commit to user 10
3. Belajar adalah proses pemecahan masalah, sebab dengan memecahkan
masalah anak akan berkembang secara utuh yang bukan hanya perkembangan intektual akan tetapi juga mental dan emosi. Belajar secara
kontekstual adalah belajar bagaimana anak menghadapi persoalan. 4.
Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap dari sederhana menuju yang kompleks. Oleh karena itu belajar
tidak dapat sekaligus, akan tetapi sesuai dengan irama kemampuan siswa. 5.
Belajar pada hakikatnya adalah menagkap pengetahuan dari kenyataan. Oleh karena itu, pengetahuan yang diperoleh adalah pengetahuan yang
memiliki makna untuk kehidupan anak
Real World Learning.
Pengetahuan itu diperoleh anak bukan dari informasi yang diberikan oleh orang lain temasuk guru, akan tetapi dari proses penemukan dan mengontruksinya
sendiri, maka guru harus menghindari mengajar sebagai proses penyampaian informasi. Guru perlu memandang siswa sebagai subjek belajar dengan segala
keunikannya. Siswa adalah organisme aktif yang memiliki potensi untuk membangun pengetahuannya sendiri.
b. Tujuh Komponen Dalam CTL
CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 tujuh asas. Asas-asas ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan CTL. Tujuh komponen tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Kontruksivisme
konstruktivism
2. Menemukan
inquiry
3. Bertanya
questioning
4. Masyarakat belajar
Learning community
5. Permodelan
modelling
6. Refleksi
reflection
7. Penilaian nyata
authentic assessment
commit to user 11
Johnson 2007: 64 berpendapat bahwa: ”Sistem CTL berhasil karena
sistem ini meminta siswa untuk
bertindak
dengan cara yang alami. CTL membuat siswa mampu menghubungkan isi dari subjek-subjek
akademik dengan konteks kehidupan keseharian mereka untuk menemukan makna.”
Model pembelajaran ini secara ringkas dapat dirumuskan: mampu menghubungkan materi belajar dengan konteks kehidupan sehari-hari. Di bawah
ini merupakan tahapan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning
CTL menurut Endang Komara, 2010: a.
Pada tahap kontruksivisme konstruktivism, adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa
berdasarkan pengalaman. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri
seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek
untuk menginterpretasi objek tersebut. Kedua faktor itu sama pentingnya. Dengan demikian pengetahuan itu tidak bersifat statis akan tetapi
bersifat dinamis, tergantung individu yang melihat dan mengonstruksinya. Piaget menyatakan hakikat pengetahuan sebagai berikut: 1 pengetahuan
bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, akan tetapi selalu merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, akan tetapi selalu
merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. 2 subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu
untuk pengetahuan. 3 pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsep itu
berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang. Pembelajaran melalui CTL pada dasarnya mendorong agar siswa
dapat mengonstruksi pengetahuan melalui proses pengamatan dan pengalaman.
b. Pada tahap menemukan
inquiry,
adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.
Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi
commit to user 12
hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan materi yang harus dihafal,
akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Belajar pada dasarnya
merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah diharapkan siswa berkembang secara utuh
baik intektual, mental emosional maupun pribadinya. Karen pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan
inquiry
merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi
observation,
bertanya
questioning,
mengajukan dugaan
hiphotesis,
pengumpulan data
data gathering,
penyimpulan
conclusion.
c. Pada tahap bertanya
questioning,
dalam konsep ini kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan guru
digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara berpikir siswa, sedangkan pertanyaan
siswa merupakan wujud keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, siswa dengan guru, atau
siswa dengan orang lain yang didatangkan kedalam kelas. Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan
sangat berguna untuk: Kegiatan bertanya berguna untuk: 1 menggali informasi, 2
menggali pemahaman siswa, 3 membangkitkan respon kepada siswa, 4 mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5 mengetahui hal-hal
yang sudah diketahui siswa, 6 memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7 membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari
siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa. d.
Pada tahap masyarakat belajar
learning community,
aktivitas belajar secara kelompok dapat memperluas perspektif serta membangun
kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain. Guru
commit to user 13
dapat menyusun kelompok terdiri dari tiga, lima maupun delapan siswa sesuai dengan tingkat kesulitan penugasan.
Biarkan dalam kelompoknya mereka saling membelajarkan; yang cepat belajar didorong untuk membantu yang lambat belajar, yang
memiliki kemampuan tertentu didorong untuk menularkannya pada yang lain.
e. Pada tahap permodelan
modeling,
dalam konsep ini kegiatan mendemontrasikan suatu kinerja agar siswa dapat mencontoh, belajar atau
melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. Guru memberi model tentang cara belajar
how to learn,
menggunakan alat dan guru
bukan satu-satunya model dapat diambil dari siswa berprestasi atau melalui media cetak dan elektronik.
f. Pada tahap refleksi
reflection,
yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi
hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Melalui proses refleksi,
pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang
dimilikinya. Bisa terjadi melalui proses refleksi siswa akan memperbarui pengetahuan yang telah dibentuknya, atau menambah khazanah
pengetahuannya. Dalam setiap proses pembelajaran dengan menggunakan CTL,
setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk „‟merenung‟‟ atau mengingat kembali apa yang telah
dipelajarinya. Biarkanlah secara bebas siswa menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya.
g. Pada tahap
penilaian yang sebenarnya
authentic assessment,
adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang
perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak; apakah
commit to user 14
pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.
Penilaian ini dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada
proses belajar bukan kepada hasil belajar.
Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning
CTL adalah proses pembelajaran yang didalamnya terdapat tujuh komponen dasar konstruktivisme
konstruksivism,
inkuiri
inquiry,
bertanya
questioning,
masyarakat belajar
learning community,
pemodelan
modeling,
refleksi
reflection,
dan penilaian nyata
authentic assessment,
sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa.
2. Prestasi Belajar