1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan kehidupan manusia di permukaan bumi menunjukkan, bahwa manusia sejak lahir sampai akhir hayatnya, tidak dapat melepaskan diri
dari pengaruh alam lingkungannya, mulai dari udara yang dihirup, air yang diminum, bahan pangan yang dimakan sampai kepada tempat berlindung dari
cuaca buruk dan binatang liar diperoleh manusia dari alam. Melalui penggunaan dan pemanfaatan alam untuk kebutuhan hidupnya, manusia secaraberangsur-
angsur mengenal berbagai unsur alam ini yang dapat menjamin kehidupannya. Kondisi hidup yang penuh rintangan dan tantangan, mendidik manusia untuk
mengenal secara lebih mendasar dan mendalam. Lingkungan alam menjadikan manusia sebagai makhluk yang mampu
melahirkan suatu karya, rasa dan cipta. Dengan demikian manusia adalah makhluk yang berkebudayaan.
Sebagai makhluk berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, baik bagi dirinya
maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya dengan menciptakan kebudayaan. Di samping itu, manusia mampu menciptakan, mengkreasi,
memperbaharui, memperbaiki, mengembangkan dan meningkatkan sesuatu yang ada untuk kepentingan hidup manusia. Manusia adalah benda fisis atau materia
Universitas Sumatera Utara
2
disamping adanya benda non materia yaitu
1
roh. Oleh karena itu dipihak lain manusia adalah makhluk yang rohani. Dari segi materia, kesamaan manusia
dengan ciptaan Tuhan yang lain adalah manusia terkena batas ruang, waktu dan jumlah. Sehubungan dengan itu,maka di dalam diri manusia terdapat proses-
proses kimiawi dan gejala-gejala psikis seperti rasa sakit, rasa senang, rasa lapar dan lainnya.
Menurut Koentjarningrat 1997:27, Kebudayaan adalah seluruh dari pengetahuan, sikap dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki
dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu. Kebudayaan juga merupakan keseluruhan sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang
dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar. Kebudayaan setiap masyarakat terdiri dari unsur-unsur tertentu
yang merupakan bagian dari kebulatan, yakni kebudayaan itu sendiri. Ada beberapa pendapat mengenai unsur-unsur kebudayaan, yaitu:
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia pakaian, perumahan, alat-alat
rumah tangga senjata alat-alat produksi dan transportasi, 2.
Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi pertanian, peternakan, sistem produksi dan sistem distribusi,
3. Sistem kemasyarakatan sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem
hukum dan sistem perkawinan, 4.
Bahasa lisan maupun tulisan,
1
Sesuatu unsur yang ada dalam jasad yang diciptakan Tuhan sebagai penyebab adanya hidup kehidupan. http:kbbi.web.idroh, diakses 14 Juni 2016, pukul 12.00 Wib.
Universitas Sumatera Utara
3
5. Kesenian seni rupa, seni suara dan seni gerak,
6. Sistem pengetahuan dan
7. Sistem kepercayaan religi.
Bertahan dan lestarinya suatu warisan budaya didorong oleh keadaan tertentu yang memaksa masyarakat bersangkutan untuk mengikuti dan mematuhi
serta melaksanakannya. Warisan budaya pada hekekatnya merupakan pengetahuan yang dapat berfungsi dalam mengahadapi tantangan kehidupan.
Pada masyarakat yang sudah maju, ilmu pengetahuan dipelajari melalui jalur pendidikan, baik yang bersifat normal maupun non formal. Dalam mayarakat
tradisional ilmu pengetahuan lebih banyak diperoleh dengan cara mewarisinya secara turun-temurun. Sebagai warga masyarakat yang mengalami proses
sosialisasi dan interaksi dalam arena pergaulan sehari-hari, tentunya lingkungan kehidupan masyarakat terbuka terdapat kemungkinan untuk tukar-menukar
pengetahuan dan pengalaman sebagai warisan dari generasi pendahulunya. Sebagai salah satu unsur kebudayaan yang bersifat universal yang telah diwarisi
secara turun-temurun oleh masyarakat adalah pengetahuan yang berkenaan dengan usaha menghindari dan menyembuhkan suatu penyakit secara tradisional.
Bagaimanapun juga setiap kebudayaan manapun di dunia ini mempunyai unsur- unsur yang berhubungan dengan konsep sakit dan sebab-sebabnya serta cara
pengobatannya. Masyarakat yang sudah dianggap maju mempelajari ilmu pengetahuan
melalui jalur pendidikan, baik yang bersifat normal maupun non formal. Dalam
Universitas Sumatera Utara
4
mayarakat tradisional ilmu pengetahuan lebih banyak diperoleh dengan cara mewarisinya secara turun-temurun. Sebagai warga masyarakat yang mengalami
proses sosialisasi dan interaksi dalam arena pergaulan sehari-hari, tentunya lingkungan kehidupan masyarakat terbuka terdapat kemungkinan untuk tukar-
menukar pengetahuan dan pengalaman sebagai warisan dari generasi pendahulunya. Sebagai salah satu unsur kebudayaan yang bersifat universal yang
telah diwarisi secara turun-temurun oleh masyarakat adalah pengetahuan yang berkenaan dengan usaha menghindari dan menyembuhkan suatu penyakit secara
tradisional. Bagaimanapun juga setiap kebudayaan manapun di dunia ini mempunyai unsur-unsur yang berhubungan dengan konsep sakit dan sebab-
sebabnya serta cara pengobatannya. Sakit secara umum dapat dikatakan sebagai suatu ketidak-seimbangan dari
kondisi normal tubuh manusia diantaranya, sistem biologik dan kondisi penyesuaian. Berdasarkan keadaan tersebut, maka bila seseorang tidak dapat
menjaga keseimbangan diri dan lingkungannya atau organisme tubuhnya tidak berfungsi sebagaimana layaknya, orang tersebut dapat dikatakan sakit. Orang
yang tergolong sakit terdapat keadaan yang menunjukan tidak berfungsinya suatu organ tubuh yang mempengaruhi kehidupan-kehidupan sosialnya.
Ketidak-seimbangan kondisi normal tubuh disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor fisik dan non fisik. Faktor fisik yang dimaksud adalah gejala-gejala
alam seperti angin, lembab, panas, dingin dan hujan, sedangkan yang dimaksud dengan faktor non fisik adalah makhluk-makhluk halus dan kekuatan gaib seperti
Universitas Sumatera Utara
5
dewa, roh, setan dan benda-benda sakti melalui seseorang yang mampu menguasai dan mengendalikannya. Dalam pengobatannya kedua faktor sakit
sistem pengobatannya berbeda dan sama-sama diperlukan oleh masyarakat, baik yang berada di perkotaan, maupun di pedesaan walaupun, coraknya berbeda.
Banyak faktor-faktor budaya yang yang sangat berpengaruh pada dunia kesehatan seperti perbedaan persepsi sakit dan sehat, perlakuan kepada pasien, cara
pengobatan, persepsi mengenai penyebab sakit, bahkan mengenai cara seseorang memandang penyakit sangat ditentukan oleh kebudayaanya.
Pengobatan tradisional merupakan bagian yang integral dari kebudayaan, konsep mengenai kondisi sakit dan cara pengobatannya tidak berdiri sendiri
tetapi, terintegrasi dengan kebudayaan lainnya. Dalam prakteknya pengobatan tradisional tak pernah surut dari arus kemajuan teknologi kedokteran, hal ini
karena pengobatan tradisional telah diakui fungsinya sebagai sarana penyembuhan penyakit yang telah dikenal oleh masyarakat.Penggunaan pengobatan tradisional
di samping sebagai upaya penyembuhan penyakit yang dapat diidentifikasikan wujud, dapat pula dipergunakan untuk aspek pengobatan yang bersifat kejiwaan
dan kepercayaan. Kepercayaan dan keyakinan merupakan sebuah faktor penting dalam pengobatan. Keterkaitan aspek pengobatan tradisional dengan kepercayaan,
merupakan pencerminan dari corak kebudayaan yang dimiliki oleh berbagai suku bangsa di Indonesia.
Hippocrates 460-377 SM muncul sebagai Bapak Kedokteran yang menangani kasus kejadian sakit yang menitik beratkan pada metode pengobatan
Universitas Sumatera Utara
6
dan penyembuhan. Penyembuhan ini dilakukan setelah terjadi insiden sakit. Akan tetapi setelah perkembanganzaman, penyembuhan melalui bidang kedokteran saja
tidak cukup berhasil dalam menyelesaikan masalah kesehatan di masyarakat, tetapi membutuhkan pengobatan secara tradisional juga. Ketika seseorang
memilih pengobatan di luar daripada medis, hal tersebut merupakan faktor sosial dan budaya yang mempengaruhi seseorang untuk merumuskan suatu gejala
penyakit sebagai sesuatu ancaman. Kelompok penduduk berdasarkan usia, jenis kelamin, status perkawinan, suku bangsa, ras dan semuanya mempengaruhi
presepsi gejala penyakit sebagai suatu persoalan, sehingga ada beberapa kelompok yang lebih suka meminta nasihat dan saran dari orang-orang lain
seperti, keluarga dan teman-temannya daripada pergi ke dokter. Ketika kelompok ataupun orang tersebut meminta nasihat dan saran tidak jarang mereka diberikan
saran untuk melakukan pengobatan tradisional seperti ke dukun. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengungkapkan, menggambarkan
bagaimana pengobatan tradisional dukun, datu atau pangobati Inang Hotang melihat masih banyaknya kepercayaan masyarakat terhadap pengobatan
tradisional yang dilakukan oleh seorang dukun, pangobati atau datu dalam mengobati pasiennya, meskipun teknologi di bidang kesehatan sudah sangat
modern tetapi, masih banyak masyarakat yang tetap percaya dan pergi berobat. Dukun, pangobati atau datuadalahseseorang yang mempunyai kemampuan
di luar daya normal manusia awam kemampuan supranaturalparanormal. Dukun atau yang sering juga disebut dengan orang pintar adalah suatu profesi
Universitas Sumatera Utara
7
yang tidak asing kedengarannya di telinga masyarakat Indonesia pada umumnya. Walaupun, nama atau istilahnya berbeda antar satu daerah dengan yang lainnya,
dukun adalah profesi yang sangat populer di masyarakat. Keterlibatan mereka dalam kehidupan masyarakat selama ini sangat kuat. Pengetahuan dan
keterampilan seorang dukun tidak diperoleh melalui pendidikan formal yang tinggi, karena hingga saat ini di Indonesia belum ada sekolah atau perguruan
tinggi yang membuka program studi keahlian perdukunan. Kalau pun ada, mungkin hanya sebatas kursus privat yang sangat terbatas atau eksklusif, yang
hanya bisa diakses oleh orang-orang tertentu. Bagi masyarakat Batak Zaman Hadatuon dulu, hadatuon adalah suatu
ilmu yang dapat diajarkan dan dapat dipelajari oleh orang-orang tertentu yang memang memiliki kemampuan dan karunia khusus yang disebut sahala hadatuon.
Hubungan belajar mengajar dalam tradisi masyarakat Batak tidaklah mempunyai struktur dan metode yang tetap dan terinci dan juga tidak berlangsung secara
terbuka. Fungsi dan peran datu di dalam masyarakat Batak kuno, sebagai berikut:
1. Pemimpin ritual dan religi Batak.
2. Tabib dengan ramuan tradisional yaitu :
Tambar: Obat tradisional dari racikan dedaunan, akar-akar atau batang tanaman ramuan herbal
Taoar: Berupa ramuan dari racikan berbagai tambar dan bahan-
Universitas Sumatera Utara
8
bahan lain yang berkhasiat untuk obat penawar racun, guna- guna atau obat penyembuh penyakit.
3. Ahli Nujum, menggunakan parhalaan kalender Batak, memperkirakan
hari baik yang tepat maniti ari untuk melakukan sesuatu ulaon seperti pesta, memasuki rumah baru dan sebagainya. Ia juga dapat melakukan
perkiraan ramalan berdasarkan gejala-gejala alam dan menggunakan media tertentu.
4. Penasihat dalam permasalahan hubungan antara anggota masyarakat
dalam
2
huta atau antar huta, membentengi secara magis suatu huta atau dalam perang mempunyai ilmu meruntuhkan gunung aji-ajian sitorban
dolok. Datupada
umumnya adalah
seorang pria, datu perempuan
disebut sibaso.Sibaso dalam komunitas huta, lebih berperan sebagai dukun persalinan yang ahli dibidang kebidanan, penyakit wanita dan ramuan-ramuan
obat tradisional tambar. Dalam struktur masyarakat Batak tradisional, datu mendapat posisi terhormat karena kompetensinya di bidang membaca dan menulis
aksara Batak, dan kemampuan lain seperti pengobatan, ilmu nujum, penanggalan parhalaan untuk membaca hari baik dan buruk. Selain itu seorangdatu
memegang fungsi dan peran penting sesuai jurusan kualifikasi keilmuannya. Bagi orang yang belum pernah berinteraksi dengan dukun secara langsung, atau minta
bantuannya dan memanfaatkan jasanya, umumnya mendengar profesi perdukunan
2
Huta adalah suatu wilayah yang memiliki banyak tumbuh-tumbuhan lebat yang berisi antara lain pohon, semak, paku-pakuan, rumput, jamur dan lain sebagainya serta menempati daerah yang
cukup luas.http:ilmuhutan.compengertian-hutan, diakses 14 Juni 2016, pukul 13:20 Wib.
Universitas Sumatera Utara
9
ini dari radio atau dari mulut ke mulut, membaca iklan di majalah, tabloid, koran atau buku-buku, atau pernah melihat sosok di antara dukun yang bertebaran dalam
tayangan layar televisi. Untuk saat ini, sebagaimana diketahui secara umum ada beberapa fungsi
datu di tengah-tengah masyarakatnya seperti, pengobatan dan penyembuhan penyakit, sebagai imam dalam ritus keagamaan Batak, sebagai medium dalam
memanggil serta berhubungan dengan roh-roh nenek moyang tertentu dan sebagai peramal atau dukun tenung. Masih digunakannya cara pengobatan tradisional
dukun atau datu di kalangan masyarakat pendukungnya disebabkan, fungsinya mampu memenuhi persyaratan yang berhubungan dengan kesehatan, meskipun
perkembangan obat modern maju pesat.Dengan itu peneliti tertarik melihat kepercayaan masyarakat terhadap pengobatan tradisional yang dilakukan oleh
seorang dukun, pangobati atau datu di Desa Janji Hutanapa dan peneliti membuat jud
ul penelitian yaitu “ Pangobati Batak Toba Inang Hotang”.
1.2 Tinjauan Pustaka