jam dalam 1 minggu. Sedangkan untuk karyawan dengan 5 hari kerja dalam 1 minggu, kewajiban bekerja mereka 8 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1
minggu. Semakin lama seseorang bekerja dalam sehari maka semakin lama ia akan
terpapar oleh bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan tersebut seperti pencemaran lingkungan. Penelitian Gong Yang Sugiharto, 2007 juga
menunjukkan ada hubungan antara jam kerja dan kejadian hipertensi. Penelitian dengan studi cross sectional dan berdasarkan populasi ini menunjukkan bahwa
lama jam kerja mempengaruhi pada kejadian hipertensi yang disebabkan stress kerja. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat bekerja, seperti
paparan panas, debu, ataupun asap, sehingga jika terpapar dalam waktu yang lama akan dapat mengakibatkan stres kerja, sedangkan stress merupakan salah satu
faktor risiko penyakit hipertensi. Penelitian tersebut pada orang yang bekerja ≥ 51
jam per minggu.
5.3.4 Hubungan Masa Kerja Terhadap Tekanan Darah
Terdapat korelasi yang positif antara masa kerja terhadap tekanan darah sistolik dengan nilai p 0,001
α 0,05, kekuatan korelasi yang kuat dengan nilai r 0,618 menunjukkan jika masa kerja meningkat maka tekanan darah sistolik
juga akan meningkat. Terdapat korelasi yang positif antara masa kerja terhadap tekanan darah diastolik dengan nilai p 0,0001
α 0,05, kekuatan korelasi yang sedang dengan nilai r 0,470 menunjukkan jika masa kerja meningkat maka
tekanan darah diastolik juga akan meningkat.
Masa kerja merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keterampilan dalam melayani costomer yang datang ke SPBU. Semakin lama masa kerja akan
membuat pekerja lebih beradaptasi dan menambah pengalaman kerja. Dari data yang diperoleh tentang masa kerja, masa kerja responden terbanyak yaitu 2
tahun yang merupakan waktu cukup lama untuk pekerja beradaptasi dan menyesuaikan dengan aktifitas sehari-hari di tempat kerja. Pengalaman kerja juga
akan dapat membedakan pengaruh kondisi kerja terhadap dampak yang mungkin timbul terhadap dirinya sendiri.
Faktor-faktor yang yang mempengaruhi gangguan kesehatan berupa peningkatan tekanan darah dan pendengaran antara lain adalah intensitas
kebisingan, frekuensi kebisingan dan lamanya orang tersebut berada ditempat kerja atau didekat sumber bunyi, baik dari hari ke hari atau seumur hidup Azwar,
1990.
5.3.5 Hubungan Kebiasaan Minum Kopi Terhadap Tekanan Darah
Tidak terdapat hubungan antara kebiasaan minum kopi terhadap tekanan darah sistolik dengan nilai p 0,464
α 0,05 dan tekanan darah diastolik dengan nilai p 0,711
α 0,05. Pada peminum kopi, penyerapan gula dalam darahnya berlangsung lebih cepat, sehingga keinginan untuk menambah konsumsi gula
terus meningkat. Ternyata hal tersebut memicu terjadinya penumpukan kolesterol, yang berdampak terhadap penebalan, penyempitan dan kekakuan dinding
pembuluh darah, dengan demikian PJK pun menjadi sulit dihindari. Mengkonsumsi kopi secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah, yang
berpotensi mempercepat terjadinya penyakit jantung koroner PJK. Otot jantung