Masa  kerja  merupakan  faktor  yang  berpengaruh  terhadap  keterampilan dalam melayani costomer yang datang ke SPBU. Semakin lama masa kerja akan
membuat  pekerja  lebih  beradaptasi  dan  menambah  pengalaman  kerja.  Dari  data yang  diperoleh  tentang  masa  kerja,  masa  kerja  responden  terbanyak  yaitu    2
tahun  yang  merupakan  waktu  cukup  lama  untuk  pekerja  beradaptasi  dan menyesuaikan dengan aktifitas sehari-hari di tempat kerja. Pengalaman kerja juga
akan dapat membedakan pengaruh kondisi kerja terhadap dampak yang mungkin timbul terhadap dirinya sendiri.
Faktor-faktor  yang  yang  mempengaruhi  gangguan  kesehatan  berupa peningkatan  tekanan  darah  dan  pendengaran  antara  lain  adalah  intensitas
kebisingan,  frekuensi  kebisingan  dan  lamanya  orang  tersebut  berada  ditempat kerja atau didekat sumber bunyi, baik dari hari ke hari atau seumur hidup Azwar,
1990.
5.3.5 Hubungan Kebiasaan Minum Kopi Terhadap Tekanan Darah
Tidak  terdapat  hubungan  antara  kebiasaan  minum  kopi  terhadap  tekanan darah sistolik dengan nilai p 0,464
α 0,05 dan tekanan darah diastolik dengan nilai p 0,711
α 0,05.  Pada peminum kopi, penyerapan gula dalam darahnya berlangsung  lebih  cepat,  sehingga  keinginan  untuk  menambah  konsumsi  gula
terus meningkat. Ternyata hal tersebut memicu terjadinya penumpukan kolesterol, yang  berdampak  terhadap  penebalan,  penyempitan  dan  kekakuan  dinding
pembuluh  darah,  dengan  demikian  PJK  pun  menjadi  sulit  dihindari. Mengkonsumsi  kopi  secara  berlebihan  dapat  meningkatkan  tekanan  darah,  yang
berpotensi mempercepat  terjadinya penyakit jantung koroner PJK. Otot jantung
mendapat  makanan  dari  pembuluh  darah  nadi  korona  kiri  dan  kanan,  bila pembuluh darah korona tersumbat terjadilah PJK Afian,2010. Penelitian serupa
dilakukan  Nasution  2013  bahwa  tidak  terdapat  hubungan  antara  kebiasaan minumm kopi pengemudi becak dengan tekanan darah di Kota Padangsidimpuan.
5.3.6 Hubungan Kebiasaan Merokok Terhadap Tekanan Darah
Tidak  terdapat  hubungan  antara  kebiasaan  merokok  terhadap  tekanan darah sistolik dengan nilai p 0,811
α 0,05 dan tidak terdapat hubungan antara kebiasaan  merokok  terhadap  tekanan  darah  diastolik  dengan  nilai  p  0,509
α 0,05.
Rokok  juga  dapat  dihubungkan  dengan  hipertensi.  Selain  dari  lamanya, risiko  merokok  terbesar  tergantung  pada  jumlah  rokok  yang  dihisap  perhari.
Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi dari  pada  mereka  yang  tidak  merokok  Sylvia,  1995.  Penelitian  Singgih  1995
juga  menyebutkan  bahwa  nikotin  dalam  rokok  dapat  mengakibatkan  jantung berdenyut  lebih  cepat  dan  penyempitan  saluran-saluran  nadi  sehingga
menyebabkan  jantung  terpaksa  memompa  dengan  lebih  kuat  untuk  memenuhi kebutuhan darah ke seluruh tubuh.
Nikotin  dalam  tembakau  merupakan  penyebab  meningkatnya  tekanan darah segara setelah isapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok,
nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil didalam paru-paru dan diedarkan  ke  aliran  darah.  Hanya  dalam  beberapa  detik  nikotin  sudah  mencapai
otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk  melepas  epinefrin  adrenalin.  Hormon  yang  kuat  ini  akan  menyempitkan