D. Sanksi Hukuman dalam Tindak Pidana Pembunuhan Biasa dalam
Bentuk Pokok
1. Sanksi Hukuman Tindak Pidana Pembunuhan Biasa dalam Bentuk
Pokok menurut Kajian KUHP
Telah dijelaskan pada Bab II mengenai sanksi hukuman tindak pidana pembunuhan biasa dalam bentuk pokok berdasarkan KUHP yaitu pidana penjara.
Barda Nawawi Arief menyatakan dalam Dwidjaya Priyatno Bahwa, pidana penjara tidak hanya perampasan kemerdekaan, tetapi juga menimbulkan akibat
negatif terhadap hal-hal yang berhubungan dengan dirampasnya kemerdekaan itu sendiri. Akibat negatif itu antara lain terampasnya juga kehidupan seksual yang
normal dari seseorang, sehinggat terjadi hubungan homoseksual dan masturbasi dikalangan pidana.
161
Hakim tidak boleh menjatuhkan vonis kepada terdakwa melebihi dari apa yang dituntut oleh jaksa penuntut umum dalam surat tuntutan, sebaliknya hakim
Hukuman pokok yang diterapkan dalam tindak pidana pembunuhan biasa dalam bentuk pokok adalah hukuman penjara paling lama lima belas tahun
penjara dan paling singkat minimal satu hari masa penjara. Penjatuhan hukuman pidana penjara dalam tindak pidana pembunuhan biasa dalam bentuk pokok
dilakukan dalam proses persidangan. Jaksa penununtut umum yag bertugas melakukan penuntutan terhadap pelaku pembunuhan, sedangkan yang memutus
perkara pembunuhan dalam persidangan adalah hakim dengan memperhatikan tuntutan yang diajukan oleh jaksa penuntut umum.
161
Dwiyatno, Op.Cit., hal. 71.
Universitas Sumatera Utara
di perbolehkan untuk menjatukan hukuman yang lebih ringan dari apa yang telah di tuntut olej jaksa penuntut umum dalam surat tuntutannya di pengadilan.
2. Sanksi Hukuman
Tindak Pidana Pembunuhan Biasa dalam Bentuk Pokok menurut Kajian Hukum Pidana Islam
Sanksi hukuman yang diterpakn dalam tindak pidana pembunuhan yang
tergolong dalam tindak pidana pembunuhan biasa dalam bentuk pokok adalah penerpan sanksi hukuman tindak pidana pembunuhan sengaja dalam kajian
hukum pidana Islam. Menurut hukum pidana Islam, sanksi hukuman yang diterapkan dalan tindak pidana pembunuhan sengaja ada tiga, yaitu hukuman asli,
hukuman pengganti dan hukuman pembunuhan tambahan atau hukuman pelengkap.
162
Dalam hukum pidana Islam, yang melakukan tuntutan dalam persidangan pidan Islam terhadap pelaku pembunuhan adalah ahli waris korban atau keluarga
yang ditinggalkan. Pihak keluarga dapat menunutut pelaku pembunuhan dengan dua hukuman yangt telah ditentukan yaitu qishash hukuman yang setimpal
Seperti yang telah dijelaskan pada bab III diatas, bahwa hukuman asli terdiri dari hukuman qishash. Hukuman pengganti yaitu diyat dan takzir, yang
mana hal ini akan terlaksana dengan syarat bahwa hukuman qishash telah gugur dengan syarat dan ketentuannya. Sedangkan hukuman pelengkap atau hukuman
tambahan berupa terhalangnya hak mewarisi terhadap pelaku pembunuhan atas harta terbunuh dan terhalangannya hak untuk menerima wasiat terhada pelaku
pembunuhan.
162
Abdul Aziz Dahlan, Op.Cit., hal. 1381.
Universitas Sumatera Utara
dengan perbuatan pelaku atau dengan diyat. Diyat hanya dapat diterapkan apabila keluarga korban memberikan maaf kepada pelaku. Oleh karena pemberian maaf
dari ahli waris korban, maka ahli waris koraban berhak untuk meminta hukuman pengganti, yang dikenal dengan diyat.
Hakim dalam pidana Islam hanya berfungsi untuk mengarahkan jalannnya sidang dan memutus tuntutan yang di tuntut oleh pihak ahli waris korban
sesuaidengan ketentuan hukum Islam. Apabila pihak ahli waris korban meminta jarimah qishash diterapkan pada korban, maka hakim memutuskan vonis hukum
qishash bagi pelaku pembunuhan. Sebaliknya, apabila pihak ahli waris korban memaafkan korban, maka hakim harus bertanya, apakah mereka ingin meminta
atau menuntut diyat pada pelaku pembunuhan atau memaafkan korban dengan ikhlas.
3. Perbandingan Sanksi Hukuman Tindak Pidana Pembunuhan Biasa