commit to user 115
Dengan demikian siswa yang memperoleh nilai diatas KKM 66 adalah sebanyak 28 orang siswa atau 77,77 , dan yang belum memenuhi
KKM 8 orang siswa atau 22,22 . Hasil dari pelaksanaan siklus pertama penilaian yang keempat
mewarnai motif batik dengan perpaduan warna pada kain dapat dikatakan belum berhasil, yaitu kemampuan siswa dalam mewarnai motif batik
dengan teknik
colet,
lebih dari 70.
e. Refleksi
Hasil pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning
CTL siklus II yang dilaksanakan selama 3 x pertemuan, peneliti berupaya menggali faktor penyebab dan melakukan reflek, sebagai
berikut: 1.
Pada indikator mempersiapkan bahan dan alat untuk membatik, siswa yang memperoleh nilai di atas KKM 66 adalah 28 orang siswa atau 77,77
, dan yang memperoleh nilai di bawah KKM adalah 8 orang siswa atau 22,21 .
Dalam mempersiapkan bahan dan alat untuk membatik, masih terdapat beberapa orang siswa yang belum mempersiapkan bahan dan alat
untuk membuat batik. Untuk mengatasi kendala tersebut pada pembelajaran berikutnya
sebaiknya guru lebih menegaskan peraturan bagi siswa, seperti misalnya jika tidak mempersiapkan bahan dan alat tidak boleh meminjam teman
yang lain. Jika siswa tidak diberi penegasan nantinya akan dapat menganggu konsentrasi dan pekerjaan teman yang lainnya.
2. Pada indikator membuat rancangan motif batik, siswa yang memperoleh
nilai di atas KKM 66 adalah 34 orang siswa atau 94,44 , dan yang memperoleh nilai di bawah KKM adalah 2 orang siswa atau 5,55 .
Dalam membuat rancangan motif batik, sebagian kecil siswa masih mengalami kesulitan dalam membuat motif batik. Siswa masih kurang
luwes dalam menggambar motif, mereka masih terpaku menggunakan alat
commit to user 116
bantu yang berupa penggaris, dan busur, dalam membuat motif batik. Sehingga gambar yang dihasilkan terkesan kaku.
Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, pada pembelajaran berikutnya guru lebih meningkatkan bimbingan terhadap siswa yang
mengalami kesulitan dalam membuat motif batik, dengan memberikan contoh-contoh hasil karya batik, dan motif-motif yang lebih bervariasi.
Guru dapat mengajak siswa keluar kelas, dan mengamati tumbuhan, hewan, dan benda-benda lain yang ada dilingkungan sekitar, sehingga
siswa dapat menemukan ide mengenai motif batik. Guru lebih meningkatkan keterampilan siswa dalam menggambar motif batik, dengan
cara mengajarkan lagi teknik menggambar yang luwes tanpa menggunakan alat bantu yang berupa penggaris dan busur. Guru lebih
meningkatkan bimbingan kepada siswa dalam menyusun komposisi, sehingga pada pembelajaran berikutnya siswa mampu menyusun
komposisi yang baik. 3.
Pada indikator membatik dengan teknik mencanting, siswa yang memperoleh nilai di atas KKM 66 adalah 31 orang siswa atau 86,1 ,
dan siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM 66 sebanyak 6 orang siswa atau 13,88 .
Dalam membatik dengan teknik mencanting, sebagian kecil siswa masih mengalami kesulitan pada waktu mencanting, kebanyakan
lilinmalam yang digunakan masih kurang tembus pada kain, dan kebersihan dalam mencantingnya masih kurang dikarenakan lilinmalam
yang terdapat didalam canting sering menetes. Hal-hal demikian dapat terjadi dikarenakan lilinmalam yang digunakan untuk membatik belum
benar-benar matang, sedangkan siswa terburu-buru untuk segera mencanting, sehingga pada waktu digunakan untuk mencanting
lilinmalam tidak tembus pada kain. Pada waktu menggunakan canting, tangan kiri tidak digunakan untuk menyangga kain sedangkan kain hanya
diletakkan dilantai, dan posisi canting sangat miring kebawah seperti pensil, sehingga menyebabkan lilinmalam menetes. Sebagian kecil siswa
commit to user 117
memegang
gagang
canting tidak pada bagian tengah tetapi bagian pagkal, dikarenakan siswa merasa takut terkena lilinmalam panas.
Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, pada pembelajaran berikutnya guru lebih meningkatkan bimbingan terhadap siswa yang
mengalami kesulitan dalam mencanting, mengajarkan lagi bagaimana cara menggunakan canting yang benar, posisi tangan kanan untuk memegang
gagang
canting bagian tengah yang benar, dan posisi tangan kiri digunakan untuk menyangga kain yang benar. Guru memberi himbauan
kepada siswa supaya siswa tidak terburu-buru dalam mencanting, menunggu lilinmalam mendidih dahulu supaya pada waktu digunakan
untuk mencanting dapat tembus pada kain. Guru memberitahukan kepada siswa bahwa dalam membatik dibutuhkan kesabaran dalam setiap
tindakan, karena dalam membatik memerlukan waktu pengerjaan yang lama. Guru memberitahukan kepada siswa bahwa memegang
gagang
canting harus ditengah, karena jika memegang
gagang
canting bagian pangkal saja tidak bisa kuat, sehingga berbahaya dan dapat menyebabkan
lilinmalam tumpah kesamping dapat mengenai kain atau tangan. 4.
Pada indikator mewarnai motif batik dengan teknik
colet,
siswa yang memperoleh nilai diatas KKM 66 adalah sebanyak 28 orang siswa atau
77,77 , dan 8 orang siswa atau 22,22 dari jumlah keseluruhan siswa yang belum memenuhi KKM 66.
Dalam mewarnai motif batik dengan teknik
colet,
sebagian siswa masih
belum mampu
menguasai teknik
mencolet,
teknik
menguncimengancing
pewarna
remazol,
dan belum berani memadukan warna. Hal-hal demikian dikarenakan siswa masih mengalami ketakutan
dalam mengkombinasikan warna, pewarnaan yang asal, dan kurang berhati-hati pada waktu menguaskan pewarna pada motif batik.
Untuk mengatasi
kendala-kendala tersebut,
pembelajaran berikutnya guru lebih meningkatkan bimbingan kepada siswa dalam
mewarnai motif batik dengan teknik
colet.
Guru mengajarkan lagi bagaimana cara memadukan warna yang harmonis, mengkombinasikan
commit to user 118
warna yang baik, teknik menguas yang benar, berhati-hati, dan tidak asal dalam mewarnai.
Berdasarkan hasil observasi siklus II di atas dapat diketahui bahwa keempat indikator ketercapaian sudah dapat meningkat, sehingga tidak perlu
dilaksanakan siklus III.
C. Diskripsi Antar Siklus
Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian dapat dibedakan antara nilai siswa sebelum dilaksanakan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning
CTL, nilai siswa setelah dilaksanakan siklus I dan nilai siswa setelah dilaksanakan siklus II diperoleh data yang dapat
digunakan untuk perbandingan adalah sebagai berikut:
1. Frekuensi Nilai Membatik Siswa Sebelum Tindakan
Berikut ini adalah data frekuensi siswa kelas VI SDN Mojosongo II sebelum dilaksanakan penelitian:
Tabel 9. Data Frekuensi Nilai Membatik Siswa Kelas VI Sebelum Tindakan.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai siswa sebelum dilaksanakan tindakan siswa yang memperoleh nilai
≤ 66 adalah sebanyak 25 siswa atau 69,44 , sedangkan jumlah siswa yang memeroleh nilai
≥ 66 adalah sebanyak 11 siswa atau 30,55
No Interval
Frekuensi Persentase
Keterangan
1. 76 - 80
4 11,11
Baik 2.
71 - 75 4
11,11 Lebih dari cukup
3. 66
– 70 3
8,33 Cukup
4. 61 - 65
18 50
Hampir cukup 5.
56 - 60 7
19,44 Kurang
6. 51 - 55
Kurang sekali 7.
46 - 50 Sangat kurang sekali
Jumlah 36
100