PENUTUP A. Resiliensi Tunanetra Binaan Yayasan Khazanah Kebajikan Dalam Mencapai Kesejahteraan Di Masyarakat

x DAFTAR LAMPIRAN 1. Surat Bimbingan Skripsi 2. Surat Izin Penelitian ke Yayasan Khazanah Kebajikan 3. Surat Keterangan Penelitian dari Yayasan Khazanah Kebajikan 4. Hasil Observasi 5. Pedoman Wawancara 6. Transkrip Wawancara 7. Hasil Studi Dokumentasi 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fisik merupakan faktor penting dalam pembentukan gambaran tubuh dan dalam perkembangan Selfconcept. Jika fisik seseorang jelas berbeda atau menyimpang dari yang normal, dengan cacat pada indera atau organ motorik, maka penyimpangan seperti itu akan sangat mempengaruhi bentuk dari gambaran diri seseorang. 1 Tidak ada satu orangpun di dunia ini yang menginginkan dirinya mengalami kecacatan, baik itu cacat sementara ataupun permanen. Tetapi, banyak kasus kecelakaan atau musibah yang tidak diinginkan yang dapat mengakibatkan seseorang mengalami kecacatan. Bahkan ada sebagian dari penyandang cacat yang memang telah dilahirkan dalam keadaan kurang sempurna, sehingga mereka tidak pernah merasakan kesempurnaan bentuk tubuh. Dalam Undang-undang No.4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat menjelaskan bahwa penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik danatau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya, yang 1 Yustinus Semium, Kesehatan Mental 2 Yogyakarta:KANISIUS,2006, h.296. terdiri dari a penyandang cacat fisik; b penyandang cacat mental; dan c penyandang cacat fisik dan mental. 2 Sedangkan menurut Disabled People’s International DPI kekurangan fisik atau impairment adalah keterbatasan fungsional pada seseorang individu yang disebabkan kekurangan fisik, mental dan sensorik. 3 Salah satu permasalahan kekurangan atau keterbatasan fisik yang banyak dijumpai di Indonesia adalah keterbatasan pada kemampuan indera penglihatan tunanetra. Survey Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993-1996 menunjukan angka kebutaan di Indonesia 1,5 -paling tinggi di Asia- dibandingkan dengan Bangladesh 1, India 0,7, dan Thailand 0,3. Artinya jika ada 12 penduduk dunia buta dalam setiap 1 jam, empat diantaranya berasal dari Asia Tenggara dan dipastikan 1 orangnya berasal dari Indonesia. 4 Pendataan pemilih dan pendataan penduduk berkelanjutan tentang jumlah pemilih penyandang cacat dalam pemilu 2004 yang disampaikan oleh Badan Pusat Statistik BPS kepada komisi pemilihan umum menyatakan 2 Hermana, ”Pemberdayaan Penyandang Cacat: Apa Tanggung Jawab Sosial Perusahaan?”, diakses pada Selasa, 06 Januari 2015 dari http:www.kemsos.go.idmodules. php?name= Newsfile=articlesid=594. 3 Colin Barnes dan Geof Mercer, Disabilitas Sebuah Pengantar Jakarta:PIC UIN Jakarta, 2007, h.105. 4 Djunaedi, “Tahun 2020 Jumlah Tuna Netra Dunia Menjadi 2x Lipat”, artikel diakses pada 06 Januari 2014 dari http:rehsos.kemsos.go.idmodules.php ?name=Newsfile= print sid=1077. sebanyak 309.146 penderita tunanetra. 5 Hasil Susenas tahun 2009 menunjukkan bahwa jumlah disabilitas secara keseluruhan adalah 2,13 juta orang dengan 339.209 orang adalah penyandang tunanetra. 6 Hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik BPS, menjelaskan jumlah penyandang tunanetra di wilayah DKI Jakarta yang dibedakan menjadi beberapa klasifikasi tingkat kesulitan melihat. Berdasarkan klasifikasi tingkat kesulitan melihatnya adalah tidak sulit 7.631.889 jiwa, sedikit sulit 270.390 jiwa, parah 16.372, dan yang tidak ditanyakan sebanyak 82.764, jumlah keseluruhan 8.001.415 jiwa. 7 Berdasarkan data tersebut membuktikan bahwa angka penyandang tunanetra di Indonesia masih sangat tinggi dan cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kebutaan atau gangguan penglihatan dapat mengganggu produktivitas dan mobilitas seseorang yang akan berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi bagi lingkungan, keluarga, masyarakat dan negara. Rendahnya produktivitas seorang tunanetra jelas memberikan dampak negatif pada pendapatan income yang optimal dari suatu keluarga kemudian suatu daerah tempat tinggalnya. 5 Hermana, ”Pemberdayaan Penyandang Cacat: Apa Tanggung Jawab Sosial Perusahaan?”, diakses pada Selasa, 06 Januari 2015 dari http:www.kemsos.go.idmodules.php ?name=Newsfile= articlesid=594. 6 Linda Amalia Sari Gumelar, “Keynote speech pada acara rapat kerja nasional Persatuan Tunanetra Indonesia PERTUNI tahun 2011 Jakarta, 14 Desember 2011 ” diakses dari http:pertuni.idp-europe.orgRakernas2011Rakernas2011-keynote_Menteri_Pemberdayaan_ Perempuan.php. 7 Data BPS 2010 Diakses pada 20 Januari 2015 dari Jakarta.bps.go.id