Pengaruh Pengalaman Subjektif. Pangobati Batak (Studi Kasus Penyembuh Inang Hotang di Desa Janji Hutanapa, Kecamatan Parlilitan)

23 disebabkan mahluk halus seperti roh, hantu dan jin personalistik dan bukan mahluk halus seperti racun, tuba, terkilirpatah naturalistik. Pendapat dan penelitian dari dua ahli tersebut semakin memperjelas penyebab kepercayaan masyarakat terhadapa pengobatan tradisional dukun. Kepercayaan masyarakat terhadap pengobatan dukun dikarenakan adanya pemahaman masyarakat mengenai dukun atau datu sebagai penolong. Terdapat beberapa faktor penyebab masyarakat percaya kepada dukun atau datu:

a. Pengaruh Pengalaman Subjektif.

Pengalaman subjektif adalah segala peristiwa yang dialami seseorang tetapi tidak dapat dikonfirmasi oleh orang lain meskipun peristiwa tersebut diceritakan secara rinci. Contoh pengalaman subjektif adalah mimpi di kala tidur dan sensasi-sensasi ketika sedang 9 berhalusinasi. Setiap orang dengan mudah memaklumi bahwa mimpi di kala tidur bukan sesuatu yang riil secara fisik, tetapi, bila seseorang dalam keadaan terjaga tidak tidur lalu mengalami perasaan melayang di ruang hampa, mendengar suara-suara aneh gaib, melihat bayangan makhluk aneh dan sebagainya maka orang tersebut cenderung menganggap bahwa pengalamannya itu adalah sesuatu yang 10 riil, yakni pengalaman berjumpa dengan alam atau makhluk gaib. Sulit bagi orang yang mengalami halusinasi itu untuk mengiyakan pandangan yang menyatakan bahwa apa yang dialaminya itu sesuatu yang tidak nyata. Meskipun dia bersama orang lain teman ketika mengalami 9 Berhalusinasi adalah terjadinya persepsi dalam kondisi sadar tanpa adanya rangsang nyata terhadap indera. Kualitas dari persepsi itu dirasakan oleh penderita sangat jelas dan berasal dari luar ruang nyatanya. Wikipedia Bahasa Indonesia, diakses 11 Oktober 2016, pukul 02:50 Wib. 10 Riil adalah nyata atau sungguh. Wikipedia Bahasa Indonesia, diakses 11 Oktobear 2016, pukul 02:55 Wib. Universitas Sumatera Utara 24 halusinasi tersebut, sementara temannya tidak mengalami seperti yang ia rasakan, dia tetap akan berpendapat bawa pengalaman itu adalah sesuatu yang nyata. Dia juga akan berpendapat bahwa pengalamanya itu hanya dapat dicerap melalui indera “keenam”. Bahwa teman yang bersama dengannya tadi tidak mengalami hal yang sama, lebih disebabkan karena sang teman tidak memiliki indera keenam. Bila orang yang terhalusinasi itu memiliki dasar kepercayaan tentang eksistensi makhluk yang dia lihat di dalam halusinasinya itu, maka akan semakin kuatlah keyakinannya terhadap eksitensi dan kemampuan makhluk-mahkluk tersebut.

b. Pengaruh Tradisi dan Tokoh Panutan.