Selain melalui tingkat keras, kebisingan juga dikaitkan dengan lama paparannya. Semakin keras tingkat bunyi, semakin pendek waktu paparan yang
disarankan bagi telinga. Standar kebisingan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja
No.51MEN1999 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Nilai Ambang Batas Kebisingan
Waktu Pemaparan Intensitas Kebisingan dB
8 Jam 85
4 Jam 88
2 Jam 91
1 Jam 94
30 Menit 97
15 Menit 100
7,5 Menit 103
3,75 Menit 106
1,88 Menit 109
0,94 Menit 112
28,12 Detik 115
14,06 Detik 118
7,03 Detik 121
3,52 Detik 124
1,76 Detik 127
0,88 Detik 130
0,44 Detik 133
0,23 Detik 136
0,11 Detik 139
Sumber : Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.51MEN1999. Keterangan : Tidak boleh terapajan lebih dari 140 dB, walaupun sesaat.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 718 Tahun 1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan menyatakan pembagian wilayah dalam 4 zona :
Tabel 2.3
Pembagian zona-zona peruntukan Zona
Peruntukan Tingkat Kebisingan dB A
Dianjurkan Diperbolehkan A Laboratorium, rumah sakit, panti perawatan
35 45
B Rumah, sekolah, tempat rekreasi 45
55 C Kantor, pertokoan
50 60
D Industry, terminal, stasiun KA 60
70
Sumber: PerMenKes No. 178 Tahun 1987
2.3.7 Pengendalian Kebisingan
Kebisingan dapat dikendalikan dengan cara, antara lain Budiono, 2003: 1. Pengendalian Secara Teknis
a Mengubah cara kerja dari yang menimbulkan bising menjadi berkurang suara yang menimbulkan bisingnya.
b Menggunakan penyekat dinding dan langit-langit yang kedap suara. c Mengisolasi mesin-mesin yang menjadi sumber kebisingan.
d Substitusi mesin yang bising dengan mesin yang kurang bising. e Menggunakan fondasi mesin yang baik agar tidak ada sambungan yang
goyang dan mengganti bagian-bagian logam dengan karet. f Modifikasi mesin atau proses.
g Merawat mesin dan alat secara teratur dan periodic sehingga dapat mengurangi suara bising.
2. Pengendalian secara administrasi a Pengadaan ruang kontrol pada bagian tertentu misalnya bagian diesel.
b Tenaga kerja di bagian tersebut hanya melihat dari ruang berkaca yang kedap suara dan sesekali memasuki ruang berbising tinggi, dalam waktu
yang telah ditentukan, serta menggunakan APD ear muff. c Pengaturan jam kerja, disesuaikan dengan NAB yang ada. Cara ini
dilakukan untuk mengurangi waktu pemajanan dan tingkat kebisingan, sehingga suara yang diterima organ pendengaran pekerja, masih dalam
batas aman.
3. Pengendalian secara medis Pemeriksaan audiometri sebaiknya dilakukan pada saat awal masuk kerja,
secara periodik, secara khusus dan pada akhir masa kerja. 4. Penggunaan Alat Pelindung Diri
Apabila pengendalian secara teknis dan administrasi belum dapat mereduksi tingkat dan lama kebisingan yang diterima maka digunakan alat pelindung
kebisingan yaitu ear plug atau ear muff disesuaikan dengan jenis pekerjaan, konsidi dan penurunan intensitas kebisingan yang diharapkan.
2.3.8 Pengukuran Intensitas Kebisingan
Standar alat untuk mengukur kebisingan adalah Sound Level Meter SLM. Pengukuran dalam SLM dikategorikan dalam tiga jenis karakter respon frekuensi,
yaitu ditunjukkan dalam skala A, B, dan C. Skala A yang ditemukan paling dapat mewakili batas pendengaran manusia dan respon telinga manusia terhadap
kebisingan, termasuk
kebisingan yang
dapat menimbulkan
gangguan pendengaran. Skala A tersebut dinyatakan dalam satuan dBA Djalante, 2010.
Dalam penelitian Buchari 2007, menjelaskan untuk alat ukur kebisingan yaitu Sound Level Meter SLM dan untuk mengukur ambang pendengaran
digunakan alat Audiometer. Sound Level Meter SLM adalah alat untuk mengukur suara. Mekanisme kerja dari SLM adalah apabila ada benda bergetar,
maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang mana perubahan tersebut dapat ditangkap oleh alat ini, sehingga akan menggerakkan
meter petunjuk atau jarum petunjuk. Sedangkan untuk Audiometer, adalah alat untuk mengukur nilai ambang pendengaran. Nilai ambang pendengaran adalah
suara yang paling lemah yang dapat didengar manusia. Audiogram adalah chart hasil pemerikasaan audiometri.
2.3.9 Kebisingan Lalu Lintas
Perkembangan yang semakin meningkat pada transportasi di jalan raya tentunya mempunyai dampak lingkungan di sepanjang jalan yang ramai dengan
sarana transportasi. Di negara berkembang seperti Indonesia, yang pengaturan dan penyediaan kendaraan umum belum tertata secara baik, masyarakat akan
cenderung menggunakan kendaraan pribadi untuk mendukung kegiatannya. Berdasar kecepatan dan kenyamanan berkendara maka kendaraan bermotor
pribadi lebih dipilih dibanding kendaraan tidak bermotor. Kebisingan di perkotaan yang padat lalu lintasnya bukan merupakan masalah baru lagi, tetapi
permasalahan lama yang perlu dipecahkan bersama. Meski kini kelompok- kelompok masyarakat pengguna sepeda telah terbentuk, seperti Bike to Work,
namun jumlah anggotanya masih sedikit. Di waktu mendatang diharapkan pengguna sepeda terus meningkat jumlahnya sehingga dapat menurunkan polusi
udara dan bunyi. Hal itu juga perlu didukung dengan penyediaan jalur khusus sepeda agar keselamatan dan kenyamanan pengguna sepeda.
Kebisingan pada kendaraan bermotor terutama bersumber pada mesin dan saluran gas buang. Juga terdapat sumber lain meski bukan sumber pokok, yaitu
gesekan roda dengan jalan dan klakson. Pada kendaraan bermotor dengan usia pembuatan 10 tahun ke bawah serta yang mesinnya terawat dengan baik,
kebisingan yang dihasilkan mesin dapat dianggap sesuai baku. Hal ini memengaruhi kebisingan adalah jumlah kendaraan yang melalui suatu kelas jalan
tertentu. Bila jumlah dan jenis kendaraan sesuai baku makan munculnya kebisingan dapat dihindari. Namun pada kenyataannya hal ini tidak terpenuhi.
Ruas jalan dipenuhi kendaraan melebihi kemampuan hingga terjadi kemacetan. Keadaan ini, tentu menimbulkan polusi udara dan bunyi Mediastika, 2009.
Sumber kebisingan lalu lintas termasuk dalam kriteria kebisingan garis, kebisingan tersebut ditimbulkan oleh suara-suara dari kendaraan bermotor yang
melewati jalanan dan semakin padatnya lalu lintas yang ada di jalan tersebut. Adapun penyebab kebisingan dari kendaraan bermotor adalah mesin dari
kendaraan bermotor itu sendiri biasanya berjenis mesin bakar, jenis kipas pendingin kendaraan, bagian sistem pembuangan kendaraan yang berbeda-beda,
dan model kendaraan. Selain penyebab kebisingan dari kendaraan tersebut, ada pula parameter dari kendaraan itu sendiri yaitu kecepatan dan kepadatan
kendaraan bermotor yang ada di lalu lintas jalan, komposisi kendaraan bermotor tersebut, sifat dari pengemudi kendaraannya sendiri, dan kestabilan atau
ketidakstabilan lalu lintas kendaraan bermotor. Selain parameter lalu lintas, ada pula parameter dari jalan yang dilalui oleh kendaraan, yaitu kondisi yang
membentuk fisik dari jalan, contohnya bentuk jalan, kemiringan jalan, kelengkungan jalan atau tikungan jalan, permukaan jalan yang berbeda-beda dan
lebar dari jalan yang dilewati banyaknya kendaraan bermotor Suroto, 2010.
2.4 Tekanan Darah
2.4.1 Defenisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah Sloane,
2004. Tekanan darah adalah menunjukkan keadaan dimana tekanan yang
dikenakan oleh darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh, dengan kata lain tekanan darah juga berarti kekuatan yang
dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh Guyton dan Hall, 2006.
Tekanan darah juga sering disebut sebagai suara di mana detak jantung pertama kali di dengar dengan bantuan alat stetoskop. Tekanan darah dapat dilihat
dengan mengambil dua ukuran yang biasa ditunjukkan dengan angka seperti berikut: 12080 mmHg. Angka 120 mmHg menunjukkan tekanan pada pembuluh
arteri ketika jantung berkontraksi, yang biasanya disebut dengan sistolik. Angka 80 mmHg menunjukan jantung sedang berelaksasi disebut tekanan darah diastolik
Ganong, 1995.
2.4.2 Sistem Sirkulasi Tekanan Darah
Darah mengambil oksigen dari dalam paru-paru. Darah yang mengandung oksigen ini memasuki jantung dan kemudian dipompakan ke seluruh bagian tubuh
melalui pembuluh darah yang disebut arteri. Pembuluh darah yang lebih besar bercabang-cabang menjadi pembuluh-pembuluh darah lebih kecil hingga
berukuran mikroskopik, yang akhirnya membentuk jaringan yang terdiri dari
pembuluh-pembuluh darah sangat kecil yang disebut kapiler. Jaringan ini mengalirkan darah ke sel-sel tubuh dan menghantarkan oksigen untuk
menghasilkan energi yang dibutuhkan demi kelangsungan hidup. Kemudian darah, yang sudah tidak beroksigen kembali ke jantung melalui pembuluh darah
vena, dan di pompa kembali ke paru-paru untuk mengambil oksigen lagi. Saat jantung berdetak, otot jantung berkontraksi untuk memompakan darah ke seluruh
tubuh. Tekanan tertinggi berkontraksi dikenal sebagai tekanan sistolik. Kemudian otot jantung rileks sebelum kontraksi berikutnya, dan tekanan ini paling rendah,
yang dikenal sebagai tekanan diastolik. Tekanan sistolik dan diastolik ini diukur ketika Anda memeriksakan tekanan darah Beevers, 2002.
2.4.3 Jenis Tekanan Darah
Tekanan darah terdiri dari 2 dua bagian besar, yaitu : Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah yang diturunkan sampai suatu titik dimana denyut
dapat dirasakan. Tekanan yang terjadi apabila oto jantung berdenyut memompa untuk mendorong darah keluar melalui pembuluh darah arteri. Tekanan ini
berkisar antara 95-140 mmHg. Sedangkan tekanan darah diastolik adalah tekanan di atas arteri brakialis perlahan-lahan dikurangi sampai bunyi jantung atau denyut
arteri dengan jelas dapat didengar dan titik dimana bunyi mulai menghilang tekanan ini berkisar antara 60-95 mmHg Tahang, 2004. Perbedaan tekanan
darah antara sistolik dan diastolik disebut tekanan nadi dan normalnya adalah 30- 50 mmHg Pearce, 2009.
2.4.4 Klasifikasi Tekanan Darah
Tekanan darah diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu : 1 Tekanan darah normal
Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah normal bila tekanan darah uuntuk sistolik 140 mmHg dan diastolik ,90 mmHg Guyton dan Hall,
2006. Nilai tekanan darah normal: a. Pada usia 15-29 tahun : sistolik 90-120 mmHg, diastolik 60-80 mmHg.
b. Pada usia 30-49 tahun : sistolik 110-140 mmHg, diastolik 70-90 mmHg. c. Pada usia 50 tahun : sistolik 120-150 mmHg, diastolik 70-90 mmHg.
2 Tekanan darah rendah Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah rendah bila tekanan darah
untuk sistolik 100 mmHg dan diastolik 60 mmHg Watson, 2002. 3 Tekanan darah tinggi
Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah tinggi apabila untuk tekanan darah sistolik 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg Watson, 2002.
Klasifikasi tekanan darah bagi orang dewasa usia 18 tahun ke atas yang tidak sedang dalam pengobatan tekanan darah tinggi dan tidak menderita penyakit
serius dalam jangka waktu tertentu menurut Seventh Report of the Joint National Committe VII JNC VII on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of
High Blood Pressure adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4 Kategori Tekanan Darah
Tekanan Darah Sistolik
Diastolik Normal
Pre-hipertensi Di bawah 120
Di bawah 80 120-139
80-89 Darah tinggi atau hipertensi stadium 1
140-159 90-99
Darah tinggi atau hipertensi stadium 2 atatu berbahaya
Diatas 160 Di atas 100
Sumber : Joint National Committee-VII 2004
2.4.5 Pengukuran Tekanan Darah
Untuk mengukur tekanan darah maka perlu dilakukan pengukuran tekanan darah secara rutin. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung
atau tidak langsung. Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan ke dalam arteri. Walaupun hasilnya sangat tepat, akan tetapi metode pengukuran ini sangat
berbahaya dan dapat menimbulkan masalah kesehatan lain Smeltzer Bare, 2001. Menurut Nursecerdas 2009, bahaya yang dapat ditimbulkan saat
pemasangan kateter arteri yaitu nyeri inflamasi pada lokasi penusukkan, bekuan darah karena tertekuknya kateter, perdarahan: ekimosis bila jarum lepas dan
tromboplebitis. Sedangkan pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Sphgmomanometer tersusun
atas manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan ringga dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa
sehingga tekanan yang terbaca pada manometer seseuai dengan tekanan dalam milimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis Smeltzer Bare,
2001. Adapun cara pengukuran tekanan darah dimulai dengan membalutkan
manset dengan kencang dan lembut pada lengan atas dan dikembangkan dengan pompa. Tekanan dalam manset dinaikkan sampai denyut radial atau brakial
menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20
sampai 30 mmHg diatas titik hilangnya denyutan radial. Kemudian manset dikempiskan perlahan, dan dilakukan pembacaan secara auskultasi maupun
palpasi. Dengan palpasi kita hanya dapat mengukur tekanan sistolik. Sedangkan dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih
akurat Smeltzer Bare, 2001. Untuk mengauskultasi tekanan darah, ujung stetoskop yang berbentuk
corong atau diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat di bawah lipatan siku rongga antekubital, yang merupakan titik dimana arteri brakialis muncul
diantara kedua kaput otot biseps. Manset dikempeskan dengan kecepatan 2 sampai 3 mmHg per detik, sementara kita mendengarkan awitan bunyi berdetak, yang
menunjukkan tekanan darah sistolik. Bunyi tersebut dikenal sebagai Bunyi Korotkoff yang terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar
dari arteri brakialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan diastolik dan pada titik tersebut, bunyi akan menghilang Smeltzer Bare, 2001.
2.4.6 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tekanan Darah
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah yaitu : 1. Usia
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin besar risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko
terkena hipertensi. Arteri kehilangan elastisitasnya atau kelenturannya dan tekanan darah seiring bertambahnya usia, kebanyakan orang hipertensinya
meningkat ketika berumur lima puluhan dan enam puluhan Gunawan, 2001. 2. Jenis Kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita, dengan rasio sekitar
2,29 untuk kenaikan tekanan darah sistolik dan 3,76 untuk kenaikan tekanan darah diastolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat
meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita. Namun, setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita tinggi. Bahkan
setelah umur 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal Depkes,
2006. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon
estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein HDL. Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam
mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause.
Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses
ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada
wanita umur 45-55 tahun Dwi, 2009. 3. Masa Kerja
Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja pada suatu organisasi, lembaga dan sebagainya. Masa kerja seseorang perlu diketahui
karena masa kerja merupakan salah satu indikator tentang kecenderungan para pekerja dalam melaksanakan aktivitas kerjanya.
Masa Kerja dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu :
1. masa kerja baru 2 tahun 2. masa kerja lama 2 tahun
Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkunga
n kerja tersebut Suma’mur, 2009.
4. Ras Kajian populasi selalu menunjukkan bahwa aras tekanan darah pada
masyarakat kulit hitam lebih tinggi ketimbang aras pada golongan suku lain. Suku bangsa mungkin berpengaruh pada hubungan antara umur dan tekanan
darah, seperti yang ditujukkan oleh kecenderungan tekanan darah yang meninggi bersamaan dengan bertambahnya umur secara progresif pada orang
Amerika berkulit hitam keturunan Afrika ketimbang pada orang Amerika berkulit putih. Perbedaan tekanan darah rata-rata antara kedua golongan
tersebut beragam, mulai dari yang agak lebih rendah dari 5 mmHg 0,67 kPa pada usia 20-an sampai hampir 20 mmHg 2,67 kPa pada usia 60-an. Orang
Amerika hitam keturunan Afrika telah menunjukkan pula mempunyai tekanan darah yang lebih tinggi daripada orang Afrika hitam. Hal ini memberi kesan
bahwa ada penambahan pengaruh lingkungan pada kecenderungan kesukuan Peran kesukuan yang bebas dari faktor lingkungan perlu dijelaskan pada
golongan suku Lin di Negara yang mempunyai keanekaragaman suku WHO, 2001.
5. Faktor Sosial Ekonomi Di negara-negara yang berada pada tahap pasca-peralihan perubahan
ekonomi dan epidemiologi, selalu dapat ditunjukkan bahwa aras tekanan darah dan prevalensi hipertensi yang lebih tinggi terdapat pada golongan
sosioekonomi rendah. Hubungan yang terbalik itu ternyata berkaitan dengan tingkat pendidikan, penghasilan, dan pekerjaan. Akan tetapi, dalam
masyarakat yang berada dalam masa peralihan atau pra-peralihan, aras tinggi tekanan darah dan prevalensi-hipertensi yang lebih tinggi ternyata terdapat
pada golongan
sosioekonomi yang
lebih tinggi.
Ini barangkali
menggambarkan tahap awal epidemik penyakit kardiovaskular WHO, 2001. 6. Faktor Genetik
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi faktor keturunan juga mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi primer
esensial. Faktor genetik juga dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain, yang kemudian menyebabkan seseorang menderita hipertensi. Faktor genetik juga
berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel. Bila kedua orang tua menderita hipertensi maka sekitar 45 turun ke anak -
anaknya dan bila salah satu orang tua yang menderita hipertensi maka sekitar 30 turun ke anak-anaknya Depkes, 2006.
7. Kebiasaan Merokok Nikotin menyebabkan kenaikan tekanan arteri dan denyut jantung oleh
beberapa mekanisme: Kaplan dan Norman, 1996 :
a. Nikotin meransang pelepasan epinetrinlokal dari saraf adregenik dan meningkatkan sekresi katekolamin dari modula adrenalis dan dari jaringan
kromafin di jantung. b. Nikotin bekerja pada kemoreseptor di glomus caroticus dan glomera aotica
yang menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan arteri. c. Nikotin bekerja langsung pada miokardium untuk menginduksi efek
inotropik dan kronotopik positif. Nikotin dalam merokok dapat mengakibatkan jantung berdenyut lebih
cepatdan penyempitan pembuluh saluran – saluran nadi sehingga menyababkan
jantung terpaksa memompa dengan lebih kuat untuk memenuhi kebutuhan darah ke seluruh tubuh Singgih, 1995.
8. Kebiasaan Minum Kopi Minum kopi yang mengandung kafein disebut dapat menghasilkan
perubahan dalam hemodinamik diantaranya dapat meningkatkan tekanan darah Lane, 1993. Dalam tubuh manusia senyawa kafein dapat memacu
hormon adrenalin, yang berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah dan detak jantung, sekresi asam lambung, senyawa gula pada aliran darah dan otot
dalam kondisi siap beraktivitas. Sebahagian orang, minum kopi dapat menimbulkan jantung berdebar-
debar, denyutnya bisa melebihi 80 kali per menit. Hal itu disebabkan efek stimulan kopi. Mengkonsumsi kopi secara berlebihan dapat meningkatkan
tekanan darah, yang berpotensi mempercepat terjadinya penyakit jantung koroner PJK. Otot jantung mendapat makanan dari pembuluh darah nadi
korona kiri dan kanan, bila pembuluh darah korona tersumbat terjadilah PJK Afian, 2010.
9. Konsumsi Alkohol Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan.
Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun, diduga peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah
merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikkan tekanan darah. Di negara barat seperti Amerika, komsumsi alkohol yang berlebihan berpengaruh
terhadap terjadinya hipertensi. Sekitar 10 hipertensi di Amerika disebabkan oleh asupan alkohol yang berlebihan di kalangan pria separuh baya.
Akibatnya, kebiasaan meminum alkohol ini menyebabkan hipertensi sekunder di usia ini Depkes, 2006.
Penelitian Riyadina 2002 yang dilakukan terhadap operator pompa bensin SPBU di Jakarta menyatakan bahwa risiko untuk terjadinya
hipertensi pada peminum alkohol sebesar 2,208 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang bukan peminum alkohol. Artinya risiko hipertensi akan 2
kali lebih besar pada peminum alkohol dibandingkan yang bukan peminum alkohol.
10. Stres Stres menurut Greenberg 2002 adalah interaksi antara seseorang dengan
lingkungan termasuk penilaian seseorang terhadap tekanan dari suatu kejadian dan kemampuan yang dimiliki untuk menghadapi tekanan tersebut, keadaan
ini diikuti respon secara psikologis, fisiologis, dan perilaku. Respon secara
psikologis antara lain berupa emosi, kecemasan, depresi, dan perasaan stres. Sedangkan respon secara fisiologis dapat berupa rangsangan fisik meningkat,
perut mulas, badan berkeringat, jantung berdebar-debar. Respon secara perilaku antara lain mudah marah, mudah lupa, susah berkonsentrasi
.
Stres atau ketegangan jiwa rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan
hormone adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Peningkatan darah akan lebih besar
pada individu yang mempunyai kecenderungan stres emosional yang tinggi. Jika stres berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian
sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag. Diperkirakan, prevalensi
atau kejadian hipertensi pada orang kulit hitam di Amerika Serikat lebih tinggi dibandingkan dengan orang kulit putih disebabkan stres atau rasa tidak puas
orang kulit hitam pada nasib mereka Depkes, 2006. Penelitian Framingham dalam Nasution 2013 bahwa bagi wanita
berusia 45-64 tahun, sejumlah faktor psikososial seperti keadaan tegangan, ketidakcocokan perkawinan, tekanan ekonomi, stres harian, mobilitas
pekerjaan dan kemarahan terpendam didapatkan bahwa hal tersebut berhubungan dengan peningkatan tekanan darah dan manifestasi klinik
penyakit kardiovaskuler apapun. Hal yang mempengaruhi fungsi tubuh diatas dipercaya dapat meningkatkan tekanan darah menjadi hipertensi.
11. Konsumsi Garam Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara konsumsi garam
dengan hipertensi. Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi
melalui peningkatan volume plasma cairan tubuh dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga
kembali pada keadaan hemodinamik sistem pendarahan yang normal. Pada hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain yang
berpengaruh. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan jika asupan garam antara 5-15
gram perhari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20 . Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume
plasma, curah jantung dan tekanan darah Radecki, 2000. Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik
cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang
ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7- 8 gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi. Konsumsi garam yang
dianjurkan tidak lebih dari 6 gramhari setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 mghari Gunawan, 2001.
12. Kebisingan Paparan bising dengan intensitas yang tinggi dalam waktu yang lama
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, kenaikan darah yang
berlangsung lamasecara
periodik menyebabkan
arterial hipertensi
Tambunan, 2005. 13. Status gizi
Kriteria status gizi menurut Asmadi 2008 sebagai berikut : a Kurus jika IMT :
1 17 : kekurangan berat badan tingkat berat. 2 17
– 18,4 : kekurangan berat badan tingkat rendah. b Normal jika IMT : 18,5
– 24,9 c Gemuk jika IMT :
1 25 – 27 : kelebihah berat badan tingkat ringan.
2 27 : kelebihah berat badan tingkat berat. Kaitan erat antara kelebihan berat badan dan kenaikan tekanan darah
telah dilaporkan oleh beberapa studi. Berat badan dan Indeks Masa Tubuh IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah
sistolik. Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita
hipertensi pada orang - orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang badannya normal. Sedangkan, pada penderita hipertensi
ditemukan sekitar 20 -33 memiliki berat badan lebih overweight Depkes, 2006.
Hal ini disebabkan makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini
berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi
meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar
insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air Muhummadun, 2010.
Penelitian Sigarlaki 2000 yang dilakukan di RSU FK-UKI menyatakan bahwa ada hubungan orang yang berat badan berlebihan dengan kejadian
hipertensi. Dalam penelitian itu mempunyai OR sebesar 3,74 artinya bahwa orang yang obesitas mempunyai risiko untuk menderita hipertensi sebesar
3,74 kali dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas. 14. Kehamilan
Selama kehamilan normal, tekanan darah sistolik sedikit berubah tetapi diastolik menurun kira
– kira 10 mmHg pada awal kehamilan 13 – 20 minggu dan meningkat kembali ke tingkat sebelum kehamilan pada trimester
ketiga Suyono, 2001. Perubahan yang terjadi pada jantung, yang khas denyut nadi istirahat meningkat sekitar 10 sampai 15 denyut permenit pada kehamilan
Yeyeh, 2009.
2.4.7 Pengendalian Tekanan Darah
Hal yang penting untuk mengendalikan tekanan darah adalah dengan cara berikut, antar lain :
1. Diet a. Diet rendah natrium
Asupan natrium yang berlebih dapat mengecilkan diameter pembuluh darah arteri, menyebabkan jantung harus memompa keras untuk
mendorong volume darah melalui ruang yang makin sempit, sehingga tekanan darah menjadi naik akibatnya terjadi hipertensi. Karena itu
disarankan untuk mengurangi konsumsi natriumsodium. Sumber natriumsodium yang utama adalah natrium klorida garam dapur,
penyedap masakan monosodium glutamate MSG, dan sodium karbonat soda kue, natrium benzoat untuk mengawetkan makanan, natrium
bosulfit untuk mengawetkan daging, natrium sitrat pada minuman. Konsumsi garam dapur mengandung iodium yang dianjurkan tidak lebih
dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh Anggraini, Waren, Situmorang, Asputra, Siahaan, 2003.
b. Diet rendah kolesterol Kolesterol merupakan lemak seperti lilin dan berwarna
kekuningan. Kadar kolesterol dalam darah dipengaruhi oleh asupan makanan dan sebagian besar hasil sistesa hati. Apabila jumlahnya normal,
kolesterol sebenarnya bermanfaat memperlancar metabolisme tubuh seperti bahan pembentuk dinding sel, pembentukan hormon, pembungkus
jaringan saraf, garam empedu, membuat vitamin D, dan juga membantu perkembangan otak pada anak-anak. Namun bila kadar kolesterol dalam
darah jumlahnya berlebihan, dapat membahayakan tubuh karena memicu timbulnya penyakit. Agar kolesterol tidak memicu timbulnya penyakit,
kadarnya harus dikendalikan yaitu dengan mengatur pola makan. Memperbanyak konsumsi makanan rendah kolesterol, serta membatasi
konsumsi lemak. Caranya yaitu dengan meningkatkan asupan makanan
nabati dan mengganti lemak berbahaya dengan lemak sehat Sutomo, 2008.
2. Aktivitas fisik cukup dan berolahraga secara teratur Aktivitas fisik juga sangat berperan dalam menurunkan tekanan darah.
Aktivitas fisik olahraga dapat memperbaiki profil lemak darah, yaitu menurunkan kadar total kolesterol, LDL dan trigliserida. Bahkan yang lebih
penting, olahraga dapat memperbaiki HDL. Takaran olahraga yang tepat dapat menurunkan hipertensi, obesitas, serta diabetes mellitus. Hasil penelitian
dengan olahraga saja sama efektifnya dengan kombinasi antara olahraga dan obat
.
Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat mengurangi atau menghilangkan endapan kolesterol pada pembuluh darah. Olahraga yang
dimaksud adalah latihan aerobik menggerakkan semua nadi dan otot tubuh seperti gerak jalanjalan kaki, senam, jogging, berenang, naik sepeda. Tidak
dianjurkan melakukan olahraga yang menegangkan Soeharto, 2004
.
3. Istirahat tidur Istirahat yang dilakukan seharusnya tidak berlebihan dan kekurangan.
Istirahat akan membuat tubuh kembali segar. Istirahat siang yang paling baik dilakukan adalah selama 2 jam. Istirahat yang dilakukan secara berlebihan
tidak baik untuk kesehatan tubuh. Seseorang yang tidur kurang dari 5 jam setiap malamnya memiliki resiko lebih tinggi 39 terkena penyakit jantung
dibandingkan dengan yang tidur 8 jam. Seseorang yang tidur kurang dari 6 jam memiliki resiko lebih tinggi 18 terkena sumbatan arteri dan orang yang
tidur 9 jam atau lebih diperkirakan memiliki resiko lebih tinggi 37 terkena penyakit jantung Novita, 2008.
4. Manajemen stres Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Stres atau ketegangan jiwa rasa tertekan, murung, bingung, cemas, berdebar-debar, rasa
marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih
cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Penderita hipertensi yang mendapatkan penatalakasanaan hipertensi
ataupun tidak cenderung memiliki tekanan darah yang tinggi meski ada kalanya tekanan darah mereka berada dalam batas normal. Kondisi ini akan
diperburuk dengan adanya peningkatan tekanan darah akibat stres, maka tekanan darah akan menjadi semakin tinggi. Apabila kondisi ini berlangsung
terus menerus dalam kurun waktu yang lama tanpa ada penangganan yang tepat maka tekanan darah yang tinggi tersebut akan sulit dikontrol. Tekanan
darah pada penderita hipertensi yang tidak terkontrol inilah, yang menjadi penyebab utama terjadinya stroke Mahendra, 2004.
5. Pembatasan konsumsi rokok dan tidak mengkonsumsi alkohol Kebiasaan merokok juga harus dikurangi bahkan dihindari, karena
keadaan jantung dan paru-paru mereka yang merokok tidak akan dapat bekerja secara efisien. Asap rokok mengandung nikotin yang memacu pengeluaran
zat-zat seperti adrenalin yang dapat merangsang denyutan jantung dan tekanan
darah. Untuk konsumsi rokok pecandu, mengurangi secara bertahap mulai dari 5 batang rokok sampai memberhentikan total. Perokok pasif atau orang yang
tidak merokok tetapi berada di dekat orang yang merokok pun terkena dampak negative dari asap rokok yang lebih bahaya dari perokon itu sendiri.
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan kematian kardiovaskular. Tujuh penelitian kematian pecandu alkohol menunjukkan
bahwa konsumsi alkohol dalam jumlah besar diikuti dengan peningkatan kematian penyakit jantung koroner. Penelitian pada lebih dari 700 pria yang
diotopsi dengan usia 30-69 tahun, terdapat aterosklerosis koroner yang luas diantara sampel yang mengkonsumsi alkohol dalam 16 hari atau lebih setiap
bulannya daripada peminum sedang atau bukan peminum. Sutomo, 2008. Jika pada penderita hipertensi yang mempunyai riwayat candu alkohol
sebaiknya mengurangi minuman alkohol pada batas maksimal 1 gelas pada kadar 15 alcohol sampai memberhentikannya mengkonsumsi Cahyono,
2008.
2.5 Hubungan Paparan Kebisingan Dengan Tekanan Darah
Pengaruh kebisingan terhadap tekanan darah terlihat jelas dari respon- respon fisiologis yang nampak terhadap pekerja. Kebisingan tidak hanya dapat
menyebabkan gangguan pendengaran tetapi juga dapat menimbulkan gangguan terhadap mental emosional serta sistem jantung dan peredaran darah. Gangguan
mental emosional yaitu berupa tergangguanya ken yamanan kerja,
mudah tersinggung, mudah marah. Melalui mekanisme hormonal yaitu dihasilkan
hormon adrenalin, sehingga dapat meningkatkan frekuensi detak jantung dan
peningkatan tekanan darah. Hal tersebut termasuk gangguan kardiovaskuler Hartanto, 2011.
2.6 Kerangka Konsep
2.7 Hipotesis Penelitian
Ho : Tidak ada hubungan paparan kebisingan dan karakteristik operator SPBU terhadap tekanan darah di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015
Ha : Ada hubungan paparan kebisingan dan karakteristik operator SPBU terhadap tekanan darah di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015.
-
Paparan Kebisingan Lalu
Lintas
Karakteristik Operator SPBU
- Usia
- Jenis Kelamin
-
Lama Paparan Kebisingan per hari
- Masa Kerja
- Kebiasaan Minum
Kopi
-
Kebiasaan Merokok Tekanan Darah
60
BAB III METODE PENELITIAN
3. 1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat analitik dengan desain cross secsional, yang bertujuan untuk menjelaskan karakteristik responden usia, jenis
kelamin, lama paparan kebisingan per hari, masa kerja, kebiasaan minum kopi, kebiasaan merokok dan paparan kebisingan terhadap tekanan darah dengan
populasi operator SPBU di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015.
3. 2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di 9 SPBU Kecamatan Medan Sunggal yaitu: 1. SPBU 11.201104 COCO
: Jl. Gatot Subroto Km. 5,2 2. SPBU 14.201125 DODO
: Jl. Gatot Subroto Km. 5,5 3. SPBU 14.201105 DODO
: Jl. Pinang Baris 4. SPBU 14.2011150 DODO
: Jl. Kasuari Kelurahan Sei Kambing B 5. SPBU 14.2011147 DODO
: Jl. Sunggal Sei Kambing 6. SPBU 14.2011108 DODO
: Jl. Sei Batanghari Kelurahan Babura 7. SPBU 14.201131 DODO
: Jl. Sei Serayu Tj. Rejo Sunggal 8. SPBU 14.201138 DODO
: Jl. Gagak Hitam Ringroad 9. SPBU 14.2011129 DODO
: Jl. Arteri Ringroad
Keterangan : COCO Coperation Operation Company Owner : SPBU yang dimiliki dan dikelola oleh
Pertamina. PT. Pertamina Retail sebagai anak perusahaan.