Misalkan seorang anak yang membunuh ayahnya, anak tersebut mempunyai saudara. Kemudian saudara tersebut yang memiliki hak
qishash meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai ahli waris kecuali saudaranyaa yang meninggal tadi, maka hukum qishash menjadi gugur,
karena tidak mungkin seseorang melaksanakann qishash terhadap dirinya sendiri. Atau hal lain yang mewarisi qishash tidak bisa dibunuh, contohnya
adalah seorang ayah yang membunuh anaknya tidak dapat di qishash, hal ini dikarenakan anak sebagai pemilik hak qishash tidak bisa melakukan
qishas pembunuh ayahnya. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah saw. bahwan Umar bin Khattab mendengar Rasulullah saw, bersabda, ”tidaklah
di qishash orangtua karena membunuh anaknya. HR. Ahmad, at- Tirmidzi, Ibn Majah dan baihaqi
2. Hukuman Pengganti
Menurut ulama fikih, apabila hukuman qishash gugur, disebabkan hal-hal yang mengugurkan hukuman qishash diatas, maka ada dua hukuman penggganti
lain, yaitu hukuman diyat dan hukuman ta’zir. Hukuman ta’zir, menurut para ulama mazhab Maliki, dan diatas kehendak hakim menurut jumhur ulama. Artinya jika
qishash gugur, hukuman pengantinya menurut ulama mazhab Maliki adalah hukuman ta’zir. Menurut jumhur ulama hukuman ta’zir hanya boleh dikenakan
apabila menurut pandangan hakim hal itu perlu diperlukan, karenanyaa hukuman
Universitas Sumatera Utara
pengganti tidak berstatus sebagai hukuman pengganti.
121
Diyat secara syara’ adalah harta yang wajib karena suatu kejahatan terhadap jiwa atau sesuatu dihukumi sama seperti jiwa. Sedangkan ‘ursy adalah
harta yang wajib yang telah ditetapkan dan ditentukan bentuk dan besarannya oleh syara’ karena suatu kejahatan terhadap selain jiwa terhadap anggota badan,
kekerasan fisik, yakni anggota badan yang diyat nya tidak penuh jadi, ‘ursy adalah sebutan untuk diyat yang tidak penuh.
Berdasakan hal tersebut, maka akan lebih lanjut dibahas dalam hal ini adalah masalah diyat.
122
Berdasarkan hal ini, kata diyat digunakan untuk menyebut harta kompensasi pengganti jiwa atau sesuatu yang
dihukumi sama seperti jiwa, seperti jiwa, sedangkan ‘ursy digunakan untuk sebutan diyat anggota tubuh.
123
Diyat adalah denda berupa harta benda yang harus dibayar akibat melakukan tindak pidan pembunuhan, melukai atau menghilangan fungsi anggota
badan, atau tindak pidana lainnya.
124
Diyat bagi pembunuhan sengaja terjadi jika apabila dilakukan hukuman pengganti terhadap hukum pokok. Hukuman pengganti terjadi apabila keluarga
korban menghapuskan hukuman pokok atau dengan kata lain keluraga korban memberikan maaf kepada pelaku pembunuhan, maka pihak keluarga korban berhak
Syariat Islam hadir dengan mengukuhkan hukum masyarakat jahiliyah. Hal ini terekam dalam orang pertama yang
menunaikan diyat sebanyak seratus ekor unta ba’ir Abdul Muthalib. Unta ba’ir relevan untuk unta jantan dan unta betina.
121
Abdul Aziz Dahlan, OP.Cit., hal. 1384.
122
Wahbah Az-Zuhaili, Op.Cit., hal. 630-631.
123
Ibid, hal. 631.
124
Wahbah Zuhaili. Op.Cit., hal. 193.
Universitas Sumatera Utara
mengganti hukuman pelaku pembunuhan dengan membebankan pelaku pembunuhan untuk membayar ganti rugi.
a. Jenis Diyat dan Kadarnya Jenis hukuman diyat menurut H.A Dzauli, mengutip pendapat Imam Abu
Hanifah dan Imam Malik ada 3 tiga macam, yaitu seratus ekor unta, seribu dinar emas, atau dua belas ribu dirham perak.
125
Penetapan sayyidina Umar dalam hadits atsar yang diriwayatkan oleh baihaqi melalui Imam Syafi’i, Sayyidina Umar menetapkan untuk penduduk yang
memiliki emas, diyat nya seribu dinar, dan untuk perak diyatnya adalah sepeluh ribu dirham.
Menurut sumber yang sama sependapat seperti ini dikeluarkan oleh Asy-Syafi’i dalam qaul qadimnya. Akan tetapi beliau
berbeda dalam qaul jadidnya, beliau hanya mengharuskan unta, sedangkan emas dan perak disandarkan pada harga unta tersebut.
126
Menurut Imam Abu Yusuf, Imam Muhammad ibn Hasan, dan Imam Ahmad ibn Hanbal, jenis diyat itu terbagi atas enam bagian, yaitu: unta,
emas, perak, sapi, kambing, atau pakaian.
127
ingatlah ketika sesungguhnya harga unta telah naik mahal -berkata perawi- maka Umar memberikan harga kepada pemilik emas dengan
Manurut Hanabilah, lima jenis yang pertama merupakan asal diyat, sedangkan yang keenam, yaitu pakaian bukanlah
asal diyat, dikarenan hal tersebut dapat berubah-ubah. Alasan tersebut disandarkan berdasarkan Hadits Rasulullah saw bersumber
dari Amr ibn Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, bahwa Sayyidina Umar berpidato,
125
Rahmat Hakim, Op.Cit., hal. 134.
126
Ahmad Wardi Muslich, Op.Cit., hal. 168.
127
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
seribu dinar, dan kepad pemilik perak dua belas ribu dirham, dan kepada sapi dua ratus ekor sapi, dan kepada pemilik kambing seribu ekor
kambing, dan kepada pemilik pakaian dua ratus setel pasang pakaian.HR. Abu Dawud.
128
“dari Atha’ ibn Abi Rabah, bahwa Rasulullah saw. telah memutuskan – dalam riwatayat lain dari ‘Atha’ dari jabir berkata- “Rasulullah saw.
telah memutuskan dalam diyat untuk pemilik unta seratus ekor unta, untuk pemilik sapi dua ratus ekor sapi, untuk pemilik kambing, dua ribu ekor
kambing, dan untuk pemilik pakaian dua ratus setel pakaian.HR. Abu Dawud.
Disamping hadits atsar tersebut, dan hadits yang dikemukan sebelumnya, terdapat pula hadit lain yang diriwayatkan oleh Abu Dawud,
129
Maka dapatlah disimpulkan dari hadits-hadits yang telah disampaikan diatas bahwa jelaslah sudah mengenai penerapan hukum diyat bagi pelaku
pembunuhan ada beberapa macam bagian, baik itu menggunakan emas, perak, unta, sapi, kambing atau pakaian. Para ulama tidak ada yang berselisih pendapat
mengenai hal tersebut, kecuali diyat yang dibayarkan dengan perak. Menurut Hanafiyah, apabila diyat dibayar dengan emas maka jumlahnya seribu dirham,
dan apabila dibayar diyatnya dengan perak, maka jumlanya sepuluh ribu dirham,. Sedangkan jumhur ulama berpendapat bahwa apabila diyat_nya dibayarkan
dengan perak, maka jumlahnya dua belas ribu dirham.
128
Ibid, hal. 168-169.
129
Ibid, hal 169.
Universitas Sumatera Utara
b. Pemberatan dan Peringanan Diyat Diyat terbagi 2 dua, yaitu diyat mughalladzah dan diyat mukhaffafah.
Diyat mughalladzah berlaku pada pembunuhan yang menyerupai sengaja. Menurut Hanafiyah mughalladzah juga berlaku dalam pembunuhan sengaja yang
terjadi karena syubhat, yaitu pembunuhan oleh orangtua atas anaknya. Diyat dalam pembunuhan sengaja ini berlaku dengan persetujuan pada pelaku dan wali
korban, setelah adanya pemaafan dari pihak keluarga atau sebagian dari mereka. Menurut jumhur ulama, diyat mughalladzah dalam pembunuhan sengaja,
dengan syarat apabila adanya pengampunan atau qishash dimaafkan oleh keluarga korban, dan hal ini juga berlaku terhadap pembunuhan semi sengaja. Sedangkan
Malikiyah berpendapat bahwa diyat mughalladzah dalam pembunuhan sengaja berlaku apabila disetujui oleh wali korban, dan juga dalam dalam pembunuhan
oleh orangtua kepada anaknya.
130
Pembayaran diyat mughalladzah hanya berlaku dengan menggunakan unta, selain daripada unta maka diyat_nya dinyatakan tidak sah atau tidak berlaku.
Hal ini sesuai dengan ketentuan syara’ dan tidak berlaku dengan jenis yang lain, seperti emas dan perak. Komposisinya menurut Malikiyah, Syafi’iyah dan Imam
Muhammad ibn Hasan , dibagi menjadi tigaa kelompok, ayitu segai berikut:
131
a Tiga puluh ekor unta hiqqah umur 3-4 tahun; b Tiga puluh ekor unta jadza’ ah umur 4-5 tahun;
c Empat puluh ekor unta khalifah sedang bunting.
130
Ibid, hal. 170.
131
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Pendapat ini didasarkaan kepada hadits Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh abu Dawud dan at-Tirmidzi, dari Amr ibn Syu’aib, bahwa
Rasulullah saw. bersabda, “diyat itu adalah tiga pulun ekor unta jadza’ah umur 4-5 tahun, tiga
puluh ekor hiqqah umur 3-4 tahun, dan empat puluh ekor unta khalifah yang didalam perutnya ada anaknya. HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi.
Menurut hanafiyah selain Muhammad ibn Hasan, dan Hanabillah, diyat mughalladzah ini komposisinya dibagi menjadi 4 empat kelompok, yaitu:
a 25 ekor unta bintu makhadh unta betina umur 1-2 tahun; b 25 ekor unta bintu labun unta betina umur 2-3 tahun;
c 25 ekor unta hiqqah unta umur 3-4 tahun; dan d 25 ekor unta jadza’ah unta umur 4-5 tahun.
Pendapat ini didasarkan pada hadits Rasulullah saw. yang diriwaytkan oleh Az-Zuhri, dari Saib bin Yazid dia berkata:
”diyat pada masa Rasulullah saw. dibagi empat kelompok, , dua puluh lima ekor unta hiqqah, dua puluh lima ekor unta jadza’ah, dua puluh lima
ekor unta bintu labun, dan dua puluh lima ekor unta bintu makhadh.HR. Az-Zuhri.
132
Pemberatan diyat dalam pembunuhan sengaja dan semi sengaja, dapat dilihat dalam tiga aspek, yaitu sebagain berikut:
133
a Pembayaran ditanggung sepenuhnya oleh pelaku; b Pembayaran harus tunai tidak boleh dicicil; serta
132
Ibid, hal. 171.
133
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
c Umur unta lebih dewasa. Sedangkan diyat mukaffafah adalah diyat yang di peringan. Keringanan
tersebut dapat dilihat dalam 3 tiga aspek, yaitu sebagi berikut:
134
a Kewajiban membayar dibebankan kepada ‘aqilah keluarga; b Pembayaran dapat diangsur selama tiga tahun;
c Komposisi unta dibagi menjadi 5 lima kelompok, yaitu sebagi berikut 20 ekor unta bintu makhadh unta betina umur 1-2 tahun;
20 ekor unta ibnu makhadh unta jantan umur 1-2 tahun; 20 ekor unta bintu labun unta betina umur 2-3 tahun;
20 ekor unta hiqqah umur 3-4 tahun; 20 ekor unta jadza’ah umur 4-5 tahun .
Komposisi ini merupakan pendapat Hanafiyah dan Hanabilah. Sementara menurut Malikiyah dan Syafi’iyah, untuk unta ibnu makhadh diganti dengan ibnu
labun unta jantan umur 2-3 tahun. Ketentuan ini di dasarkan pada ketentuan hadits Ibn Mas’ud, bahwa Rasulullah saw. bersabda,
“Diyat untuk pembunuhan karena kesalahan dibagi menjadi lima bagian, dua puluh ekor unta hiqqah, dua puluh ekor unta jadza’ah, dua puluh ekor
unta bintu makhadh, dan dua puluh ekor unta bintu labun dua puluh ekor unta ibnu labun.”
134
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
3. Hukuman Pelengkap