mendapat  makanan  dari  pembuluh  darah  nadi  korona  kiri  dan  kanan,  bila pembuluh darah korona tersumbat terjadilah PJK Afian,2010. Penelitian serupa
dilakukan  Nasution  2013  bahwa  tidak  terdapat  hubungan  antara  kebiasaan minumm kopi pengemudi becak dengan tekanan darah di Kota Padangsidimpuan.
5.3.6 Hubungan Kebiasaan Merokok Terhadap Tekanan Darah
Tidak  terdapat  hubungan  antara  kebiasaan  merokok  terhadap  tekanan darah sistolik dengan nilai p 0,811
α 0,05 dan tidak terdapat hubungan antara kebiasaan  merokok  terhadap  tekanan  darah  diastolik  dengan  nilai  p  0,509
α 0,05.
Rokok  juga  dapat  dihubungkan  dengan  hipertensi.  Selain  dari  lamanya, risiko  merokok  terbesar  tergantung  pada  jumlah  rokok  yang  dihisap  perhari.
Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi dari  pada  mereka  yang  tidak  merokok  Sylvia,  1995.  Penelitian  Singgih  1995
juga  menyebutkan  bahwa  nikotin  dalam  rokok  dapat  mengakibatkan  jantung berdenyut  lebih  cepat  dan  penyempitan  saluran-saluran  nadi  sehingga
menyebabkan  jantung  terpaksa  memompa  dengan  lebih  kuat  untuk  memenuhi kebutuhan darah ke seluruh tubuh.
Nikotin  dalam  tembakau  merupakan  penyebab  meningkatnya  tekanan darah segara setelah isapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok,
nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil didalam paru-paru dan diedarkan  ke  aliran  darah.  Hanya  dalam  beberapa  detik  nikotin  sudah  mencapai
otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk  melepas  epinefrin  adrenalin.  Hormon  yang  kuat  ini  akan  menyempitkan
pembuluh  darah  dan  memaksa  jantung  untuk  bekerja  lebih  berat  karena  tekanan yang  lebih  tinggi.  Setelah  merokok  dua  batang  saja  maka  baik  tekanan  sistolik
maupun  diastolik  akan  meningkat  10  mmHg.  Tekanan  darah  akan  tetap  pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti mengisap rokok. Sementara efek
nikotin  perlahan-lahan  menghilang,  tekanan  darah  juga  akan  menurun  dengan perlahan. Namun pada perokok berat tekanan darah akan berada pada level tinggi
sepanjang hari Sheldon, 2005.
5.4 Hubungan Paparan Kebisingan Terhadap Tekanan Darah
Tidak  terdapat  hubungan  antara  paparan  kebisingan  terhadap  tekanan darah sistolik dengan nilai p 0,078
α 0,05. Dan tidak terdapat korelasi antara paparan  kebisingan  terhadap  tekanan  darah  diastolik  dengan  nilai  p  0,350
α 0,05.
Setiap tenaga kerja memiliki kepekaan sendiri-sendiri terhadap kebisingan, terutama nada yang tinggi, karena dimungkinkan adanya reaksi psikologis seperti
stress,  kelelahan  kerja,  hilang  efisiensi  dan  ketidaktenangan.  Orang  yang melakukan  pekerjaan  disertai  dengan  adanya  gangguan  dapat  menjadi  pekerja
merasa tidak nyaman dalam melakukan pekerjaannya. Tingkat  kebisingan  mencapai  60  dB  dapat  meningkatkan  kadar  hormon
stres,    seperti  epinerin,  non-epinerin  dan  kortisol  tubuh  yang  mengakibatkan terjadinya  perubahan  irama  jantung  dan  tekanan  darah.  Bising  yang  terus
– menerus  diterima  seseorang  akan  menimbulkan  gangguan  proses  fisiologis
jaringan  otot  dalam  tubuh  dan  memicu  emosi  yang  tidak  stabil.  Ketidakstabilan emosi tersebut dapat memacu jantung untuk bekerja lebih keras memompa darah