Selain  melalui  tingkat  keras,  kebisingan  juga  dikaitkan  dengan  lama paparannya.  Semakin  keras  tingkat  bunyi,  semakin  pendek  waktu  paparan  yang
disarankan bagi telinga. Standar  kebisingan  berdasarkan  Surat  Keputusan  Menteri  Tenaga  Kerja
No.51MEN1999 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Nilai Ambang Batas Kebisingan
Waktu Pemaparan Intensitas Kebisingan dB
8 Jam 85
4 Jam 88
2 Jam 91
1 Jam 94
30 Menit 97
15 Menit 100
7,5 Menit 103
3,75 Menit 106
1,88 Menit 109
0,94 Menit 112
28,12 Detik 115
14,06 Detik 118
7,03 Detik 121
3,52 Detik 124
1,76 Detik 127
0,88 Detik 130
0,44 Detik 133
0,23 Detik 136
0,11 Detik 139
Sumber :  Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.51MEN1999. Keterangan : Tidak boleh terapajan lebih dari 140 dB, walaupun sesaat.
Peraturan  Menteri  Kesehatan  No.  718  Tahun  1987  tentang  kebisingan  yang berhubungan dengan kesehatan menyatakan pembagian wilayah dalam 4 zona :
Tabel 2.3
Pembagian zona-zona peruntukan Zona
Peruntukan Tingkat Kebisingan dB A
Dianjurkan  Diperbolehkan A  Laboratorium, rumah sakit, panti perawatan
35 45
B  Rumah, sekolah, tempat rekreasi 45
55 C  Kantor, pertokoan
50 60
D  Industry, terminal, stasiun KA 60
70
Sumber: PerMenKes No. 178 Tahun 1987
2.3.7 Pengendalian Kebisingan
Kebisingan dapat dikendalikan dengan cara, antara lain Budiono, 2003: 1.  Pengendalian Secara Teknis
a Mengubah  cara  kerja  dari  yang  menimbulkan  bising  menjadi  berkurang suara yang menimbulkan bisingnya.
b Menggunakan penyekat dinding dan langit-langit yang kedap suara. c Mengisolasi mesin-mesin yang menjadi sumber kebisingan.
d Substitusi mesin yang bising dengan mesin yang kurang bising. e Menggunakan  fondasi  mesin  yang  baik  agar  tidak  ada  sambungan  yang
goyang dan mengganti bagian-bagian logam dengan karet. f  Modifikasi mesin atau proses.
g Merawat  mesin  dan  alat  secara  teratur  dan  periodic  sehingga  dapat mengurangi suara bising.
2.  Pengendalian secara administrasi a Pengadaan ruang kontrol pada bagian tertentu misalnya bagian diesel.
b Tenaga  kerja  di  bagian  tersebut  hanya  melihat  dari  ruang  berkaca  yang kedap  suara  dan  sesekali  memasuki  ruang  berbising  tinggi,  dalam  waktu
yang telah ditentukan, serta menggunakan APD ear muff. c Pengaturan  jam  kerja,  disesuaikan  dengan  NAB  yang  ada.  Cara  ini
dilakukan  untuk  mengurangi  waktu  pemajanan  dan  tingkat  kebisingan, sehingga  suara  yang  diterima  organ  pendengaran  pekerja,  masih  dalam
batas aman.
3.  Pengendalian secara medis Pemeriksaan  audiometri  sebaiknya  dilakukan  pada  saat  awal  masuk  kerja,
secara periodik, secara khusus dan pada akhir masa kerja. 4.  Penggunaan Alat Pelindung Diri
Apabila pengendalian secara teknis dan administrasi belum dapat mereduksi tingkat  dan  lama  kebisingan  yang  diterima  maka  digunakan  alat  pelindung
kebisingan  yaitu  ear plug atau ear muff disesuaikan dengan jenis pekerjaan, konsidi dan penurunan intensitas kebisingan yang diharapkan.
2.3.8 Pengukuran Intensitas Kebisingan
Standar alat untuk mengukur kebisingan adalah Sound Level Meter SLM. Pengukuran dalam SLM dikategorikan dalam tiga jenis karakter respon frekuensi,
yaitu ditunjukkan dalam skala A, B, dan C. Skala A yang ditemukan paling dapat mewakili  batas  pendengaran  manusia  dan  respon  telinga  manusia  terhadap
kebisingan, termasuk
kebisingan yang
dapat menimbulkan
gangguan pendengaran. Skala A tersebut dinyatakan dalam satuan dBA Djalante, 2010.
Dalam penelitian Buchari 2007, menjelaskan untuk alat ukur kebisingan yaitu  Sound  Level  Meter  SLM  dan  untuk  mengukur  ambang  pendengaran
digunakan  alat  Audiometer.  Sound  Level  Meter  SLM  adalah  alat  untuk mengukur  suara.  Mekanisme  kerja  dari  SLM  adalah  apabila  ada  benda  bergetar,
maka  akan  menyebabkan  terjadinya  perubahan  tekanan  udara  yang  mana perubahan  tersebut  dapat  ditangkap  oleh  alat  ini,  sehingga  akan  menggerakkan
meter  petunjuk  atau  jarum  petunjuk.  Sedangkan  untuk  Audiometer,  adalah  alat untuk  mengukur  nilai  ambang  pendengaran.  Nilai  ambang  pendengaran  adalah
suara  yang  paling  lemah  yang  dapat  didengar  manusia.  Audiogram  adalah  chart hasil pemerikasaan audiometri.
2.3.9 Kebisingan Lalu Lintas
Perkembangan  yang  semakin  meningkat  pada  transportasi  di  jalan  raya tentunya  mempunyai  dampak  lingkungan  di  sepanjang  jalan  yang  ramai  dengan
sarana transportasi. Di negara berkembang seperti Indonesia, yang pengaturan dan penyediaan  kendaraan  umum  belum  tertata  secara  baik,  masyarakat  akan
cenderung  menggunakan  kendaraan  pribadi  untuk  mendukung  kegiatannya. Berdasar  kecepatan  dan  kenyamanan  berkendara  maka  kendaraan  bermotor
pribadi  lebih  dipilih  dibanding  kendaraan  tidak  bermotor.    Kebisingan  di perkotaan  yang  padat  lalu  lintasnya  bukan  merupakan  masalah  baru  lagi,  tetapi
permasalahan  lama  yang  perlu  dipecahkan  bersama.  Meski  kini  kelompok- kelompok  masyarakat  pengguna  sepeda  telah  terbentuk,  seperti  Bike  to  Work,
namun  jumlah  anggotanya  masih  sedikit.  Di  waktu  mendatang  diharapkan pengguna  sepeda  terus  meningkat  jumlahnya  sehingga  dapat  menurunkan  polusi
udara  dan  bunyi.  Hal  itu  juga  perlu  didukung  dengan  penyediaan  jalur  khusus sepeda agar keselamatan dan kenyamanan pengguna sepeda.
Kebisingan pada kendaraan bermotor terutama bersumber pada mesin dan saluran  gas  buang.  Juga  terdapat  sumber  lain  meski  bukan  sumber  pokok,  yaitu
gesekan  roda  dengan  jalan  dan  klakson.  Pada  kendaraan  bermotor  dengan  usia pembuatan  10  tahun  ke  bawah  serta  yang  mesinnya  terawat  dengan  baik,
kebisingan  yang  dihasilkan  mesin  dapat  dianggap  sesuai  baku.  Hal  ini memengaruhi kebisingan adalah jumlah kendaraan yang melalui suatu kelas jalan
tertentu.  Bila  jumlah  dan  jenis  kendaraan  sesuai  baku  makan  munculnya kebisingan  dapat  dihindari.  Namun  pada  kenyataannya  hal  ini  tidak  terpenuhi.
Ruas  jalan  dipenuhi  kendaraan  melebihi  kemampuan  hingga  terjadi  kemacetan. Keadaan ini, tentu menimbulkan polusi udara dan bunyi Mediastika, 2009.
Sumber  kebisingan  lalu  lintas  termasuk  dalam  kriteria  kebisingan  garis, kebisingan  tersebut  ditimbulkan  oleh  suara-suara  dari  kendaraan  bermotor  yang
melewati  jalanan  dan  semakin  padatnya  lalu  lintas  yang  ada  di  jalan  tersebut. Adapun  penyebab  kebisingan  dari  kendaraan  bermotor  adalah  mesin  dari
kendaraan  bermotor  itu  sendiri  biasanya  berjenis  mesin  bakar,  jenis  kipas pendingin  kendaraan,  bagian  sistem  pembuangan  kendaraan  yang  berbeda-beda,
dan  model  kendaraan.  Selain  penyebab  kebisingan  dari  kendaraan  tersebut,  ada pula  parameter  dari  kendaraan  itu  sendiri  yaitu  kecepatan  dan  kepadatan
kendaraan bermotor  yang  ada di  lalu lintas jalan, komposisi kendaraan bermotor tersebut,  sifat  dari  pengemudi  kendaraannya  sendiri,  dan  kestabilan  atau
ketidakstabilan  lalu  lintas  kendaraan  bermotor.  Selain  parameter  lalu  lintas,  ada pula  parameter  dari  jalan  yang  dilalui  oleh  kendaraan,  yaitu  kondisi  yang
membentuk  fisik  dari  jalan,  contohnya  bentuk  jalan,  kemiringan  jalan, kelengkungan jalan atau tikungan jalan, permukaan jalan  yang berbeda-beda dan
lebar dari jalan yang dilewati banyaknya kendaraan bermotor Suroto, 2010.
2.4 Tekanan Darah
2.4.1 Defenisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang  tertutup  pada  dinding  bagian  dalam  jantung  dan  pembuluh  darah  Sloane,
2004. Tekanan  darah  adalah  menunjukkan  keadaan  dimana  tekanan  yang
dikenakan oleh darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh, dengan kata lain tekanan darah juga berarti kekuatan yang
dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh Guyton dan Hall, 2006.
Tekanan  darah  juga  sering  disebut  sebagai  suara  di  mana  detak  jantung pertama kali di dengar dengan bantuan alat stetoskop. Tekanan darah dapat dilihat
dengan  mengambil  dua  ukuran  yang  biasa  ditunjukkan  dengan  angka  seperti berikut: 12080 mmHg. Angka 120 mmHg menunjukkan tekanan pada pembuluh
arteri  ketika  jantung  berkontraksi,  yang  biasanya  disebut  dengan  sistolik.  Angka 80 mmHg menunjukan jantung sedang berelaksasi disebut tekanan darah diastolik
Ganong, 1995.
2.4.2 Sistem Sirkulasi Tekanan Darah
Darah mengambil oksigen dari dalam paru-paru. Darah yang mengandung oksigen ini memasuki jantung dan kemudian dipompakan ke seluruh bagian tubuh
melalui  pembuluh  darah  yang  disebut  arteri.  Pembuluh  darah  yang  lebih  besar bercabang-cabang  menjadi  pembuluh-pembuluh  darah  lebih  kecil  hingga
berukuran  mikroskopik,  yang  akhirnya  membentuk  jaringan  yang  terdiri  dari
pembuluh-pembuluh  darah  sangat  kecil  yang  disebut  kapiler.  Jaringan  ini mengalirkan  darah  ke  sel-sel  tubuh  dan  menghantarkan  oksigen  untuk
menghasilkan  energi  yang  dibutuhkan  demi  kelangsungan  hidup.  Kemudian darah,  yang  sudah  tidak  beroksigen  kembali  ke  jantung  melalui  pembuluh  darah
vena,  dan  di  pompa  kembali  ke  paru-paru  untuk  mengambil  oksigen  lagi.  Saat jantung berdetak, otot jantung berkontraksi untuk memompakan darah ke seluruh
tubuh. Tekanan tertinggi berkontraksi dikenal sebagai tekanan sistolik. Kemudian otot  jantung  rileks  sebelum  kontraksi  berikutnya,  dan  tekanan  ini  paling  rendah,
yang  dikenal  sebagai  tekanan  diastolik.  Tekanan  sistolik  dan  diastolik  ini  diukur ketika Anda memeriksakan tekanan darah Beevers, 2002.
2.4.3 Jenis Tekanan Darah
Tekanan  darah  terdiri  dari  2  dua  bagian  besar,  yaitu  :  Tekanan  darah sistolik  adalah  tekanan  darah  yang  diturunkan  sampai  suatu  titik  dimana  denyut
dapat  dirasakan.  Tekanan  yang  terjadi  apabila  oto  jantung  berdenyut  memompa untuk  mendorong  darah  keluar  melalui  pembuluh  darah  arteri.  Tekanan  ini
berkisar antara 95-140 mmHg. Sedangkan tekanan darah diastolik adalah tekanan di atas arteri brakialis perlahan-lahan dikurangi sampai bunyi jantung atau denyut
arteri  dengan  jelas  dapat  didengar  dan  titik  dimana  bunyi  mulai  menghilang tekanan  ini  berkisar  antara  60-95  mmHg  Tahang,  2004.  Perbedaan  tekanan
darah antara sistolik dan diastolik disebut tekanan nadi dan normalnya adalah 30- 50 mmHg Pearce, 2009.
2.4.4 Klasifikasi Tekanan Darah
Tekanan darah diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu : 1  Tekanan darah normal
Seseorang  dikatakan  mempunyai  tekanan  darah  normal  bila  tekanan  darah uuntuk  sistolik  140  mmHg  dan  diastolik  ,90  mmHg  Guyton  dan  Hall,
2006. Nilai tekanan darah normal: a.  Pada usia 15-29 tahun : sistolik 90-120 mmHg, diastolik 60-80 mmHg.
b.  Pada usia 30-49 tahun : sistolik 110-140 mmHg, diastolik 70-90 mmHg. c.  Pada usia 50 tahun : sistolik 120-150 mmHg, diastolik 70-90 mmHg.
2  Tekanan darah rendah Seseorang  dikatakan  mempunyai  tekanan  darah  rendah  bila  tekanan  darah
untuk sistolik 100 mmHg dan diastolik 60 mmHg Watson, 2002. 3  Tekanan darah tinggi
Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah tinggi apabila untuk tekanan darah sistolik 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg Watson, 2002.
Klasifikasi  tekanan  darah  bagi  orang  dewasa  usia  18  tahun  ke  atas  yang tidak sedang dalam pengobatan tekanan darah tinggi dan tidak menderita penyakit
serius dalam jangka waktu tertentu menurut Seventh Report of the Joint National Committe  VII  JNC  VII  on  Prevention,  Detection,  Evaluation  and  Treatment  of
High Blood Pressure adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4 Kategori Tekanan Darah
Tekanan Darah Sistolik
Diastolik Normal
Pre-hipertensi Di bawah 120
Di bawah 80 120-139
80-89 Darah tinggi atau hipertensi stadium 1
140-159 90-99
Darah tinggi atau hipertensi stadium 2 atatu berbahaya
Diatas 160 Di atas 100
Sumber : Joint National Committee-VII 2004
2.4.5 Pengukuran Tekanan Darah
Untuk mengukur tekanan darah maka perlu dilakukan pengukuran tekanan darah  secara  rutin.  Pengukuran  tekanan  darah  dapat  dilakukan  secara  langsung
atau  tidak  langsung.  Pada  metode  langsung,  kateter  arteri  dimasukkan  ke  dalam arteri. Walaupun hasilnya sangat tepat, akan tetapi metode pengukuran ini sangat
berbahaya  dan  dapat  menimbulkan  masalah  kesehatan  lain  Smeltzer    Bare, 2001.  Menurut  Nursecerdas  2009,  bahaya  yang  dapat  ditimbulkan  saat
pemasangan  kateter  arteri  yaitu  nyeri  inflamasi  pada  lokasi  penusukkan,  bekuan darah  karena  tertekuknya  kateter,  perdarahan:  ekimosis  bila  jarum  lepas  dan
tromboplebitis.  Sedangkan  pengukuran  tidak  langsung  dapat  dilakukan  dengan menggunakan  sphygmomanometer  dan  stetoskop.  Sphgmomanometer  tersusun
atas  manset  yang  dapat  dikembangkan  dan  alat  pengukur  tekanan  yang berhubungan  dengan  ringga  dalam  manset.  Alat  ini  dikalibrasi  sedemikian  rupa
sehingga  tekanan  yang  terbaca  pada  manometer  seseuai  dengan  tekanan  dalam milimeter  air  raksa  yang  dihantarkan  oleh  arteri  brakialis  Smeltzer    Bare,
2001. Adapun  cara  pengukuran  tekanan  darah  dimulai  dengan  membalutkan
manset  dengan  kencang  dan  lembut  pada  lengan  atas  dan  dikembangkan  dengan pompa.  Tekanan  dalam  manset  dinaikkan  sampai  denyut  radial  atau  brakial
menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20
sampai  30  mmHg  diatas  titik  hilangnya  denyutan  radial.  Kemudian  manset dikempiskan  perlahan,  dan  dilakukan  pembacaan  secara  auskultasi  maupun
palpasi.  Dengan  palpasi  kita  hanya  dapat  mengukur  tekanan  sistolik.  Sedangkan dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih
akurat Smeltzer  Bare, 2001. Untuk  mengauskultasi  tekanan  darah,  ujung  stetoskop  yang  berbentuk
corong atau diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat di bawah lipatan siku rongga  antekubital,  yang  merupakan  titik  dimana  arteri  brakialis  muncul
diantara kedua kaput otot biseps. Manset dikempeskan dengan kecepatan 2 sampai 3  mmHg  per  detik,  sementara  kita  mendengarkan  awitan  bunyi  berdetak,  yang
menunjukkan  tekanan  darah  sistolik.  Bunyi  tersebut  dikenal  sebagai  Bunyi Korotkoff yang terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar
dari  arteri  brakialis  sampai  tekanan  dalam  manset  turun  di  bawah  tekanan diastolik dan pada titik tersebut, bunyi akan menghilang Smeltzer  Bare, 2001.
2.4.6 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tekanan Darah
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah yaitu : 1.  Usia
Hipertensi  erat  kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin besar risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko
terkena  hipertensi.  Arteri  kehilangan  elastisitasnya  atau  kelenturannya  dan tekanan  darah  seiring  bertambahnya  usia,  kebanyakan  orang  hipertensinya
meningkat ketika berumur lima puluhan dan enam puluhan Gunawan, 2001. 2.  Jenis Kelamin
Faktor  gender  berpengaruh  pada  terjadinya  hipertensi,  dimana  pria  lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita, dengan rasio sekitar
2,29  untuk  kenaikan  tekanan  darah  sistolik  dan  3,76  untuk  kenaikan  tekanan darah  diastolik.  Pria  diduga  memiliki  gaya  hidup  yang  cenderung  dapat
meningkatkan  tekanan  darah  dibandingkan  dengan  wanita.  Namun,  setelah memasuki  menopause,  prevalensi  hipertensi  pada  wanita  tinggi.  Bahkan
setelah  umur  65  tahun,  terjadinya  hipertensi  pada  wanita  lebih  tinggi dibandingkan  dengan  pria  yang  diakibatkan  oleh  faktor  hormonal  Depkes,
2006. Wanita  yang  belum  mengalami  menopause  dilindungi  oleh  hormon
estrogen  yang berperan dalam meningkatkan kadar  High Density Lipoprotein HDL. Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam
mencegah  terjadinya  proses  aterosklerosis.  Efek  perlindungan  estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause.
Pada  premenopause  wanita  mulai  kehilangan  sedikit  demi  sedikit  hormon estrogen  yang  selama  ini  melindungi  pembuluh  darah  dari  kerusakan.  Proses
ini  terus  berlanjut  dimana  hormon  estrogen  tersebut  berubah  kuantitasnya sesuai  dengan  umur  wanita  secara  alami,  yang  umumnya  mulai  terjadi  pada
wanita umur 45-55 tahun Dwi, 2009. 3.  Masa Kerja
Masa  kerja  adalah  jangka  waktu  orang  sudah  bekerja  pada  suatu organisasi,  lembaga  dan  sebagainya.  Masa  kerja  seseorang  perlu  diketahui
karena masa kerja merupakan salah satu indikator tentang kecenderungan para pekerja dalam melaksanakan aktivitas kerjanya.
Masa Kerja dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu :
1.  masa kerja baru  2 tahun 2.   masa kerja lama  2 tahun
Semakin  lama  seseorang  dalam  bekerja  maka  semakin  banyak  dia terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkunga
n kerja tersebut Suma’mur, 2009.
4.  Ras Kajian  populasi  selalu  menunjukkan  bahwa  aras  tekanan  darah  pada
masyarakat  kulit  hitam  lebih  tinggi  ketimbang  aras  pada  golongan  suku  lain. Suku  bangsa  mungkin  berpengaruh  pada  hubungan  antara  umur  dan  tekanan
darah,  seperti  yang  ditujukkan  oleh  kecenderungan  tekanan  darah  yang meninggi bersamaan dengan bertambahnya umur secara progresif pada orang
Amerika  berkulit  hitam  keturunan  Afrika  ketimbang  pada  orang  Amerika berkulit  putih.  Perbedaan  tekanan  darah  rata-rata  antara  kedua  golongan
tersebut beragam, mulai dari yang agak lebih rendah dari 5 mmHg 0,67 kPa pada usia 20-an sampai hampir 20 mmHg 2,67 kPa pada usia 60-an. Orang
Amerika hitam keturunan Afrika telah menunjukkan pula mempunyai tekanan darah  yang  lebih  tinggi  daripada  orang  Afrika  hitam.  Hal  ini  memberi  kesan
bahwa  ada  penambahan  pengaruh  lingkungan  pada  kecenderungan  kesukuan Peran  kesukuan  yang  bebas  dari  faktor  lingkungan  perlu  dijelaskan  pada
golongan suku Lin di Negara yang mempunyai keanekaragaman suku WHO, 2001.
5.  Faktor Sosial Ekonomi Di  negara-negara  yang  berada  pada  tahap  pasca-peralihan  perubahan
ekonomi dan epidemiologi, selalu dapat ditunjukkan bahwa aras tekanan darah dan  prevalensi  hipertensi  yang  lebih  tinggi  terdapat  pada  golongan
sosioekonomi  rendah.  Hubungan  yang  terbalik  itu  ternyata  berkaitan  dengan tingkat  pendidikan,  penghasilan,  dan  pekerjaan.  Akan  tetapi,  dalam
masyarakat  yang berada dalam masa peralihan atau pra-peralihan, aras tinggi tekanan  darah  dan  prevalensi-hipertensi  yang  lebih  tinggi  ternyata  terdapat
pada golongan
sosioekonomi yang
lebih tinggi.
Ini barangkali
menggambarkan tahap awal epidemik penyakit kardiovaskular WHO, 2001. 6.  Faktor Genetik
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi faktor keturunan juga mempertinggi  risiko  terkena  hipertensi,  terutama  pada  hipertensi  primer
esensial. Faktor genetik juga dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain, yang kemudian  menyebabkan  seseorang  menderita  hipertensi.  Faktor  genetik  juga
berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel. Bila kedua  orang  tua  menderita  hipertensi  maka  sekitar  45  turun  ke  anak  -
anaknya dan bila salah satu orang tua yang menderita hipertensi maka sekitar 30 turun ke anak-anaknya Depkes, 2006.
7.  Kebiasaan Merokok Nikotin  menyebabkan  kenaikan  tekanan  arteri  dan  denyut  jantung  oleh
beberapa mekanisme: Kaplan dan Norman, 1996 :
a.  Nikotin  meransang  pelepasan  epinetrinlokal  dari  saraf  adregenik  dan meningkatkan sekresi katekolamin dari modula adrenalis dan dari jaringan
kromafin di jantung. b.  Nikotin bekerja pada kemoreseptor di glomus caroticus dan glomera aotica
yang menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan arteri. c.  Nikotin  bekerja  langsung  pada  miokardium  untuk  menginduksi  efek
inotropik dan kronotopik positif. Nikotin  dalam  merokok  dapat  mengakibatkan  jantung  berdenyut  lebih
cepatdan penyempitan pembuluh saluran – saluran nadi sehingga menyababkan
jantung  terpaksa  memompa  dengan  lebih  kuat  untuk  memenuhi  kebutuhan darah ke seluruh tubuh Singgih, 1995.
8.  Kebiasaan Minum Kopi Minum  kopi  yang  mengandung  kafein  disebut  dapat  menghasilkan
perubahan  dalam  hemodinamik  diantaranya  dapat  meningkatkan  tekanan darah  Lane,  1993.  Dalam  tubuh  manusia  senyawa  kafein  dapat  memacu
hormon adrenalin, yang berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah dan detak jantung, sekresi asam lambung, senyawa gula pada aliran darah dan otot
dalam kondisi siap beraktivitas. Sebahagian  orang,  minum  kopi  dapat  menimbulkan  jantung  berdebar-
debar,  denyutnya  bisa  melebihi  80  kali  per  menit.  Hal  itu  disebabkan  efek stimulan  kopi.  Mengkonsumsi  kopi  secara  berlebihan  dapat  meningkatkan
tekanan  darah,  yang  berpotensi  mempercepat  terjadinya  penyakit  jantung koroner  PJK.  Otot  jantung  mendapat  makanan  dari  pembuluh  darah  nadi
korona kiri dan kanan, bila pembuluh darah korona tersumbat terjadilah  PJK Afian, 2010.
9.  Konsumsi Alkohol Pengaruh  alkohol  terhadap  kenaikan  tekanan  darah  telah  dibuktikan.
Mekanisme  peningkatan  tekanan  darah  akibat  alkohol  masih  belum  jelas. Namun, diduga peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah
merah  serta  kekentalan  darah  berperan  dalam  menaikkan  tekanan  darah.  Di negara barat seperti Amerika, komsumsi alkohol yang berlebihan berpengaruh
terhadap terjadinya hipertensi. Sekitar 10 hipertensi di Amerika disebabkan oleh  asupan  alkohol  yang  berlebihan  di  kalangan  pria  separuh  baya.
Akibatnya, kebiasaan meminum alkohol ini menyebabkan hipertensi sekunder di usia ini Depkes, 2006.
Penelitian  Riyadina  2002  yang  dilakukan  terhadap  operator  pompa bensin  SPBU  di  Jakarta  menyatakan  bahwa  risiko  untuk  terjadinya
hipertensi pada peminum alkohol sebesar 2,208 kali lebih besar dibandingkan dengan orang  yang bukan peminum alkohol. Artinya risiko hipertensi akan 2
kali  lebih  besar  pada  peminum  alkohol  dibandingkan  yang  bukan  peminum alkohol.
10. Stres Stres menurut Greenberg 2002 adalah interaksi antara seseorang dengan
lingkungan termasuk penilaian seseorang terhadap tekanan dari suatu kejadian dan  kemampuan  yang  dimiliki  untuk  menghadapi  tekanan  tersebut,  keadaan
ini  diikuti  respon  secara  psikologis,  fisiologis,  dan  perilaku.  Respon  secara
psikologis  antara  lain  berupa  emosi,  kecemasan,  depresi,  dan  perasaan  stres. Sedangkan respon secara fisiologis dapat berupa rangsangan fisik meningkat,
perut  mulas,  badan  berkeringat,  jantung  berdebar-debar.  Respon  secara perilaku antara lain mudah marah, mudah lupa, susah berkonsentrasi
.
Stres  atau  ketegangan  jiwa  rasa  tertekan,  murung,  rasa  marah,  dendam, rasa  takut,  rasa  bersalah  dapat  merangsang  kelenjar  anak  ginjal  melepaskan
hormone adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga  tekanan  darah  akan  meningkat.  Peningkatan  darah  akan  lebih  besar
pada  individu  yang  mempunyai  kecenderungan  stres  emosional  yang  tinggi. Jika  stres  berlangsung  lama,  tubuh  akan  berusaha  mengadakan  penyesuaian
sehingga  timbul  kelainan  organis  atau  perubahan  patologis.  Gejala  yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag. Diperkirakan, prevalensi
atau kejadian hipertensi pada orang kulit hitam di Amerika Serikat lebih tinggi dibandingkan  dengan  orang  kulit  putih  disebabkan  stres  atau  rasa  tidak  puas
orang kulit hitam pada nasib mereka Depkes, 2006. Penelitian  Framingham  dalam  Nasution  2013  bahwa  bagi  wanita
berusia  45-64  tahun,  sejumlah  faktor  psikososial  seperti  keadaan  tegangan, ketidakcocokan  perkawinan,  tekanan  ekonomi,  stres  harian,  mobilitas
pekerjaan  dan  kemarahan  terpendam  didapatkan  bahwa  hal  tersebut berhubungan  dengan  peningkatan  tekanan  darah  dan  manifestasi  klinik
penyakit kardiovaskuler apapun. Hal  yang mempengaruhi fungsi tubuh diatas dipercaya dapat meningkatkan tekanan darah menjadi hipertensi.
11. Konsumsi Garam Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara konsumsi garam
dengan  hipertensi.  Garam  merupakan  hal  yang  sangat  penting  pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi
melalui  peningkatan  volume  plasma  cairan  tubuh  dan  tekanan  darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga
kembali  pada  keadaan  hemodinamik  sistem  pendarahan  yang  normal.  Pada hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain yang
berpengaruh.  Asupan  garam  kurang  dari  3  gram  tiap  hari  menyebabkan prevalensi  hipertensi  yang  rendah,  sedangkan  jika  asupan  garam  antara  5-15
gram  perhari  prevalensi  hipertensi  meningkat  menjadi  15-20  .  Pengaruh asupan  terhadap  timbulnya  hipertensi  terjadi  melalui  peningkatan  volume
plasma, curah jantung dan tekanan darah Radecki, 2000. Garam  menyebabkan  penumpukan  cairan  dalam  tubuh,  karena  menarik
cairan  diluar  sel  agar  tidak  keluar,  sehingga  akan  meningkatkan  volume  dan tekanan darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang
ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7- 8  gram  tekanan  darahnya  rata-rata  lebih  tinggi.  Konsumsi  garam  yang
dianjurkan tidak lebih dari 6 gramhari setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 mghari Gunawan, 2001.
12. Kebisingan Paparan  bising  dengan  intensitas  yang  tinggi  dalam  waktu  yang  lama
dapat  menyebabkan  peningkatan  tekanan  darah,  kenaikan  darah  yang
berlangsung lamasecara
periodik menyebabkan
arterial hipertensi
Tambunan, 2005. 13. Status gizi
Kriteria status gizi menurut Asmadi 2008 sebagai berikut : a  Kurus jika IMT :
1   17 : kekurangan berat badan tingkat berat. 2  17
– 18,4 : kekurangan berat badan tingkat rendah. b  Normal jika IMT : 18,5
– 24,9 c  Gemuk jika IMT :
1  25 – 27 : kelebihah berat badan tingkat ringan.
2   27 : kelebihah berat badan tingkat berat. Kaitan  erat  antara  kelebihan  berat  badan  dan  kenaikan  tekanan  darah
telah  dilaporkan  oleh  beberapa  studi.  Berat  badan  dan  Indeks  Masa  Tubuh IMT  berkorelasi  langsung  dengan  tekanan  darah,  terutama  tekanan  darah
sistolik.  Obesitas  bukanlah  penyebab  hipertensi.  Akan  tetapi  prevalensi hipertensi  pada  obesitas  jauh  lebih  besar.  Risiko  relatif  untuk  menderita
hipertensi pada orang - orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang  yang  badannya  normal.  Sedangkan,  pada  penderita  hipertensi
ditemukan sekitar 20 -33 memiliki berat badan lebih overweight Depkes, 2006.
Hal  ini  disebabkan  makin  besar  massa  tubuh,  makin  banyak  darah  yang dibutuhkan  untuk  memasok  oksigen  dan  makanan  ke  jaringan  tubuh.  Ini
berarti  volume  darah  yang  beredar  melalui  pembuluh  darah  menjadi
meningkat  sehingga  memberi  tekanan  lebih  besar  pada  dinding  arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar
insulin  dalam  darah.  Peningkatan  insulin  menyebabkan  tubuh  menahan natrium dan air Muhummadun, 2010.
Penelitian Sigarlaki 2000 yang dilakukan di RSU FK-UKI menyatakan bahwa  ada  hubungan  orang  yang  berat  badan  berlebihan  dengan  kejadian
hipertensi.  Dalam  penelitian  itu  mempunyai  OR  sebesar  3,74  artinya  bahwa orang  yang  obesitas  mempunyai  risiko  untuk  menderita  hipertensi  sebesar
3,74 kali dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas. 14. Kehamilan
Selama  kehamilan  normal,  tekanan  darah  sistolik  sedikit  berubah  tetapi diastolik  menurun  kira
–  kira  10  mmHg  pada  awal  kehamilan  13  –  20 minggu dan meningkat kembali ke tingkat sebelum kehamilan pada trimester
ketiga Suyono, 2001. Perubahan yang terjadi pada jantung, yang khas denyut nadi istirahat meningkat sekitar 10 sampai 15 denyut permenit pada kehamilan
Yeyeh, 2009.
2.4.7 Pengendalian Tekanan Darah
Hal yang penting untuk mengendalikan tekanan darah adalah dengan cara berikut, antar lain :
1.  Diet a.  Diet rendah natrium
Asupan  natrium  yang  berlebih  dapat  mengecilkan  diameter pembuluh darah arteri, menyebabkan jantung harus memompa keras untuk
mendorong  volume  darah  melalui  ruang  yang  makin  sempit,  sehingga tekanan  darah  menjadi  naik  akibatnya  terjadi  hipertensi.  Karena  itu
disarankan  untuk  mengurangi  konsumsi  natriumsodium.  Sumber natriumsodium  yang  utama  adalah  natrium  klorida  garam  dapur,
penyedap  masakan  monosodium  glutamate  MSG,  dan  sodium  karbonat soda  kue,  natrium  benzoat  untuk  mengawetkan  makanan,  natrium
bosulfit  untuk  mengawetkan  daging,  natrium  sitrat  pada  minuman. Konsumsi garam dapur mengandung iodium yang dianjurkan tidak lebih
dari  6  gram  per  hari,  setara  dengan  satu  sendok  teh  Anggraini,  Waren, Situmorang, Asputra,  Siahaan, 2003.
b.  Diet rendah kolesterol Kolesterol  merupakan  lemak  seperti  lilin  dan  berwarna
kekuningan.  Kadar  kolesterol  dalam  darah  dipengaruhi  oleh  asupan makanan dan sebagian besar hasil sistesa hati. Apabila jumlahnya normal,
kolesterol  sebenarnya  bermanfaat  memperlancar  metabolisme  tubuh seperti bahan pembentuk dinding sel, pembentukan hormon, pembungkus
jaringan  saraf,  garam  empedu,  membuat  vitamin  D,  dan  juga  membantu perkembangan  otak  pada  anak-anak.  Namun  bila  kadar  kolesterol  dalam
darah  jumlahnya  berlebihan,  dapat  membahayakan  tubuh  karena  memicu timbulnya  penyakit.  Agar  kolesterol  tidak  memicu  timbulnya  penyakit,
kadarnya  harus  dikendalikan  yaitu  dengan  mengatur  pola  makan. Memperbanyak  konsumsi  makanan  rendah  kolesterol,  serta  membatasi
konsumsi  lemak.  Caranya  yaitu  dengan  meningkatkan  asupan  makanan
nabati  dan  mengganti  lemak  berbahaya  dengan  lemak  sehat  Sutomo, 2008.
2.  Aktivitas fisik cukup dan berolahraga secara teratur Aktivitas  fisik  juga  sangat  berperan  dalam  menurunkan  tekanan  darah.
Aktivitas  fisik  olahraga  dapat  memperbaiki  profil  lemak  darah,  yaitu menurunkan  kadar  total  kolesterol,  LDL  dan  trigliserida.  Bahkan  yang  lebih
penting, olahraga dapat memperbaiki HDL. Takaran olahraga yang tepat dapat menurunkan  hipertensi,  obesitas,  serta  diabetes  mellitus.  Hasil  penelitian
dengan  olahraga  saja  sama  efektifnya  dengan  kombinasi  antara  olahraga  dan obat
.
Menurut  penelitian,  olahraga  secara  teratur  dapat  mengurangi  atau menghilangkan  endapan  kolesterol  pada  pembuluh  darah.  Olahraga  yang
dimaksud  adalah  latihan  aerobik  menggerakkan  semua  nadi  dan  otot  tubuh seperti  gerak  jalanjalan  kaki,  senam,  jogging,  berenang,  naik  sepeda.  Tidak
dianjurkan melakukan olahraga yang menegangkan  Soeharto, 2004
.
3.  Istirahat tidur Istirahat  yang  dilakukan  seharusnya  tidak  berlebihan  dan  kekurangan.
Istirahat akan membuat tubuh kembali segar. Istirahat siang  yang paling baik dilakukan  adalah  selama  2  jam.  Istirahat  yang  dilakukan  secara  berlebihan
tidak  baik  untuk  kesehatan  tubuh.  Seseorang  yang  tidur  kurang  dari  5  jam setiap  malamnya  memiliki  resiko  lebih  tinggi  39  terkena  penyakit  jantung
dibandingkan  dengan  yang  tidur  8  jam.  Seseorang  yang  tidur  kurang  dari  6 jam memiliki resiko lebih tinggi 18 terkena sumbatan arteri dan orang yang
tidur  9  jam  atau  lebih  diperkirakan  memiliki  resiko  lebih  tinggi  37  terkena penyakit jantung Novita, 2008.
4.  Manajemen stres Hubungan  antara  stres  dengan  hipertensi  diduga  melalui  aktivitas  saraf
simpatis,  yang dapat  meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Stres  atau ketegangan jiwa rasa tertekan, murung, bingung, cemas, berdebar-debar, rasa
marah,  dendam,  rasa  takut,  rasa  bersalah  dapat  merangsang  kelenjar  anak ginjal  melepaskan  hormon  adrenalin  dan  memacu  jantung  berdenyut  lebih
cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Penderita  hipertensi  yang  mendapatkan  penatalakasanaan  hipertensi
ataupun  tidak  cenderung  memiliki  tekanan  darah  yang  tinggi  meski  ada kalanya  tekanan  darah  mereka  berada  dalam  batas  normal.  Kondisi  ini  akan
diperburuk  dengan  adanya  peningkatan  tekanan  darah  akibat  stres,  maka tekanan  darah  akan  menjadi  semakin  tinggi.  Apabila  kondisi  ini  berlangsung
terus  menerus  dalam  kurun  waktu  yang  lama  tanpa  ada  penangganan  yang tepat  maka  tekanan  darah  yang  tinggi  tersebut  akan  sulit  dikontrol.  Tekanan
darah  pada  penderita  hipertensi  yang  tidak  terkontrol  inilah,  yang  menjadi penyebab utama terjadinya stroke Mahendra, 2004.
5.  Pembatasan konsumsi rokok dan tidak mengkonsumsi alkohol Kebiasaan  merokok  juga  harus  dikurangi  bahkan  dihindari,  karena
keadaan jantung dan paru-paru mereka yang merokok tidak akan dapat bekerja secara  efisien.  Asap  rokok  mengandung  nikotin  yang  memacu  pengeluaran
zat-zat seperti adrenalin yang dapat merangsang denyutan jantung dan tekanan
darah. Untuk konsumsi rokok pecandu, mengurangi secara bertahap mulai dari 5 batang rokok sampai memberhentikan total. Perokok pasif atau orang yang
tidak merokok tetapi berada di dekat orang yang merokok pun terkena dampak negative dari asap rokok yang lebih bahaya dari perokon itu sendiri.
Konsumsi  alkohol  yang  berlebihan  dapat  menyebabkan  kematian kardiovaskular.  Tujuh  penelitian  kematian  pecandu  alkohol  menunjukkan
bahwa  konsumsi  alkohol  dalam  jumlah  besar  diikuti  dengan  peningkatan kematian  penyakit  jantung  koroner.  Penelitian  pada  lebih  dari  700  pria  yang
diotopsi  dengan  usia  30-69  tahun,  terdapat  aterosklerosis  koroner  yang  luas diantara  sampel  yang  mengkonsumsi  alkohol  dalam  16  hari  atau  lebih  setiap
bulannya  daripada  peminum  sedang  atau  bukan  peminum.  Sutomo,  2008. Jika  pada  penderita  hipertensi  yang  mempunyai  riwayat  candu  alkohol
sebaiknya  mengurangi  minuman  alkohol  pada  batas  maksimal  1  gelas  pada kadar  15  alcohol  sampai  memberhentikannya  mengkonsumsi  Cahyono,
2008.
2.5 Hubungan Paparan Kebisingan Dengan Tekanan Darah
Pengaruh  kebisingan  terhadap  tekanan  darah  terlihat  jelas  dari  respon- respon  fisiologis  yang  nampak  terhadap  pekerja.  Kebisingan  tidak  hanya  dapat
menyebabkan  gangguan  pendengaran  tetapi  juga  dapat  menimbulkan  gangguan terhadap  mental  emosional  serta  sistem  jantung  dan  peredaran  darah.  Gangguan
mental emosional yaitu berupa tergangguanya ken  yamanan kerja,
mudah tersinggung,  mudah  marah.  Melalui  mekanisme  hormonal  yaitu  dihasilkan
hormon  adrenalin,  sehingga  dapat  meningkatkan  frekuensi  detak  jantung  dan
peningkatan  tekanan  darah.  Hal  tersebut  termasuk  gangguan  kardiovaskuler Hartanto, 2011.
2.6 Kerangka Konsep
2.7 Hipotesis Penelitian
Ho  :    Tidak  ada  hubungan  paparan  kebisingan  dan  karakteristik  operator  SPBU terhadap tekanan darah di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015
Ha :  Ada hubungan paparan kebisingan dan karakteristik operator SPBU terhadap tekanan darah di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015.
-
Paparan Kebisingan Lalu
Lintas
Karakteristik Operator SPBU
- Usia
- Jenis Kelamin
-
Lama Paparan Kebisingan per hari
- Masa Kerja
- Kebiasaan Minum
Kopi
-
Kebiasaan Merokok Tekanan Darah
60
BAB III METODE PENELITIAN
3. 1  Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat analitik dengan desain cross secsional,  yang  bertujuan  untuk  menjelaskan  karakteristik  responden  usia,  jenis
kelamin,  lama  paparan  kebisingan  per  hari,  masa  kerja,  kebiasaan  minum  kopi, kebiasaan  merokok  dan  paparan  kebisingan  terhadap  tekanan  darah  dengan
populasi operator SPBU di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015.
3. 2  Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di 9 SPBU Kecamatan Medan Sunggal yaitu: 1.  SPBU 11.201104 COCO
: Jl. Gatot Subroto Km. 5,2 2.  SPBU 14.201125 DODO
: Jl. Gatot Subroto Km. 5,5 3.  SPBU 14.201105 DODO
: Jl. Pinang Baris 4.  SPBU 14.2011150 DODO
: Jl. Kasuari Kelurahan Sei Kambing B 5.  SPBU 14.2011147 DODO
: Jl. Sunggal Sei Kambing 6.  SPBU 14.2011108 DODO
: Jl. Sei Batanghari Kelurahan Babura 7.  SPBU 14.201131 DODO
: Jl. Sei Serayu Tj. Rejo Sunggal 8.  SPBU 14.201138 DODO
: Jl. Gagak Hitam Ringroad 9.  SPBU 14.2011129 DODO
: Jl. Arteri Ringroad
Keterangan : COCO  Coperation  Operation  Company  Owner  :  SPBU  yang  dimiliki  dan  dikelola  oleh
Pertamina. PT. Pertamina Retail sebagai anak  perusahaan.