terhadap terdakwa dan dengan sendirinya harus dibuktikan di sidang pengadilan bahwa opzet dari terdakwa juga telah ditujukan pada unsur-unsur tersebut. Atau
dengan kata lain penuntut umum harus membuktikan bahwa terdakwa:
156
a. Telah willens atau menghendaki melakukan tindakan yang bersangkutan dan telah wetens atau mengetahui bahwa tindakannya itu
bertujuan untuk menghilangkan nyawa orang lain; b. Telah menghendaki bahwa yang akan dihilangkan itu ialah nyawa; dan
c. Telah mengetahui bahwa yang hendak ia hilangkan itu ialah nyawa orang lain.
Karena biasanya pembuktia hal-hal diatas, biasanya dilakukan penuntut umum dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada terdakwa.
Sehinggga dari keterangan tersebut dapat diperoleh suatu petunjuka mengenai pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku, seingga pelaku dapat digolongkan telah
memenuhi unsur yang ditetapkan dalam pasal 338 KUHP.
2. Unsur Kesengajaan Pembunuhan Biasa dalam Bentuk Pokok
Menurut Hukum Pidana Islam
Suatu pembunuhan baru dapat dikatakan pembunuhan sengaja jika memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
157
a. Yang dibunuh adalah manusia yang di haramkan oleh Allah untuk membunuhnya;
b. Perbuatan itu membawa kematian; dan
156
Ibid, hal. 32
157
Topo Santoso, Op.Cit, hal. 204.
Universitas Sumatera Utara
c. Bertujuan untuk menghilagkan nyawa orang lain. Agar lebih jelas mengenai unsur tersebut akan dijelaskan sebagai berikut
dibawah ini: a. Yang dibunuh adaah manusia yang diharamkan Allah untuk
membunuhnya Tindak pembunuhan sengaja diancam dengan qishash adalah
pembunuhan yang terjadi karena tindakan pelanggaran dan penganiayaan terhadap seorang manusia yang dilindungi darhanya
selamanya. Maka oleh karena itu, tidak ada qishash atas suatu tindakan penganiayaan selain manusia, terhadap orang yang meninggal dunia,
atau selain orang yyang tidak dilindungi darahnya.
158
b. Perbuatan itu membawa kematian Suatu kejahatan tidak dianggap sebagai pembunuhan kecuali jika
pelaku melakukan suatu tindakan yang tindakan itu memang bisa menimbulkan kematian. Oleh karena itu, apabila kematian korban
karena suatu tindakan yang tidak mungkin dinisbatkan kepada pelaku, atau tindakan yang dilakukan termasuk suatu tindakan yang tidak bisa
mengakibatkan kematian, maka sipelaku tidak bisa dianggap sebagai pembunuh.
159
158
Wahbah Az-Zuhail, Op.Cit., hal. 550.
159
Ibid, hal. 553.
Tindakan yang bisa membunuh bisa berupa pukulan atau perlukaan, penggorokan, pembakaran pencekikan, peracunan dan bisa
juga dilihat dengan alat yang digunakan untuk melakukan pembunuhan;
Universitas Sumatera Utara
c. Bertujuan untuk menghilagkan nyawa orang lain Menurut jumhur ulama ulama Hanafiyah, ulama Syafi’iyah, dan
ulama Hanabilah suatu pembunuhan tidak bisa disebut sebagai pembunuhan sengaja kecuali jika pelaku memang memiliki rencana,
target, dan keinginan membunuh korban, atau memukulnya dengan tindakan yang menghilangkan nyawa sengaja dan berniat untuk
melakukan perbuatan aniaya dengan suatu tindakan yang memang mematikan. Apabila rukun ketiga ini terpenuhi maka pembunuhan
tersebut dapat dikatakan sebagai pembunuhan sengaja.
160
3. Perbandingan Unsur Kesengajaan Tindak Pidana Pembunuhan Biasa