Analisi Penyebab Masalah Causal Analysis

Gambar ini adalah sertifikat yang diperoleh oleh Bapak Setu dari acara motivasi bisnis di IIQ. Membuktikan bahwa kisah dan kehidupan Bapak Setu mampu menginspirasi sekitar, meskipun dengan kekurangan yang dimilikinya. Dengan kemampuan untuk menganalisis penyebab masalah dan gaya berfikir positif yang dimiliki tunanetra membuat kehidupan mereka lebih bermakna. Mereka tidak melihat seluruh hidup akan dipenuhi dengan kegagalan tetapi mereka mampu melihat kehidupan dengan cara yang berbeda. Mereka menghadapi permasalahan dengan keikhlasan, kesabaran dan tawakal kepada Tuhan yang menjadikan diri mereka pribadi mulia di mata Allah SWT.

e. Empati Empathy

Kemampuan berempati diperlukan oleh setiap individu termasuk tunanetra. Kemampuan tersebut dicirikan sebagai kemampuan untuk membaca tanda psikologis orang lain dan emosional orang lain. Dengan kata lain kemampuan ini merupakan kemampuan tunanetra dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan empati yang dimiliki tunanetra dapat mempengaruhi hubungan sosial mereka. Semakin bagus kemampuan empati yang dimiliki oleh tunanetra maka akan semakin bagus hubungan sosial mereka. Karena, kemampuan berempati merupakan kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain, merasakan yang dirasakan orang lain dan memperkirakan maksud dari orang lain. Kemampuan empati yang bagus telah ditunjukan oleh tunanetra, empati yang ada antar sesama tunanetra menjadikan hubungan sosial mereka lebih erat dan memiliki kedekatan antar sesama. Meskipun dengan keterbatasan fisik, dalam bersosialisasi dan berkomunikasi antar sesama, mereka tidak kalah dengan orang awas. Sama halnya dengan orang awas, mereka mampu menggunakan alat komunikasi berupa telphon genggam. Telphon yang tunanetra miliki memang tidak secangih telphon genggam saat ini, tetapi telphon ini sangat membantu mereka dalam menentukan waktu dan berkomunikasi. Pengaturan pada telphon tersebut telah diatur sesuai dengan kebutuhan tunanetra. Rata-rata aplikasi yang ada difungsikan dengan menggunakan sistem suara seperti pesan singkat dan peringatan waktu. Dengan begitu, tunanetra mampu mengikuti perkembangan dan bertahan dengan kemajuan teknologi yang ada. Dengan kemampuan berempati membuat hubungan dengan lingkungan dalam hal ini tetangga juga terjalin dengan baik. Semakin bagus empati dengan lingkungan membuat tunanetra merasa diterima dan menjadikan mereka lebih percaya diri menjalani kehidupan. Seperti yang diutarakan Bapak Drajat: “Kalo lingkungan sini sosialisasinya bagus, ada yang suka kasih tau jalan nganter-nganterin suka apa ya suka nolong, ya pokoknya lingkungan sini sosialisasinya bagus.” 17 17 Wawancara Pribadi dengan Sudrajat, Pondok Cabe III, 20 Juni 2015., lihat lampiran VII. Berbeda dengan Bapak Edi yang kurang dalam bersosialisasi dengan tetangga di tempat tinggalnya. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Edi: “Kalo di lingkungan sini saya ga terlalu banyak keluar rumah, jadi ya kalo ini aja ada undangan apa ya saya dateng tapi. Kalo kawinan saya dateng. Kalo sekarang saya ga terlalu banyak keluar ya istilahnya gak terlalu banyak nongkrong-nongkrong atau apa tapi paling di yayasan aja kalo sama temen-temen tunanetra saya sering ngobrol- ngobrol lah.” 18 Hal ini juga dibuktikan oleh peneliti saat mengunjungi rumah Bapak Edi, karena peneliti belum mengetahui rumah Bapak Edi maka peneliti bertanya kepada salah seorang warga yang terlihat. Saat peneliti bertanya dimana rumah Bapak Edi ternyata warga tersebut tidak mengetahuinya dan tidak mengenal sosok Bapak Edi. Padahal, jarak rumah warga tersebut dengan rumah Bapak Edi tidaklah terlalu jauh, hanya berkisar 200 m saja. Rupanya Bapak Edi memang tidak begitu sering keluar rumah dan bersosialisasi dengan tetangga yang ada. 19 Kemampuan berempati mutlak diperlukan oleh tunanetra guna menjalin hubungan sosial yang lebih baik dengan lingkungan. Dengan kemampuan tersebut membuat tunanetra dapat diterima di lingkungan dan akan berdampak kepada ketahanan mereka di masyarakat. 18 Wawancara Pribadi dengan Edi, Cirendeu, 22 April 2015, lihat lampiran IV. 19 Catatan Lapangan observasi pada 23 April 2015, lihat lampiran I.