2. Fungsi yang Khusus Fungsi khusus dari hukum pidana adalah melindungi kepentingan hukum
terhadap perbuatan yang hendak memperkosanya dengan sanksi yang berupa pidana yang sifatnya tampil tajam bila dibandingkan dengan sanksi
yang terdapat pada cabang hukum yang lain. Kepentingan hukum ini baik berupa kepentingan hukum seseorang, suatu badan atau suatu masyarakat.
Berdasarkan tujuan-tujuan hukum pidana yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa negara selaku pemegang kekuasaan tertinggi
dalam menjalankan kehidupan bermasayarakat, berbangsa dan bernegara sudah selayaknya untuk membuat dan menciptakan suatu keteraturan dalam bentuk
hukum ataupu peraturan yang menjamin kehidupan bermasyarakat, berabangsa dan bernegara. Adanya aturan hukum tersebut harus dibuat semaksimal mungkin,
menyeimbangkan antara keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum sehingga masyarakat merasa terlindungi dan dapat melakukan interaksi dengan masyarakat
lainnya dengan nyaman, tenteram, dan damai.
C. Pengaturan Tindak Pidana Pembunuhan yang Disengaja dalam
KUHP Apabila melihat kedalam kitab undang-undang hukum pidana, maka akan
sangat mudah dipahami bahwa maksud dan kehendak pembuat undang-undang dalam menetapkan kejahatan terhadap nyawa yang diatur pada buku II Bab XIX
KUHP. Ketentuan-ketentuan tersebut mengatur mengenai kejahatan yang ditujukan terhadap nyawa yang diatur dalam 13 tiga belas pasal. Antara pasal
yang satu memiliki keterkaitan, tetapi berbeda dengan unsur-unsur tindak pidana
Universitas Sumatera Utara
yang terkandung di setiap pasal, sehingga perbuatan seseorang dengan mudah dapat dijatuhkan terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan.
Pengaturan-pengaturan mengenai ketentuan pidana tentang kejahatan yang ditujukan terhadap nyawa orang sebagaimana dimaksudkan di atas, kita juga
dapat mengetahui bahwa pembentuk undang-undang telah bermaksud membuat perbedaan antara berbagai kejahatan yang dapat dilakukan orang terhadap nyawa
orang dengan memberi kejahatan tersebut dalam lima jenis kejahatan yang ditujukan terhadap nyawa orang, masing-masing sebagai berikut:
51
a. Kejahatan berupa kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain dalam pengertiannya yang umum, tentang kejahatan mana pembentuk undang-
undang selanjutnya juga masih membuat perbedaan antara kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain yang tidak direncanakan lebih dahulu
yang telah diberinya nama doodslag dengan kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain dengan direncanakan lebih dahulu yang disebutnya
moord. Doodslag diatur dalam pasal 338 KUHP sedang moord diatur dalam pasal 340 KUHP;
b. Kejahatan berupa kesengajaan menghilangkan nyawa seorang anak yang baru dilahirkan oleh ibunya sendiri. Tentang kejahatan ini selanjutnya
pembentuk undang-undang masih membuat perbedaan antara kesengajaan menghilangkan nyawa sesorang anak yang dilakukan ibunya sendiri yang
dilakukan tanpa direncanakan lebih dahulu dengan kesengajaan menghilangkan nyawa seorang anak yang baru dilahirkan oleh ibunya
51
P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang, Op.Cit., hal 11-12.
Universitas Sumatera Utara
sendiri yang dilakukan dengan direncanakan lebih dahulu, jenis kejahatan yang disebutkan terlebih dahulu itu oleh pembentuk undang-undang telah
disebut sebagai kinderdoodslag dan diatur dalam pasal 341 KUHP, adapun jenis kejahatan yang disebutkan kemudian adalah kindermoord dan diatur
dalam pasal 342 KUHP;
52
c. Kejahatan berupa kesengajaan menghilangkan nyawa orang atas permintaan, yang bersifat tegas dan sungguh-sungguh dari orang itu
sendiri, yakni sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 344 KUHP;
53
d. Kejahatan berupa kesengajaan mendorong orang lain melakukan bunuh diri atau membantu orang lain melakukan bunuh diri sebagaimana yang
diatur dalam pasal 345 KUHP; e. Kejahatan berupa kesengajaan menggugurkan kandungan seorang wanita
atau menyebabkan anak yang berada dalam kandungan meninggal dunia. Pengguguran kandungan itu oleh pembentuk undang-undang tealh disebut
dengan kata afdrijving. Mengenai kejahatan ini selanjutnya pembentuk undang-undang membuat perbedaan antara beberapa jenis afdrijving yang
dipandang dapat terjadi didalam praktik, masing-masing yaitu sebagai berikut:
54
1 Kesengajaan menggugurkan kandungan yang dilakukan atas permintaan wanita yang mengandung, seperti yang diatur dalam pasal
346 KUHP;
52
Ibid, hal. 12.
53
Ibid.
54
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
2 Kesengajaan menggugurkan kandungan yang dilakukan orang tanpa mendapatkann izin lebih dahulu dari wanita yang mengandung seperti
yang telah diatur dalam pasal 347 KUHP; 3 Kesengajaan mengugurkan kandungan yang dilakukan dengan
mendapatkan izin lebih dahulu dari wanita mengandung seperti yang telah diatur dalam pasal 348 KUHP;
4 Kesengajaan menggugurkan kandungan seorang wanita yang pelaksanaannya dibantu oleh seorang dokter, seorang bidan, atau
seorang peramu obat-obatan, yakni seperti yang diatur dalam pasal 349 KUHP.
D. Unsur-Unsur Tindak Pidana Pidana Pembunhan dalam KUHP