BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BIASA DALAM
BENTUK POKOK DOODSLAG BERDASARKAN KITAB UNDANG-
UNDANG HUKUM PIDANA KUHP
A. Pembunuhan Biasa dalam Bentuk Pokok Berdasarkan KUHP
Kejahatan terhadap nyawa dalam KUHP diatur dalam Bab XIX. Bab ini mengatur mengenai macam-macam pembunuhan melalui pasal-pasal yang
berbeda-beda, begitu pula dengan hukuman yang diancamkan terhadap pelaku pembunuhan, berbeda pula jenis-jenisnya, sesuai dengan unsur-unsur perbuatan
yang memenuhi dari tindakan pembunuhan tersebut. Diatas telah dijelaskan bahwa tindak pidana pembunuhan dalam bentuk
pokok ataupun yang oleh pembentuk undang-undang telah disebut dengan doodslag itu diatur dalam pasal 338 KUHP. Sesuai dengan rumusannya yang
terdapat dalam bahasa Belanda ketentuan pidana yang diatur dalam pasal 338 KUHP itu berbunyi:
Hij die opzettelijk een ander van het leven berooft , wordt, als schuldig aan doodslag, gestraft met gevangenisstraft van ten hoogste vijftien
jaren.
38
Menurut R. Sugandhi, kejahatan ini disebut “makar mati” atau pembunuhan.
Atinya: Barangsiapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain dipidana
karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
39
38
Lamintang dan Theo Lamintang, Op.Cit., hal. 27-28
Dalam peristiwa ini diperlukan suatu perbuatan yang
Universitas Sumatera Utara
mengakibatkan kematian orang lain, dan kematian itu memang disengaja. Apabila kematian itu tidak dengan sengaja, tidak dikenakan pasal ini, yang mungkin
dikenakan pasal 359 karena kurang kehati-hatiannya, meyebabkan matinya orang lain atau pasal 353 sub 3 penganiayaan yang direncanakan terlebih dahulu yang
menyebabkan matinya orang lain. Sehinga pembunuhan yang dilakukan menurut pasal 338 ini adalah salah satu pembunuhan yang dilakukan dengan sengaja. Hal
ini terlihat dari kalimat “dengan sengaja” yang menentukan bahwa perbuatan tersebut dilakukan dengan adanaya niat dalam dari pelaku untuk melakukan
pembunuhan. Untuk mengetahui secara jelas mengenai tindak pidana pembunuhan yang
dimaksudkan oleh pasal 338 KUHP, sehingga dapat lebih mudah menjerat pelaku pembunuhan, apakah perbuatan yang dilakukan telah memenuhi rumusan
sebagaimana yang dimaksudkan oleh pasal diatas, ataukah perbuatan pelaku memenuhi unsur lainnya. Oleh karena hal tersebut, maka dapat lah dirinci melaui
unsur onyektif dan unsur subyektif yang memenuhi rumusan pasal 338, yaitu sebagai berikut:
a. Unsur Obyektif 1 Perbuatan: menghilangkan nyawa beroven het leven;
Menurut Adami Cahazawi, dalam menghilangkan nyawa orang lain terdapat 3 tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
40
• Adanya wujud perbuatan; • Adanya suatu kematian orang lainkorban;
39
R. Sugandhi, KUHP dan Penjelasannya, Surabaya: Usaha Nasional, 1980, hal. 357.
40
Ibid, hal. 57.
Universitas Sumatera Utara
• Adanya hubungan sebab akibat. 2 Obyeknya: nyawa orang lain het leven een tander.
b. Unsur Subyektif: dengan sengaja opzettelijk. Antara unsur subyektif sengaja dengan wujud perbuatan menghilangkan
terdapat syarat yang juga harus dibuktikann, ialah pelaksanaan pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku harus dalam rentang waktu yang tidak lama dengan
terlaksananya perbuatan. Artinya bahwa, perbuatan pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku tidak menimbulkan kehendak dalam batin dan pikirannya adanya
niat untuk melakukan pembunuhan. Jika ternyata perbuatan yang dilakukan oleh pelaku memiliki rentang
waktu yang lama dan adanya niat dalam diri pelaku, maka perbuatan tersebut tidak dapat dapat dikategorikan kedalam pasal 338, melainkan telah memenuhi
unsur tindak pidana pembunuhan yang terdapat didalam pasal 340, mengenai pembunuhan berencana.
Rumusan pasal 338 dengan menyebutkan unsur tingkah laku sebagai “menghilangkan nyawa” orang lain, menunjukkan bahwa kejahatan pembunuhan
adalah suatu tindak pidana materiil. Tindak pidana materiil adalah suatu tindak pidana yang melarang menimbulkan akibat tertentu akibat yang dilarang atau
akibat konstitutufconstitutief gevolg.
41
41
Adami Chazawi, Op.Cit., hal. 57-58.
Untuk dapat terjadi atau timbulnya tindak pidana materiil secara sempurna, tidak semata-mata digantungkan pada
Universitas Sumatera Utara
selesainya perbuatan, melainkan apakah dari wujud perbuatan itu telah telah menimbulkan akibat terlarang ataukah tidak menimbulkan akibat.
42
B. Tujuan Tindak Pidana Pembunuhan Diatur dalam KUHP