dapat mengembangkan keahlian yang dimilikinya. Sejak dirinya mengalami ketunanetraan ia tidak pernah lagi melamar pekerjaan yang
sesuai dengan latar belakang pendidikannya.
2. Profil Informan 2
Nama : Setu Halim
Usia : 55 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Pondok Cabe III
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Jasa Panti Pijat
Pendidikan Terakhir : Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa
Bapak Setu mengalami ketunanetraan saat ia berusia 5 tahun. Ketunanetraan yang dialami Bapak Setu disebabkan oleh anyaman-
anyaman bambu yang mengenai bola matanya. Dari peristiwa tersebut mengakibatkan mata Bapak Setu mengalami kerusakan. Keterbatasan
tenaga medis saat itu membuat Bapak Setu tidak sempat mendapatkan pengobatan yang maksimal. Namun, keterbatasan yang dimliki tidak
mematahkan semangat Bapak Setu untuk terus berusaha menjalani kehidupan. Ketunanetraan yang dialami sejak kecil membuat Bapak Setu
telah terbiasa dengan kondisi tersebut. Tetapi, tidak dapat dipungkiri, perasaan malu perah dirasakan oleh Bapak Setu. Perasaan tersebut muncul
saat Bapak Setu duduk di bangku kuliah. Saat itu ia sedang menempuh
pendidikan di Universitas di daerah Jogyakarta dengan jurusan Pendidikan Guru Luar Biasa.
Setelah lulus dari Sekolah Pendidikan Guru Luar Biasa SPGLB, Bapak Setu sempat melamar pekerjaan menjadi guru. Sebanyak tiga kali
tes seleksi dilalui oleh Bapak Setu, sayangnya dua tes pertama mengalami kegagalan dan pada tes yang ketiga Bapak Setu dinyatakan lolos seleksi.
Namun, ia mengalami keterlambatan untuk mendaftar ulang, untuk itu ia dianggap gugur dan gagal menjadi guru. Setelah itu, ia memutuskan untuk
mengadu nasib ke Ibu Kota. Saat ini Bapak Setu berprofesi sebagai juru pijat di sebuah panti pijat di daerah Mampang, Jakarta Selatan.
Semenjak Bapak Setu merantau ke Jakarta ia sudah banyak malang melintang mengikuti kegiatan pengajian yang ada. Kemampuan agama
Bapak Setu tergolong bagus, terbukti saat ini selain berprofesi sebagai juru pijat ia juga mengajarkan teman-teman tunanetra lain untuk belajar
membaca Al-Quran braille.
3. Profil Informan 3
Nama : Astuti
Usia : 55 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Pondok Cabe III
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Agen Kerupuk
Asal : Pemalang
Pendidikan Terakhir : Sekolah Pendidikan Guru SPG
Ibu Astuti mengalami ketunanetraan pada kelas 6 SD yang disebabkan karena penyakit panas yang dideritanya. Saat itu, suhu badan
Ibu Astuti sangat tinggi disertai dengan rasa panas serta perih dikedua matanya. Pada pagi hari Ibu Astuti membuaka mata ia sudah tidak dapat
melihat dan semua berubah menjadi gelap. Saat pertama kali mengetahui kondisi tersebut, Ibu Astuti sempat tidak percaya dan berfikir kenapa hal
ini dapat terjadi pada dirinya disaat teman-temannya dapat melihat. Perasaan tersebut tidak bertahan lama di dalam diri Ibu Astuti, ia
kembali menjalani kehidupan dengan penuh semangat dan rasa percaya diri. Ibu Astuti masuk ke sekolah khusus untuk tunanetra, disana ia
bertemu dengan teman-teman yang memiliki nasib yang sama dengannya. Setelah lulus sekolah, Ibu Astuti melanjutkan pendidikan ke Sekolah
Pendidikan Guru SPG. Setelah menamatkan pendidikan guru, Ibu Astuti mencoba melamar pekerjaan sebagai Guru. Sayangnya, karena kecemasan
keluarga yang terlalu berlebihan membuat ia tidak dapat mengembangkan karirnya lebih luas. Ibu Astuti tidak diperbolehkan menjadi seorang guru
oleh kedua orangtuanya, karena mereka takut suatu hal buruk akan terjadi dengan putrinya jika ia harus bekerja di luar. Meskipun, tidak
mendapatkan izin dari kedua orangtuanya untuk bekerja hal tersebut tidak mematahkan semangat Ibu Astuti.