BAB III PENGATURAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BIASA DALAM
BENTUK POKOK DOODSLAG BERDASARKAN HUKUM PIDANA
ISLAM
A. Sejarah Terjadinya Pembunuhan
Pembunuhan pertama dalam kehidupan manusia adalah pembunuhan yang dilakukan oleh Qabil terhadap Habil. Hal ini sebagaimana dijelaskan Allah swt.
dalam surah Al-Maidah ayat 27 sampai dengan 31. Dalam ayat 30, antara lain disebutkan:
71
Atas terbunuhnya Habil oleh Qabil, maka itu merupakan sejarah pertama kali di muka bumi ini mengenai pembunuhan. Sehingga ketika berbicara
mengenai latar belakang terjadinya pembunuhan untuk yang pertama kali di muka Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh
saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah makaa jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi. QS. Al-Maidah: 30.
Qabil dan Habil adalah putera Nabi Adam as. dan Hawa. Untuk melanjutkan garis keturunan, Nabi Adam as. menjodohkan Habil dengan Iqlima
dan Qabil dengan Labuda. Namun, Qabil merasa ia lebih berhak atas Iqlima dikarenakan Qabil dan Iqlima lahir secara bersamaan dan ditambah lagi Iqlima
memiliki wajah yang lebih cantik dibandingkan dengan Labuda, sehingga hal tersebutlah yang membuat Qabil merasa iri sekaligus dengki terhadap Habil. Oleh
karena keirian tersebut, maka Qabil yang telah dipengaruhi oleh syaithan, memutuskan untuk membunuh Habil.
71
Ahmad Wardi Muslich, Op.Cit., hal. 135
Universitas Sumatera Utara
bumi ini, maka yang teringat adalah kisah Qabil dan Habil. Sampai saat ini, pembunuhan kerap kali dilakukan, bahkaan pembunuhan dilakukan dengan cara
yang lebih variatif, seolah-olah para pelaku pembunuhan menganggap bahwa, dengan membunuh, maka semua urusan telah selesai. Memang secara urusan
dunia telah selesai, tetapi Islam mengenal kehidupan setelah mati, dan pada saat itulah pembalasan yang adil dari Ahkamul Hakimin.
72
B. Pengertian Pembunuhan Menurut Hukum Pidana Islam
Salah satu tindak pidana menghilangkan nyawa seseorang dan termasuk dosa besar. Dalam fikih, tindak pidana pembunuhan al qatl disebut juga dengan
al-jinayah ‘ala an nafs al-insaniyah kejahatan terhadap nyawa. Ulama fikih mendefinisiskan pembunuhan dengan perbuataan manusia yang berkaitan dengan
hilangnya nyawa seseorang.
73
Menurt T.M Hasbi Ash Shiddiqi dalam Ahmad Wardi Muslich pembunuhan dalam bahasa Indonesia diartikan dengan proses, perbuatan atau
dengan cara membunuh, sedangkan pengertian membunuh adalah mematikan, menghilangkan menghabisi, mencabut nyawa.
74
72
Dalam al-Qur’an atau dalam bahasa Arab umumnya, bijaksana atau kebijaksanaan ini disebut dengan “al-khikmah”, kemudian orang yang bersikap atau bertindak dengan bijaksana
disebut “hakim”. kalau kita pernah mendengar sebutan “pak hakim”, ini sebenarnya orang yang harus memutuskan perkara dengan bijaksana. Allah swt juga mempunyai sifat al-hakim, yang
artinya Maha Bijaksana, al-hakim ini termasuk asmaul husna
73
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam Jilid IV, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2006, hal. 1378-1379.
74
Ibid, hal. 135.
Dalam bahasa Arab, pembunuhan disebut Al-Qotlu berasal dari kata qotla yang sinonimnya amata
artinya mematikan. Dalam arti istilah, pembunuhan didefiniskan oleh Wahbah
Universitas Sumatera Utara
Zuhaili yang mengutip pendapat Sayarbini khatib dalam Ahmad Wardi Muslich sebagai berikut:
75
Selanjutnya wahbah Zuhaili mengatakan bahwa pembunuhan adalah suatu tindakan yang menghilangkan nyawa atau mematikan. Atau suatu tindakan oleh
manusia yang menyebakan hilangnya kehidupan, yakni tindakan yang merobohkan formasi bangunan yang disbut manusia.
Pembunuhan adalah perbuatan manusia yang menghilangkan kehidupan yakni pembunuhan itu asdalah menghilangkan nyawa manusia dengan
sebab perbuatan manusia lainnya.
76
Menurut Zainuddin Ali, pembunuhan adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang danatau
beberapa orang yang mengakibatkan seseorang danatau beberapa orang meninggal dunia.
77
Apabila diperhatikan dari sifat perbuatan seseorang danatau beberapa orang dalam melakukan pembunuhan, maka dapat diklasifikasikan atau
dikelompokkan menjadi: disengaja al-amd, tidak disengaja khata, dan semi sengaja syhibu al-amd.
78
Pembunuhan menurut Wojowasito adalah perampasan nyawa seseorang, sedangkan menurut Abdul Qadir Audah, adalah perbuatan seseorang
menghilangkan kehidupan ataau hilangnya roh adami akibat perbuatan manusia yang lain.
79
75
Ibid, hal. 136-137.
76
Wahabah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Jakarta: Gema Insani dan darul Fiqir, 2011, hal. 542.
77
Zainuddin Ali, Op.Cit, hal. 24.
78
Ibid.
79
Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam “Fiqih Jinayah,” Bandung: Pustaka Setia, 2000, hal.113.
Menurut Rahmat Hakim, pembunuhan adalah perampasan atau peniadaan nyawa seseorang oleh orang lain yang mengakibatkan tidak
Universitas Sumatera Utara
berfungsinya seluruh anggota badan disebabkan ketiadaan roh sebagai unsur utama untuk menggerakkan tubuh.
Pembunuhan adalah perbuatan yang dilarang oleh syara’.
80
Apabila dilihat dari segi hukumnya, pembunuhan dalam Islam ada dua bentuk, yaitu pembunuhan pembunuhan yang diharamkan, seperti membunuh
orang lain dengan sengaja tanpa sebab; dan pembunuhan yang dibolehkan, seperti Hukum
pembunuhan bukanlah suatu hukum yang dibuat oleh manusia sebagaimana hukum pembunuhan yang ada di Indonesia, hukum pembunuhan langsung diatur
oleh Allah swt. yang disampaikan kepada Rasulullah saw. baik secara langsung maupun melalui perantara malaikat Jibril as. Sumber hukum pembunuhan juga
berasal langsung dari Rasulullah saw, yang diperoleh berdasarkan bimbingan langsung dari Allah swt, hal ini dikenal dengan Hadits, baik itu hadits yang
disandarkan atas nama Allah swt hadits qudsi maupun hadits yang disandarkan kepada nabi sendiri hadits nabawi.
Dari definisi diatas, maka dapat diambil suatu kesimpulan mengenai definisi dari suatu pembunuhan, yaitu pembunuhan merupakan suatu perbuatan
yang dilakukan oleh seseorang danatau beberapa orang dengan sengaja, tidak sengaja atau karena kesalahan menyebabkan matinya atau hilangnya nyawa
manusia secara melawan hukum sehingga menyebabkan tidak berfungsinya lagi anggota tubuh secara normal dikarenakan telah terpisahnya antara roh dengan
raga.
80
Hukum syara’merupakan acuan dalam tindakan manusia tentunya seorang mukallaf yang beragama islam yang di tugasi untuk melaksanakan ibadah kepada Allah swt sesuai dengan
kitab Allah yaitu Al-Quran. Adanya perbedaan pendapat dalam pengertian hukum syara’antara ahli ushul fiqih dengan ahli fiqh tidak membuat kita bingung untuk menentukan suatu perbuatan
yang dihukumi semestinya.
Universitas Sumatera Utara
membunuh orang yang murtad jika ia tidak mau tobat atau membunuh musuh dalam peperangan.
81
Namun, sebagian ulama fikih membaginya menjadi lima macam, yaitu:
82
1. Pembunuhan yang wajib, seperti membunuh orang murtad yang tidak mau tobat;
2. Pembunuhan yang haram, seperti membunuh orang lain tanpa sebab; 3. Pembunuhan yang makruh, yaitu seorang yang jihad membunuh
saudaranya yang kafir yang tidak mencela atau mencaci maki Allah swt;
4. Pembunuhan yang dianjurkan sunah, seperti seseorang yang berjihad membunuh keluarganya yang kafir, yang mencela atau mencaci maki
Allah swt; dan 5. Pembunuhan yang dibolehkan mubah, seperti pembunuhan dalam
rangka qishash hukuman bagi pembunuhan sengaja Dari kelima jenis pembunuhan yang dikemukakan oleh ulama diatas, yang
termasuk perbuatan tindak pidana yang diancam dengan dengan hukuman qishash adalah pembunuhan yang diharamkan. Tindakan penghilangan nyawa
manusiapembunuhan ada tiga macam yang dikenal dalam hukum pidana islam, yaitu sebagai berikut:
1. Pembunuhan sengaja Al-‘amd Pembunuhan sengaja Al-‘amd yaitu tindak pidana pembunuhan terencana
yang menggunakan alat yang dapat mematikan, baik berupa benda tumpul seperti kayu atau batu maupun benda tajam seperti pisau dan sejenisnya.
83
Menurut Abdul Qadir Audah, “pembunuhan sengaja adalah suatu pembunuhan yang
mengakibatkan hilangnya nyawa itu disertai dengan niat untuk membunuh korban.”
84
81
Abdul Aziz Dahlan, Op.Cit., hal. 1397
82
Ibid.
83
Wahbah Zuhaili, Op.Cit., hal. 154.
84
Ahmad Wardi muslich, Op.Cit., hal. 141-142.
Dalam redaksi lain, Sayid Sabiq memberikan definisi pembunuhan
Universitas Sumatera Utara
sengaja, yaitu “pembunuhan sengaja adalah suatu pembunuhan dimana seorang mukallaf sengaja untuk membunuh orang lain yang dijamin keselamatannya,
dengan menggunakan alat yang menurut dugaan kuat dapat membunuh mematikannya.
Dari definisi diatas dapat diambil intisari bahwa pembunuhan sengaja adalah suatu pembunuhan dimana pelaku perbuatan tersebut sengaja melakukan
suatu perbuatan dan dia menghendaki akibat perbuatannya, yaitu matinya orang yang menjadi korban. Sebagai indikator dari kesengajaan untuk membunuh
tersebut dapat dilihat dari alat yang digunakannya. Dalam hal ini alat yang galibnya lumrahnya dapat mematikan korban , seperti senjata api, senjata tajam,
dan sebagainya. 2. Pembunuhan Karena KesalahanTidak Sengaja khata’u
Pembunuhan tidak sengaja khata’u yaitu pelaku tidak terencana melakukan pembunuhan. Misalnya dia melempari sesuatu seperti tembok, hewan,
atau pohon, lalu lemparan itu mengenai orang atau dia terjatuh di tempat yang tinggi dan menimpa orang dibawahnya hingga tewas. Pada contoh pertama,
pelaku sengaja melakukan lemparan tanpa bermaksud mengenai target seseorang, sedangkan pada contoh kedua pelaku tidak merencanakan keduanya.
85
Pengetian pembunuhan sengaja atau karena kesalahan menurut sayid sabiq adalah, “pembunuhan karena kesalahan adalah apabila seorang mukallaf
melakukan perbuatan yang dibolehkan untuk dikerjakan, seperti menembak
85
Wahbah Zuhaili, Op.Cit., hal. 154.
Universitas Sumatera Utara
binatang buruan atau membidik suatu sasaran, tetapi kemudian mengenai orang yang dijamin keselamatannya dan membunuhnya.
86
3. Pembunuhan Semi Sengaja Syibh ‘amd Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi
penyebab kematian korban adalah dikarenakan kesalahan pelaku itu sendiri sehingga menyebabkan orang lain mati. Contohnya, si A pergi berburu kehutan,
ditengah hutan si A melihat ada yang bergerak-gerak di balik rerumputan, kemudian si A melalui senapannya melepaskan tembakan, dengan anggapan
bahwa itu adalah seekor rusa. Ternyata yang tertembak adalah si B penduduk sekitar yang sedang mencari kayu di sekitar hutan.
Berdasarkan hal tersebut, si A memang memiliki niat untuk menembak, tetapi tujuan atau niatannya tersebut bukan di tujukan kepada si B, tetapi kepada
hewan buruannya. Jika seperti itu kejadiannya, maka dalam hukum Islam perbuatan tersebut tergolong kedalam pembunuhan karena kesalahan kelalaian
pelaku. Hukuman yang diterapkan kepada pelaku menurut jumhur ulama adalah diyat kepada keluarga korban yang ditinggalkan. Diyat tersebut dibayarkan
dengan syarat bahwa korban benar-benar telah meninggal dunia akibat perbuatan pelaku.
pembunuhan semi sengaja Syibh ‘amd atau sengaja tapi keliru, yaitu
berencana melakukan pembunuhan dengan alat yang tidak mematikan. Misalnya memukul seseorang dengan tongkat yang ringan atau cambuk dan sebagainya
yang tidak mematikan, lalu dia tewas. Menurut Hanafiyah, seperti dikutif Abdul
86
Ahmad Wardi Muslich, Opcit., hal. 143.
Universitas Sumatera Utara
Qadir Audah didalam buku Ahmad Wardi Muslich, pengertian pembunuhan semi sengaja adalah sebagai berikut:
“pembunuhan menyerupai semi sengaja adalah suatu pembunuhan dimana pelaku sengaja memukul korban dengan tongkat, cambuk, batu, tangan,
atau benda lain yang mengakibatkan kematian.
87
C. Dasar Hukum Tindak Pidana Pembunuhan dalam Hukum Pidana