I Have Resiliensi tunanetra binaan yayasan khazanah kebajikan dalam

tunanetra adalah dukungan yang berasal dari teman. Seperti Bapak Edi yang mendapatkan dukungan yang sangat besar dari teman-temannya. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Edi: “Terus dulu juga saya dapetin motivasi banyak juga yang beri bantuan banyak, bantuan dalam artian kaya misalnya macam beberapa temen saya gitukan, tapi waktu itu ada yang biayain saya berobat, biayain hidup saya juga soalnya waktu itu saya ga bisa kerjakan. Sama, ya.. istilahnya mungkin itu secara ga langsung dukungan itu juga ada tapi yang pasti banyak yang memotivasi bisa sembuh lagi yang sabar yang lain” 34 Motivasi yang tunanetra dapatkan dari teman-temannya membuat mereka lebih bersemangat dan mau kembali bangkit dari keterpurukan yang sempat dialaminya. Selain itu, yang tidak kalah penting adalah dukungan yang berasal dari sesama tunanetra. Di Yayasan Khazanah Kebajikan merupakan tempat berkumpul bagi tunanetra, disana mereka dapat menemukan teman baru, berbagi pengalaman, dan berkumpul bersama tunanetra lain yang membuat mereka merasa bahwa hidup ini tidak dilalui seorang diri tetapi masih banyak teman yang memiliki nasib yang sama. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Edi: “Ya seneng seneng ajah, istilahnya pertama ibadah kedua seperti kaya semua temen temen sesama itu ini apa seperti masuk komunitas aja jadi seneng seneng aja, kaya ketemu temen segeng kan seneng.” 35 Mereka merasa sangat senang saat berkumpul dengan teman sesama tunanetra. Selain karena dianggap memiliki kekurang dan nasib yang sama mereka merasa bahwa tunanetra adalah seseorang yang 34 Wawancara Pribadi dengan Edi, Cireundeu, 22 April 2015, lihat lampiran IV. 35 Wawancara Pribadi dengan Edi, Cirendeu, 22 April 2015, lihat lampiran IV. memiliki humor yang tinggi. Dengan dukungan eksternal yang dimiliki oleh tunanetra menjadikan tunanetra seseorang yang mampu bertahan di masyarakat. Mereka memiliki kekuatan dan merasa diterima di dalam masyarakat. Dukungan untuk tunanetra sangat berarti bagi mereka karena dengan dukungan yang ada dapat menumbuhkan rasa percaya diri serta optimisme di dalam kehidupan tunanetra.

3. I Can

Interpersonal and problem-solving skills ‘I Can’ dimaksudkan sebagai keterampilan sosial dan interpersonal individu, yaitu alat untuk belajar, melakukan, menjalin hubungan, dan lain-lain. Faktor I can telah dimiliki oleh tunanetra dalam kehidupan sehari-hari dalam bersosialisasi. Seperti yang diutarakan Bapak Drajat yang memiliki hubungan yang baik dengan tetangga sekitar: “Kalo lingkungan sini sosialisasinya bagus, ada yang suka kasih tau jalan nganter-nganterin suka apa ya suka nolong, ya pokoknya lingkungan sini sosialisasinya bagus.” 36 Kemampuan menjalin hubungan dengan baik juga diperlihatkan oleh Ibu Astuti. Ibu Astuti memiliki hubungan yang baik dengan lingkungan sekitar. Saat peneliti mengunjungi Ibu Astuti dirumahnya, terdengar suara seorang wanita yang berteriak “sayur” di depan rumah Ibu Astuti, ternyata itu adalah tukang sayur langganan Ibu Astuti. Iapun segera keluar dan berbelanja beberapa bahan yang akan ia gunakan untuk memasak pada hari ini. Ia membeli kelapa parut dan beberapa sayuran 36 Wawancara Pribadi dengan Sudrajat, Pondok Cabe III, 20 Juni 2015, lihat lampiran VII. lainnya. Ibu Atuti terlihat sudah kenal dan akrab dengan penjual sayur keliling tersebut. 37 Dalam menjalin hubungan dan berkomunikasi antar sesama tunanetra, meraka tidak kalah dengan orang awas. Sama halnya dengan orang awas, mereka mampu menggunakan alat komunikasi berupa telphon genggam. Telphon yang tunanetra miliki memang tidak secangih telphon genggam saat ini, tetapi telphon ini sangat membantu mereka dalam menentukan waktu dan berkomunikasi. Pengaturan pada telphon tersebut telah diatur sesuai dengan kebutuhan tunanetra. Rata-rata aplikasi yang ada difungsikan dengan menggunakan sistem suara seperti pesan singkat dan peringatan waktu. Dengan begitu, tunanetra mampu mengikuti perkembangan dan bertahan dengan kemajuan teknologi yang ada. Dengan kemampuan menjalin hubungan yang baik membuat tunanetra dapat bertahan di masyarakat. Tunanetra mampu mengembangkan kemampuan interpersonal dengan baik sehingga membuat mereka dapat belajar, melakukan dan menjalin hubugan baik dengan orang lain.

B. Program pembinaan yayasan khazanah kebajikan yang dapat

mempengaruhi resiliensi tunanetra di masyarakat Seperti yang telah dijelaskan dalam BAB II halaman 44 menurut Undang-Undang Nomer 8 Tahun 1985, yang dimaksud dengan organisasi kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk atas dasar kesamaan, fungsi, 37 Catatan Lapangan observasi pada 19 Mei 2015, lihat lampiran I. profesi, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk berperan serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. 38 Yayasan Khazanah Kebajikan merupakan lembaga sosial keagamaan yang dibentuk atas dasar agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dimana didirikan sebagai bentuk kepedulian sosial untuk membantu anak yatim piatu, yatim, fakir miskin, janda, manula dan dhuafa termasuk di dalamanya tunanetra. Dengan meningkatnya jumlah tunanetra dari tahun ke tahun membuat YKK mengembangkan programnya dengan membuka kegiatan yang diperuntukan bagi tunanetra. YKK mencoba ikut andil dalam mengatasi permasalahan tunanetra yang ada dengan berperan sebagai organisasi kemasyarakatan. YKK membuka wadah untuk tunanetra yang ingin mengembangkan dirinya khususnya dalam bidang spiritual keagamaan.

1. Pembinaan Spiritual Keagamaan

Pendidikan Agama bertujuan untuk meningkatkan potensi spiritual dan membentuk tunanetra agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman dan penanaman nilai- nilai keagamaan, serta pengamalan nilai tersebut dalam kehidupan bermasyarakat. 38 Pramuwito, C., Pengantar Ilmu Kesjahteraan Sosial Yogyakarta: Departemen Sosial RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, , 1996, BAB II hal. 44.