Faktor yang Mempengaruhi Resiliensi I Am Inner Strength

berbelanja sayur, memasak dan membersihkan rumah. Hal ini disampaikan oleh Ibu Astuti: “Ngurus rumah juga sendiri bisa iya kalo masak ya sendiri, bersih- bersih juga, nyuci semuanya deh, ya namanya ibu-ibu kan begitu kerjaannya.” 30 Peneliti melihat secara langsung saat melakukan kunjungan ke rumah Ibu Astuti. Ibu Astuti mengurus rumah dengan baik tanpa mengalami kesulitan. Peneliti melihat Ibu Astuti menyapu rumah, cara menyapunya memang sedikit berbeda karena ia tidak dapat melihat maka ia menyapu dengan posisi jongkok dan meraba-raba lantai yang akan disapunya. Setelah itu Ibu Astuti berbelanja sayur, ia membeli kelapa parut dan beberapa sayuran.” 31 Dengan kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri membuat tunanetra lebih percaya diri dalam menjalani kehidupan. Mereka tidak menyerah dan berputus asa melainkan mencari celah dengan kelebihan yang ada di dalam diri mereka.

2. I Have

External Support ‘I Have’ dimaksudkan sebagai dukungan keluarga dan struktur dukungan eksternal. Faktor I have lebih bersifat eksternal dimana ketahanan tunanetra dipengaruhi dari lingkungan sekitarnya. Dukungan eksternal merupakan modal yang sangat penting dalam ketahanan tunanetra di kehidupan. Dimana dengan dukungan dari lingkungan sekitar 30 Wawancara Pribadi dengan Astuti, Pondok Cabe III, 19 Mei 2015, lihat lampiran VI. 31 Catatan lapangan observasi peneliti pada 19 Mei 2015, lihat lampiran I. merupakan modal bagi tunanetra untuk bertahan dalam menjalani kehidupan. Seperti diutarakan oleh Ibu Astuti yang mendapatkan dukungan dari keluarga : “ Itu ya orang tua semua kasih dukungan gitu, pada bilang ga apa- apa kok apalagi om saya kan itu ya paling itu ya om saya......” 32 Sama halnya dengan Ibu Astuti kehadiran salah satu anggota keluarga juga mampu menumbuhkan motivasi di dalam diri tunanetra. seperti yang terjadi antara Bapak Edi dan anaknya yang memiliki kelekatan yang begitu dekat. Saat peneliti mengunjungi rumah Bapak Edi, peneliti menyaksikan Bapak Edi dalam mencurahkan seluruh kasih sayang untuk buah hatinya. Peneliti melihat Bapak Edi sangat menyayangi anaknya. Ia nampak sangat dekat dengan anak laki-lakinya dan sesekali bermain bersama dengannya. Anaknya digendong dan dipeluk serta sering kali dipangku saat bermain.” 33 Kelekatan antara Bapak Edi dan anaknya mempunyai arti khusus bagi Bapak Edi dalam menjalani kehidupan. Kelekatan serta ikatan yang kuat diantara keduanya merupakan salah satu modal bagi Bapak Edi. kelekatan tersebut merupakan sumber motivasi serta sumber semangat yang begitu besar bagi pribadi Bapak Edi. Dengan dukungan dari keluarga membuat tunanetra mampu bangkit dan kembali menjalani kehidupan layaknya orang awas. Selain dukungan keluarga, dukungan lain yang berpengaruh dalam kehidupan 32 Wawancara Pribadi dengan Astuti,Pondok Cabe III, 19 Mei 2015, lihat lampiran VI. 33 Catatan lapangan observasi peneliti pada 22 April 2015, lihat lampiran I. tunanetra adalah dukungan yang berasal dari teman. Seperti Bapak Edi yang mendapatkan dukungan yang sangat besar dari teman-temannya. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Edi: “Terus dulu juga saya dapetin motivasi banyak juga yang beri bantuan banyak, bantuan dalam artian kaya misalnya macam beberapa temen saya gitukan, tapi waktu itu ada yang biayain saya berobat, biayain hidup saya juga soalnya waktu itu saya ga bisa kerjakan. Sama, ya.. istilahnya mungkin itu secara ga langsung dukungan itu juga ada tapi yang pasti banyak yang memotivasi bisa sembuh lagi yang sabar yang lain” 34 Motivasi yang tunanetra dapatkan dari teman-temannya membuat mereka lebih bersemangat dan mau kembali bangkit dari keterpurukan yang sempat dialaminya. Selain itu, yang tidak kalah penting adalah dukungan yang berasal dari sesama tunanetra. Di Yayasan Khazanah Kebajikan merupakan tempat berkumpul bagi tunanetra, disana mereka dapat menemukan teman baru, berbagi pengalaman, dan berkumpul bersama tunanetra lain yang membuat mereka merasa bahwa hidup ini tidak dilalui seorang diri tetapi masih banyak teman yang memiliki nasib yang sama. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Edi: “Ya seneng seneng ajah, istilahnya pertama ibadah kedua seperti kaya semua temen temen sesama itu ini apa seperti masuk komunitas aja jadi seneng seneng aja, kaya ketemu temen segeng kan seneng.” 35 Mereka merasa sangat senang saat berkumpul dengan teman sesama tunanetra. Selain karena dianggap memiliki kekurang dan nasib yang sama mereka merasa bahwa tunanetra adalah seseorang yang 34 Wawancara Pribadi dengan Edi, Cireundeu, 22 April 2015, lihat lampiran IV. 35 Wawancara Pribadi dengan Edi, Cirendeu, 22 April 2015, lihat lampiran IV.