Ibu Astuti merupakan seseorang yang cukup aktif dan memiliki banyak kemampuan. Ia memiliki kemampuan untuk memainkan alat
musik gitar serta memiliki suara yang merdu. Saat Ibu Astuti masih muda ia pernah menjadi vokalis di sebuah orkes dangdut keliling. Ibu Astuti
penah menikah dengan seorang pria normal, namun berakhir dengan perceraian. Setelah bercerai ia bertemu dengan Bapak Setu dan
memutuskan untuk menikah. Dari pernikahannya, Ibu Astuti dikarunia 4 orang anak yang saat ini sudah dewasa dan berkeluarga. Selain menjadi
ibu rumah tangga, Ibu Astuti juga membuka bisnis agen kerupuk di rumahnya. Bisnis ini baru Ibu Astuti jalankan selama 5 bulan. Sebelum
Ibu Astuti membuka bisnis kerupuk ia berprofesi sebagai juru pijat. Ia beralih profesi karena suaminya tidak memperbolehkannya untuk bekerja
di luar. Untuk mengisi kekosongan waktu akhirnya ia memutuskan untuk membuka bisnis ini.
4. Profil Informan 4
Nama : Sudrajat
Usia : 41 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Pondok Cabe III
Agama : Islam
Status : Menikah
Asal : Tegal
Pekerjaan : Pedagang Kerupuk
Pendidikan Terakhir : SLB
Bapak Drajat mengalami ketunanetraan total saat berusia 23 tahun. Ketunanetraan yang dialami Bapak Drajat dikarenakan faktor bawaan
sejak ia dilahirkan. Sejak bayi penglihatan Bapak Drajat memang sudah menunjukan tanda akan mengalami kebutaan. Kemampuan penglihatan
Bapak Drajat dari waktu ke waktu semakin melemah sedikit demi sedikit dan berujung pada kebutaan total. Bapak Drajat sempat memeriksakan
kondisinya ke dokter, tetapi dokter tidak mampu berbuat banyak. Hal ini disebabkan karena ketunanetraan yang dialami Bapak Drajat merupakan
faktor bawaan sejak lahir. Ia mengaku ikhlas dengan keadaan yang Allah SWT berikan kepadanya.
Dalam menempuh pendidikan, Bapak Drajat harus bersekolah di SLB sejak ia duduk di bangku sekolah dasar SD. Meskipun saat kecil
penglihatannya masih dapat berfungsi, tetapi SD umum tempat tinggalnya tidak mengizinkan Bapak Drajat untuk bersekolah disana. Di sekolah luar
biasa Bapak Drajat banyak mendapatkan bekal ilmu yang dapat digunakan di kehidupan sehari-hari sebagai tunanetra. Mulai dari belajar
menggunakan tongkat, berjalan di jalan raya, menyebrang jalan dan sebagainya. Kemampuan memijat juga ia dapatkan dari pelatihan saat di
sekolah dahulu. Dengan kemampuan memijat yang dimilikinya, membantu Bapak Drajat dalam memperoleh penghasilan. Sudah 10 tahun
lebih Bapak Drajat bekerja sebagai juru pijat di sebuah panti pijat di Pasar Jumat. Tetapi, saat ini ia sudah tidak lagi bekerja di panti tersebut dan
memilih untuk berjualan kerupuk. Hal ini dilakukan karena ia merasa penghasilan sebagai juru pijat sudah jauh menurun, para pelanggan
pijatnya sudah banyak berkurang dan tidak seramai saat pertama ia menekuni profesi tersebut.
Pelanggan pijatnya saat ini lebih senang untuk pergi ke tempat pijat refleksi yang pemberi jasanya adalah orang awas. Selain tempatnya yang
lebih nyaman, pelayanannya juga dirasa lebih baik dari pada tunanetra. Walaupun saat ini Bapak Drajat sudah beralih profesi sebagai penjual
kerupuk, tetapi ia tetap menerima panggilan apabila ada seseorang yang membutuhkan jasa pijatnya. Dari profesinya saat ini ia mampu menafkahi
keluarganya yang berdomisili di Tegal. Bapak Drajat memiliki seorang istri yang juga seorang tunanetra dan dua orang anak.