tersebut sangatlah wajar karena siswa baru pertama kali
memegang canting yang berisi malamlilin panas. Ada juga beberapa orang siswa yang membatik dengan posisi kain diletakkan di lantai,
sehingga posisi canting sangat miring sekali seperti memegang pensil. Hasil dari evaluasi dapat digunakan untuk pembelajaran
berikutnya. Guru memberitahukan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya yaitu, mewarnai motif batik dengan teknik
colet
. Guru melakukan penilaian dengan mengukur kemampuan siswa dalam membuat rancangan motif batik
authentic assessment.
3. Pertemuan ketiga
Haritanggal : Sabtu, 14 Agustus 2010
Siklus : I satu
a. Pendahuluan
Meliputi guru membuka dan mengawali pelajaran dengan
melakukan presensi, hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui siswa yang hadir dan siswa yang tidak hadir
. b.
Kegiatan inti Meliputi kegiatan
guru guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan siswa dengan memberi penjelasan tentang model
pembelajaran
Contextual Teaching and Learning
CTL, Langkah-langkah model pembelajaran CTL
adalah sebagai berikut: Guru menjelaskan kegiatan yang yang akan dilaksanaka pada
pertemuan ketiga, yaitu: guru memulai pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan ramah, terbuka, negosiasi yang terkait
dengan dunia nyata kehidupan siswa
daily life modeling,
dengan bertanya kepada siswa pakah siswa masih mengingat materi pelajaran
yang telah
disampaikan pada
pertemuan sebelumnya
tentang
commit to user 59
memindahkan motif dari kertas keatas kain, dan membatik dengan teknik mencanting.
Guru menjelaskan lagi pengertian tentang mewarnai batik dengan teknik
colet.
Motif batik juga dapat dibuat dengan teknik
colet.
Motif yang dihasilkan dengan teknik ini tidak berupa
klise.
Teknik
colet
bisa juga disebut dengan teknik lukis, merupakan teknik mewarnai motif batik
dengan cara mengoleskan cat atau pewarna kain jenis tertentu pada motif dengan kuas. Peralatan dan bahan yang digunakan dalam mewarnai motif
batik dengan teknik
colet
adalah kuas, peniti, tali, tempat pewarnabotol bekas air mineral, pewarna
remazol,
ember, dan pengunci warna
waterglass.
Siswa melakukan observasi dan mengamati contoh hasil karya batik tulis. Siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri
tentang mewarnai motif batik
, konstruktivism.
Siswa mendiskusikan batik yang telah diamati, siswa menemukan masalah pada batik yang
diamati, siswa membuat pertanyaan-pertanyaan tentang masalah yang diperoleh dari hasil pengamatan, siswa menganaliasis, siswa memecahkan
masalah, siswa membuat kesimpulan
inquiry.
Guru mendemontrasikan cara mewarnai mewarnai motif batik dengan teknik
colet
dan mencampur warna
remazol
agar siswa dapat mengerti
modeling.
Guru melakukan kegiatan tanya jawab dengan siswa mengenai teknik
colet
untuk mewarnai motif batik
questioning.
Siswa dibentuk dalam kelompok kecil untuk mengerjakan tugas individu dengan melakukan diskusi dan bekerjasama
dalam mewarnai motif batik dengan teknik colet
learning community.
Setelah kain mori yang sudah dibatik dibagikan kepada masing- masing siswa, kemudian siswa mewarnai motif batik tersebut
menggunakan
remazol
dengan teknik
colet
.
commit to user 60
Gambar 10. Siswa Mewarnai Motif Batik dengan Teknik
Colet
. Dokumentasi: Sunarmi, 2010
Pada gambar di atas dapat dilihat aktivitas siswa pada waktu mengerjakan tugas mewarnai motif batik menggunakan
remazol
dengan perpaduan warna pada kain. Pada umumnya dalam membuat batik
colet
tidak menggunakan tali melainkan menggunakan gawangan khusus yang dibuat untuk membentangkan kain batik agar tidak goyang jika tersentuh
orang yang lewat. Dalam penelitian ini, alat yang digunakan untuk membentangkan kain batik terbuat dari tali. Peniti digunakan untuk
mengaitkan antara kain batik dengan tali, agar kain batik mudah untuk diwarnai.
Sebagian besar siswa tidak serius mengerjakan karya mereka, dan sebagian kecil lainnya serius mengerjakan karya mereka. Hal demikian
dapat terjadi dikarenakan saranafasilitas yang digunakan untuk mewarnai batik kurang memadai, dengan peralatan seadanya mereka mengerjakan
karya dengan cara bergantian. Minimnya saranafasilitas tidak menjadikan semangat siswa SDN Mojosongo II rendah. Setelah selesai diwarnai
kemudian kain batik dijemur agar kering.
commit to user 61
Gambar 11. Siswa Menjemur Kain Batik yang Sudah Selesai Diwarnai.
Dokumentasi: Sunarmi, 2010 Pada gambar di atas dapat dilihat, satu persatu siswa menjemur
kain batik yang sudah selesai diwarnai. Dalam proses pengeringan warna harus benar-benar kering, jika belum kering warna masih bisa luntur
karena belum
dikuncidikancing
dengan menggunakan
waterglass.
Jadi diusahakan kain batik tidak terkena air. Setelah kain kering kemudian
direndam menggunakan
waterglass
yang dituangkan ke dalam ember selama ± 15 menit.
Gambar 12. Siswa Merendam Kain Batik ke Dalam Ember Berisi
Waterglass.
Dokumentasi: Sunarmi, 2010 Pada gambar di atas dapat dilihat aktivitas siswa pada waktu
merendam kain batik ke dalam ember yang berisi
waterglass
. Tujuan kain batik direndam ke dalam ember yang berisi
waterglass
adalah untuk
commit to user 62
meguncimengancing
warna agar dapat menyatu dengan kain. Walaupun
waterglass
berbau tidak sedap dan pedih jika terkena tangan yang terluka, siswa tidak merasa takut jika tangan mereka terkena
waterglass.
Setelah direndam ± 15 menit dengan menggunakan
waterglass,
kemudian diangin- anginkan selama ± 15 menit.
Gambar 13. Siswa Mengangin-anginkan Kain Batik
.
Dokumentasi: Sunarmi, 2010
Pada gambar di atas dapat dilihat aktivitas siswa pada waktu mengangin-anginkan kain yang sudah direndam menggunakan
waterglass.
Setelah ± 15 menit kain batik dijemur, kemudian kain dimasukkan kedalam ember yang berisi air agar
waterglass
luntur.
Gambar 14. Siswa Mencelupkan Kain Batik ke Dalam Air Bersih Untuk
Melunturkan
Waterglass
. Dokumentasi: Sunarmi, 2010
commit to user 63
Pada gambar di atas dapat dilihat aktivitas salah seorang siswa yang mencuci dengan memasukkan kain batik kedalam ember yang berisi
air agar
waterglass
luntur. Satu persatu siswa mencuci kain batik mereka masing-masing, karena guru tidak memperbolehkan siswa mengerjakan
tugas siswa yang lain. Hal tersebut dilakukan untuk membangun rasa tanggungjawab siswa secara individu. Setelah
waterglass
dilunturkan kemudian kain batik
dilorot
dengan menggunakan air panas.
Gambar 15. Siswa
Melorot
Kain Batik dengan Menggunakan Air Mendidih. Dokumentasi: Sunarmi, 2010
Pada gambar di atas dapat dilihat aktivitas siswa pada waktu
melorot
kain batik dengan menggunakan air panas yang mendidih untuk melunturkan malamlilin yang masih menempel pada kain. Hal tersebut
dilakukan secara bergantian agar tidak bercanda pada waktu
melorot
kain batik. Walaupun air yang digunakan untuk
melorot
kain sangat panas, namun antusias siswa pada waktu
melorot
kain batik sangat tinggi. Pada bagian
melorot
kain batik, siswa yang bekerja hanya sebagian saja, karena jika semua siswa
melorot
kain batik dengan menggunakan panci yang berisi air panas mereka pasti akan berebut tempat. Setelah kain batik
dilorot
kemudian kain batik dijemur sampai kering.
commit to user 64
Gambar 16. Siswa Menjemur Kain Batik yang Sudah
Dilorot.
Dokumentasi: Sunarmi, 2010
Pada gambar di atas dapat dilihat aktivitas siswa pada waktu menjemur kain batik yang sudah
dilorot.
Secara bergantian mereka menjemur karya masing-masing.
c. Kegiatan penutup
Guru mengajak siswa melihat kembali atau merespon kegiatan mewarnai batik dengan teknik
colet, menguncimengancing
kain dengan menggunakan
waterglass,
dan
melorot
kain dengan menggunakan air panas yang telah dilaksanakan.Guru mengajak siswa melihat kembali atau
merespon materi mewarnai motif batik dengan teknik
colet
yang telah disampaikan,
kegiatan dan
pengalaman yang
bertujuan untuk
mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan
.
Guru menanyakan kendala-kendala apa saja yang dihadapi siswa selama mengikuti
pembelajaran. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai
kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan hal-hal yang belum dimengerti, selanjutnya guru memberikan solusi
reflection.
Sebagian besar siswa mengalami kesulitan pada waktu mewarnai motif batik dengan teknik
colet,
karena motif batik yang dibuat oleh siswa terlalu kecil, pada saat motif diberi warna meluber kemotif-motif lainnya,
sehingga hasil pewarnaannya kurang rapi. Malam yang kurang panas juga
commit to user 65
dapat menjadi faktor penyebab warna meluber keluar dari motif. Sebagian besar siswa kesulitan dalam memadukan warna, sehingga warna-warna
yang dihasilkan kurang bervariasi, kebanyakan siswa hanya menggunakan dua atau tiga macam warna, dan ada juga yang hanya menggunakan satu
warna. Pada waktu mengunci warna batik sebagian siswa takut untuk terkena
waterglass,
dan pada waktu melorot kain sebagian siswa tidak mengerjakan tugasnya untuk melunturkan sisa malam yang masih melekat
pada kain. Guru memberitahukan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada
pertemuan berikutnya
yaitu, bersama-sama
dengan siswa
mempresentasikan hasil karya batik yang telah dibuat. Guru melakukan penilaian dengan mengukur kemampuan siswa dalam mewarnai motif
batik menggunakan
remazol
dengan teknik
colet
dengan indikator perpaduan warna, kerapian warna, dan hasil batik
authentic assessment.
4. Pertemuan keempat
Haritanggal : Sabtu, 28 Agustus 2010
Siklus : I satu
a. Pendahuluan
Meliputi guru membuka dan mengawali pelajaran dengan
melakukan presensi, hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui siswa yang hadir dan siswa yang tidak hadir
. b.
Kegiatan inti Meliputi kegiatan
guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan siswa dengan memberi penjelasan tentang model
pembelajaran
Contextual Teaching and Learning
CTL, Langkah-langkah model pembelajaran CTL
adalah sebagai berikut: Guru menjelaskan kegiatan yang yang akan dilaksanaka pada
pertemuan ke-tiga, yaitu: guru memulai pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan ramah, terbuka, negosiasi yang
terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa
daily life modeling,
dengan
commit to user 66
bertanya kepada siswa apakah siswa masih mengingat materi pelajaran yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya. Agar siswa tidak
lupa, guru mengajak siswa mengingat kembali materi apa saja yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya yaitu, materi batik, membuat
rancangan motif batik, membatik dengan teknik mencanting, dan mewarnai motif batik dengan teknik
colet.
Pada tahap konstruksivisme
konstruktivism
yaitu, membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada
pengetahuan awal tentang membatik yang telah dilaksanakan selama 3 x pertemuan. Berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh siswa,
diharapkan siswa mampu menggabungkan antara pengalaman yang baru diperolehnya dengan melakukan observasi dan melakukan mengamati
hasil karya batik yang telah dibuat. Pada tahap menemukan
inquiry
yaitu, proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman yaitu membatik yang telah dilaksanakan
selama tiga kali pertemuan. Dengan demikian siswa mampu memahami tentang materi batik, membuat motif batik, teknik mencanting, mewarnai
motif batik dengan teknik
colet.
Siswa mendiskusikan batik yang telah diamati, siswa menemukan masalah pada batik yang diamati, siswa
membuat pertanyaan-pertanyaan tentang masalah yang diperoleh dari hasil pengamatan, siswa menganaliasis, siswa memecahkan masalah, siswa
membuat kesimpulan
.
Pada tahap masyarakat belajar
learning community
yaitu, sekelompok orang yang terkait dalam kegiatan belajar. Tahap
learning community
pada pertemuan keempat siswa tidak dibentuk kelompok dikarenakan tidak ada penugasan dari guru, akan tetapi secara bersama-
sama siswa mendiskusikan hasil karya batik yang sudah dibuat. Pada tahap bertanya
questioning
yaitu, kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa, dengan
memberikan pertanyaan kepada siswa tentang kegiatan membatik yang telah dilaksanakn. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
commit to user 67
mengajukan pertanyaan tentang kegiatan membatik yang telah dilaksanakan. Dengan adanya kegiatan tanya jawab antara guru dengan
siswa, kegiatan tersebut dapat menimbulkan interaksi antar siswa, sehingga mampu menghidupkan susana kelas.
Pada tahap permodelan
modeling
yaitu, proses penampilan suatu contoh. Pada tahap ini guru menunjukkan semua hasil karya siswa satu-
persatu di depan kelas dengan memberikan kritik, saran, dan masukan- masukan yang membangun.
Sebenarnya pada pertemuan keempat guru meminta siswa maju satu
persatu untuk mempresentasikan hasil karya
mereka masing-masing, akan tetapi siswa belum berani maju kedepan, hal tersebut terjadi karena siswa belum terbiasa mempresentasikan karya
mereka didepan kelas.
Gambar 17. Guru Mempresentasikan Karya Siswa di Depan Kelas.
Dokumentasi: Agustina Sulistyowati, 2010 Pada gambar di atas dapat dilihat aktivitas siswa pada waktu
mendengarkan presentasi dari guru. Bersama-sama dengan siswa guru mengevaluasi semua hasil karya batik yang telah dibuat oleh siswa.
Dengan demikian guru bersama dengan siswa dapat memberikan masukan, kritik, dan saran yang membangun supaya untuk tugas-tugas
selanjutnya siswa lebih maksimal dalam mengerjakan tugas. Dalam pembelajaran ini siswa menggambar motif batik sebanyak
tiga kali, yaitu: 1 membuat motif batik pada kertas gambar, 2 memindah motif gambar batik dari kertas gambar keatas kain mori, dan 3 mengulang
commit to user 68
motif batik pada kain dengan menggunakan malamlilin yang sudah dilelehkan. Dengan mengulang membuat motif batik diharapkan dapat
melatih keterampilan siswa dalam menggambar motif batik. Sebelum dilaksanakan penelitian ini pengetahuan siswa tentang
motif batik sangat kurang sekali, hal itu dapat diketahui dari motif batik yang mereka buat kebanyakan monoton. Setelah dilaksanakan penelitian
ini hasil karya siswa menunjukkan perubahan yang awlnya hanya mencontoh karya teman atau mencotoh motif batik dari buku sekarng
sebagian besar siswa berani membuat motif sendiri. Dalam membatik dengan teknik mencanting sebagian besar siswa
masih belum menguasai, hal tersebut dikarenakan siswa kelas VI SDN Mojosongo II baru pertama kali membatik dengan teknik mencanting.
Pada waktu membatik peralatan yang digunakan sebagian besar tidak dapat berfungsi dengan baik, seperti misalnya: nyala api kompor tidak
dapat maksimal, wajan bocor, kondisi canting tidak baik, hal tersebut membuat aliran malamlilin terhambat, sehingga malamlilin tidak dapat
tembus pada kain. Dan sebagian kecil lainnya siswa sudah mampu membatik dengan teknik mencanting dengan baik.
Dalam mewarnai motif batik menggunakan pewarna
remazol
dengan perpaduan warna pada kain sebagian besar siswa kesulitan dalam hal pewarnaan. Dilihat dari sisi pewarnaan karya siswa kelas VI sebagian
besar belum berani mengkombinasikan warna, warna yang digunakan belum harmonis, warna motif satu dengan motif lain tercampur, warnanya
keluar dari motif, bahkan ada siswa yang hanya menggunakan satu warna saja. Pengalaman-pengalaman di atas merupakan pengetahuan yang baik
untuk siswa sebagai langkah awal dalam menggunakan canting. Dalam proses merendam kain batik ke dalam
waterglass,
hampir seluruh siswa sudah mampu mengerjakannya. Dan pada waktu
melorot
kain dengan
menggunakan air
panas secara
individu siswa
mengerjakannya dengan hati-hati. Kegiatan pembelajaran ini juga dapat melatih rasa kebersamaan, tanggungjawab terhadap hasil karya masing-
commit to user 69
masing kindividu, serta kemandirian untuk dapat menyelesaikan tugas individu dengan baik.
c. Kegiatan penutup
Pada tahap refleksi
reflection
yaitu, cara berpikir tentang apa yang telah dipelajari yaitu membatik. Pada tahap ini siswa bersama-sama
dengan guru membuat kesimpulan tentang kegiatan membatik yang telah dilaksanakan selama 3 x pertemuan. Kendala-kendala yang dihadapi oleh
siswa pada waktu membuat rancangan motif batik, memindahkan motif batik dari kertas gambar ke atas kain, membatik dengan teknik
mencanting, dan mewarnai batik dengan teknik
colet.
Siswa dapat leluasa mengemukakan pendapat mereka, sehingga guru dapat memberikan solusi
untuk mengatasi kendala-kendala tersebut yang nantinya akan diterapkan pada pembelajaran berikutnya.
Guru memberitahukan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya yaitu, pelaksanaa siklus II membuat batik yang
digunakan untuk taplak meja kecil yang dikerjakan secara kelompok. Pada tahap penilaian yang sebenarnya
authentic assessment
yaitu, mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa, penilaian keseluruhan
produk hasil karya batik.
c. Observasi dan Analisis