selesainya perbuatan, melainkan apakah dari wujud perbuatan itu telah telah menimbulkan akibat terlarang ataukah tidak menimbulkan akibat.
42
B. Tujuan Tindak Pidana Pembunuhan Diatur dalam KUHP
Hukum pidana merupakan ilmu pengetahuan hukum, oleh karena itu peninjauan bahan-bahan mengenai hukum pidana terutama dilakukan dari
pertanggungjawban manusia tentang “perbuatan yang dapat dihukum.”
43
Jika seseorang melanggar peraturan pidana, maka akibatnya ialah bahwa orang itu
dapat dipertanggungjawabkan tentang perbuatannya itu, sehingga ia dapat dikenakan hukuman kecuali orang gila, dibawah umur dan sebagainya.
44
C.S.T Kansil menyebutkan bahwa tujuan hukum pidana itu memberi sistem dalam bahan-bahan yang banyak dari hukum itu. Asas-asas dihubungkan
satu sama lain, sehingga dimasukkan dalam satu sistem. Penyidikan secara demikian adalah dogmatis juridis. Selain hukum pidana dilihat sebagai ilmu
pengetahuan kemasyarakatan. Sebagai ilmu sosial, maka diselidiki sebab-sebab dari kejahatan dan dicari cara untuk memberantasnya.
45
Setiap tindak pidana kejahatan yang dilakukan di masyarakat diatur dalam hukum pidana, baik itu tindak pidana pembunuhan, penganiayaan, perzinahan,
pencurian, dan lain sebagainya. Menurut Van Hammel dalam Abul Khair dan Mohammad Eka Putra,
46
42
Ibid, hal. 58.
43
C.S.T Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989, hal. 265.
44
Ibid.
45
Ibid.
46
Abul Khair dan M.Eka Putra, Pemidanaan, Medan: USU Press, 2011, hal. 1.
hukum pidana adalah semua dasar-dasar dan aturan yang
Universitas Sumatera Utara
dianut oleh suatu negara dalam menyelenggarakan ketertiban hukum rechtsorde, yaitu dengan melarang apa yang bertentangan dengan hukum dan mengenakan
suatu nestapa kepada yang melanggar larangan-larangan tersebut. Menurut Jan Remmeling, hukum pidana seharusnya ditujukan untuk
menegakkan tertib di masyarakat hukum. Manusia satu persatu dalam masyarakat saling bergantung, kepentingan mereka dan relasi antar mereka ditentukan dan
dilindungi oleh norma-norma. Penjagaan tertib sosial ini untuk bagian besar sangat tergantung pada paksaan, jika norma tidak ditaati, akan muncul sanksi,
kadangkala berbentuk informal, misalnya perlakuan acuh tak acuh dan kehilangan status atau pengahargaan sosial. Namun, hukum bila menyangkut hal yang lebih
penting, sanksi hukum, melalui tertib hukum negara yang melengkapi penataan sosial, dihaluskan, diperkuat, dan dikenakan pada pelanggar norma tersebut.
47
Menurut van Hammel dalam Andi Hamzah, bahwa prevensi khusus suatu pidana ialah:
48
1. Pidana harus memuat suatu unsur menakutkan supaya mencegah penjahat yang mempunyai kesempatan untuk tidak tidak melaksanakan
niat buruknya; 2. Pidana harus mempunyai unsur memperbaiki terpidana;
3. Pidana mempunyai unsur membinasakan penjahat yang tidak mngkin diperbaiki;
4. Tujuan satu-satunya adalah mempertahankan tata tertib hukum.
47
Ibid, hal, 14.
48
Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, hal. 35-36.
Universitas Sumatera Utara
Untuk menjaga dan melindungi ketertiban di masyarakat, maka negara memiliki peran yang sangat besar, sehingga setiap perbuatan yang meyimpang
dari masyarakat, negara wajib mengenakan sanksi pidana kepada anggota masyarakat tersebut. Dasar atau dalil bagi negara pemerintah untuk mengenakan
sanksi pidana pada umumnya berupa nestapa atau penderiataan kepada anggota masyarakat yang melakukan tindak pidana, atau dengan kata lain apa yang
menjadi dasar dibenarkannya negara pemerintah untuk menjatuhkan pidana, dapat diketahui dari beberapa titik tolak dasar pemikiran yaitu:
49
1. Teori kedaulatan Tuhan Ajaran kedaulatan Tuhan misalnya dengan penganutnya yang sangat
terkenal pada abad ke-19 Friedrich Julius Stahl, yang berpendapat bahwa “negara merupakan badan yang mewakili Tuhan di dunia, yang memiliki
kekuasaan penuh untuk meyelenggarkan ketertiban hukum di dunia. Para pelanggar hukum tetap terjamin;
2. Teori Perjanjian Masyarakat Teori perjanjian masyarakat mencoba menjawab pertanyaan tersebut diatas
dengan mengemukakan otoritas negara yang bersifat monopoli itu pada kehendak manusia itu sendiri yang menghendaki adanya kedamaian dan
ketentraman masyarakat. Mereka berjanji akan mentaati segala ketentuan yang dibuat oleh negara dan di lain pihak bersedia pula untuk memperoleh
hukuman jika dipandang tingkah lakunya akan berakibat terganggu ketertiban di dalam masyarakat. Mereka masyarakat telah memberikan
49
Abul Khair dan M. Eka Putra,Op.Cit., hal, 15.
Universitas Sumatera Utara
kuasa kepada negara untuk menghukum seseorang yang melanggar ketertiban.
Berdasarkan teori Ketuhanan dan teori perjanjian diatas dapat disimpulkan bahwa negara mempunyai tugas membuat suatu aturan hukum serta memiliki
fungsi melindungi masyarakat dari segala kejahatan. Berwenangnya negara dalam membentuk suatu peraturan dikarenakan negara adalah wakil Tuhan di muka
bumi ini, disamping itu negara telah menerima kuasa dari masyarakat untuk membuat aturan hukum yang menjaga ketertiban didalam masyarakat.
A. Fuad Usfa dan Tongat mengemukakan fungsi atau tujuan hukum pidana menjadi 2 dua bagian, yaitu sebagai berikut:
50
1. Fungsi umum Fungsi umum dari hukum pidana ini berkaitan dengan fungsi hukum pada
umumnya. Oleh karena hukum pidana merupakan bagian dari hukum pada umumnya, maka fungsi hukum pidana secara umum juga sama dengan
fungsi hukum pada umumnya, yaitu mengatur hidup kemasyarakatan atau menyelenggarakan tata dalam masyarakat. Hukum hanya memperhatikan
perbuatan yang “sozialrelevant,” artinya hukum hanya mengatur segala sesuatu yang bersangkut paut dengan masyarakat. Hukum pidana pada
dasarnya tidak mengatur sikap bathin seseorang yang bersangkutan dengan tata susila. Sangat mungkin ada perbuatan yang secara kesusilaan sangat
tercela, tetapi hukum pidana atau negara tidak turun tangan atau campur didalam hukum atau hukum yang benar-benar hidup dalam masyarakat.
50
A. Usfa dan Tongat, Pengantar Hukum Pidana, Malang: UMM Press, 2004, hal. 5-6.
Universitas Sumatera Utara
2. Fungsi yang Khusus Fungsi khusus dari hukum pidana adalah melindungi kepentingan hukum
terhadap perbuatan yang hendak memperkosanya dengan sanksi yang berupa pidana yang sifatnya tampil tajam bila dibandingkan dengan sanksi
yang terdapat pada cabang hukum yang lain. Kepentingan hukum ini baik berupa kepentingan hukum seseorang, suatu badan atau suatu masyarakat.
Berdasarkan tujuan-tujuan hukum pidana yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa negara selaku pemegang kekuasaan tertinggi
dalam menjalankan kehidupan bermasayarakat, berbangsa dan bernegara sudah selayaknya untuk membuat dan menciptakan suatu keteraturan dalam bentuk
hukum ataupu peraturan yang menjamin kehidupan bermasyarakat, berabangsa dan bernegara. Adanya aturan hukum tersebut harus dibuat semaksimal mungkin,
menyeimbangkan antara keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum sehingga masyarakat merasa terlindungi dan dapat melakukan interaksi dengan masyarakat
lainnya dengan nyaman, tenteram, dan damai.
C. Pengaturan Tindak Pidana Pembunuhan yang Disengaja dalam