Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tekanan Darah
2,29 untuk kenaikan tekanan darah sistolik dan 3,76 untuk kenaikan tekanan darah diastolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat
meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita. Namun, setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita tinggi. Bahkan
setelah umur 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal Depkes,
2006. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon
estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein HDL. Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam
mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause.
Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses
ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada
wanita umur 45-55 tahun Dwi, 2009. 3. Masa Kerja
Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja pada suatu organisasi, lembaga dan sebagainya. Masa kerja seseorang perlu diketahui
karena masa kerja merupakan salah satu indikator tentang kecenderungan para pekerja dalam melaksanakan aktivitas kerjanya.
Masa Kerja dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu :
1. masa kerja baru 2 tahun 2. masa kerja lama 2 tahun
Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkunga
n kerja tersebut Suma’mur, 2009.
4. Ras Kajian populasi selalu menunjukkan bahwa aras tekanan darah pada
masyarakat kulit hitam lebih tinggi ketimbang aras pada golongan suku lain. Suku bangsa mungkin berpengaruh pada hubungan antara umur dan tekanan
darah, seperti yang ditujukkan oleh kecenderungan tekanan darah yang meninggi bersamaan dengan bertambahnya umur secara progresif pada orang
Amerika berkulit hitam keturunan Afrika ketimbang pada orang Amerika berkulit putih. Perbedaan tekanan darah rata-rata antara kedua golongan
tersebut beragam, mulai dari yang agak lebih rendah dari 5 mmHg 0,67 kPa pada usia 20-an sampai hampir 20 mmHg 2,67 kPa pada usia 60-an. Orang
Amerika hitam keturunan Afrika telah menunjukkan pula mempunyai tekanan darah yang lebih tinggi daripada orang Afrika hitam. Hal ini memberi kesan
bahwa ada penambahan pengaruh lingkungan pada kecenderungan kesukuan Peran kesukuan yang bebas dari faktor lingkungan perlu dijelaskan pada
golongan suku Lin di Negara yang mempunyai keanekaragaman suku WHO, 2001.
5. Faktor Sosial Ekonomi Di negara-negara yang berada pada tahap pasca-peralihan perubahan
ekonomi dan epidemiologi, selalu dapat ditunjukkan bahwa aras tekanan darah dan prevalensi hipertensi yang lebih tinggi terdapat pada golongan
sosioekonomi rendah. Hubungan yang terbalik itu ternyata berkaitan dengan tingkat pendidikan, penghasilan, dan pekerjaan. Akan tetapi, dalam
masyarakat yang berada dalam masa peralihan atau pra-peralihan, aras tinggi tekanan darah dan prevalensi-hipertensi yang lebih tinggi ternyata terdapat
pada golongan
sosioekonomi yang
lebih tinggi.
Ini barangkali
menggambarkan tahap awal epidemik penyakit kardiovaskular WHO, 2001. 6. Faktor Genetik
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi faktor keturunan juga mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi primer
esensial. Faktor genetik juga dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain, yang kemudian menyebabkan seseorang menderita hipertensi. Faktor genetik juga
berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel. Bila kedua orang tua menderita hipertensi maka sekitar 45 turun ke anak -
anaknya dan bila salah satu orang tua yang menderita hipertensi maka sekitar 30 turun ke anak-anaknya Depkes, 2006.
7. Kebiasaan Merokok Nikotin menyebabkan kenaikan tekanan arteri dan denyut jantung oleh
beberapa mekanisme: Kaplan dan Norman, 1996 :
a. Nikotin meransang pelepasan epinetrinlokal dari saraf adregenik dan meningkatkan sekresi katekolamin dari modula adrenalis dan dari jaringan
kromafin di jantung. b. Nikotin bekerja pada kemoreseptor di glomus caroticus dan glomera aotica
yang menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan arteri. c. Nikotin bekerja langsung pada miokardium untuk menginduksi efek
inotropik dan kronotopik positif. Nikotin dalam merokok dapat mengakibatkan jantung berdenyut lebih
cepatdan penyempitan pembuluh saluran – saluran nadi sehingga menyababkan
jantung terpaksa memompa dengan lebih kuat untuk memenuhi kebutuhan darah ke seluruh tubuh Singgih, 1995.
8. Kebiasaan Minum Kopi Minum kopi yang mengandung kafein disebut dapat menghasilkan
perubahan dalam hemodinamik diantaranya dapat meningkatkan tekanan darah Lane, 1993. Dalam tubuh manusia senyawa kafein dapat memacu
hormon adrenalin, yang berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah dan detak jantung, sekresi asam lambung, senyawa gula pada aliran darah dan otot
dalam kondisi siap beraktivitas. Sebahagian orang, minum kopi dapat menimbulkan jantung berdebar-
debar, denyutnya bisa melebihi 80 kali per menit. Hal itu disebabkan efek stimulan kopi. Mengkonsumsi kopi secara berlebihan dapat meningkatkan
tekanan darah, yang berpotensi mempercepat terjadinya penyakit jantung koroner PJK. Otot jantung mendapat makanan dari pembuluh darah nadi
korona kiri dan kanan, bila pembuluh darah korona tersumbat terjadilah PJK Afian, 2010.
9. Konsumsi Alkohol Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan.
Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun, diduga peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah
merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikkan tekanan darah. Di negara barat seperti Amerika, komsumsi alkohol yang berlebihan berpengaruh
terhadap terjadinya hipertensi. Sekitar 10 hipertensi di Amerika disebabkan oleh asupan alkohol yang berlebihan di kalangan pria separuh baya.
Akibatnya, kebiasaan meminum alkohol ini menyebabkan hipertensi sekunder di usia ini Depkes, 2006.
Penelitian Riyadina 2002 yang dilakukan terhadap operator pompa bensin SPBU di Jakarta menyatakan bahwa risiko untuk terjadinya
hipertensi pada peminum alkohol sebesar 2,208 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang bukan peminum alkohol. Artinya risiko hipertensi akan 2
kali lebih besar pada peminum alkohol dibandingkan yang bukan peminum alkohol.
10. Stres Stres menurut Greenberg 2002 adalah interaksi antara seseorang dengan
lingkungan termasuk penilaian seseorang terhadap tekanan dari suatu kejadian dan kemampuan yang dimiliki untuk menghadapi tekanan tersebut, keadaan
ini diikuti respon secara psikologis, fisiologis, dan perilaku. Respon secara
psikologis antara lain berupa emosi, kecemasan, depresi, dan perasaan stres. Sedangkan respon secara fisiologis dapat berupa rangsangan fisik meningkat,
perut mulas, badan berkeringat, jantung berdebar-debar. Respon secara perilaku antara lain mudah marah, mudah lupa, susah berkonsentrasi
.
Stres atau ketegangan jiwa rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan
hormone adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Peningkatan darah akan lebih besar
pada individu yang mempunyai kecenderungan stres emosional yang tinggi. Jika stres berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian
sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag. Diperkirakan, prevalensi
atau kejadian hipertensi pada orang kulit hitam di Amerika Serikat lebih tinggi dibandingkan dengan orang kulit putih disebabkan stres atau rasa tidak puas
orang kulit hitam pada nasib mereka Depkes, 2006. Penelitian Framingham dalam Nasution 2013 bahwa bagi wanita
berusia 45-64 tahun, sejumlah faktor psikososial seperti keadaan tegangan, ketidakcocokan perkawinan, tekanan ekonomi, stres harian, mobilitas
pekerjaan dan kemarahan terpendam didapatkan bahwa hal tersebut berhubungan dengan peningkatan tekanan darah dan manifestasi klinik
penyakit kardiovaskuler apapun. Hal yang mempengaruhi fungsi tubuh diatas dipercaya dapat meningkatkan tekanan darah menjadi hipertensi.
11. Konsumsi Garam Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara konsumsi garam
dengan hipertensi. Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi
melalui peningkatan volume plasma cairan tubuh dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga
kembali pada keadaan hemodinamik sistem pendarahan yang normal. Pada hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain yang
berpengaruh. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan jika asupan garam antara 5-15
gram perhari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20 . Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume
plasma, curah jantung dan tekanan darah Radecki, 2000. Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik
cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang
ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7- 8 gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi. Konsumsi garam yang
dianjurkan tidak lebih dari 6 gramhari setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 mghari Gunawan, 2001.
12. Kebisingan Paparan bising dengan intensitas yang tinggi dalam waktu yang lama
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, kenaikan darah yang
berlangsung lamasecara
periodik menyebabkan
arterial hipertensi
Tambunan, 2005. 13. Status gizi
Kriteria status gizi menurut Asmadi 2008 sebagai berikut : a Kurus jika IMT :
1 17 : kekurangan berat badan tingkat berat. 2 17
– 18,4 : kekurangan berat badan tingkat rendah. b Normal jika IMT : 18,5
– 24,9 c Gemuk jika IMT :
1 25 – 27 : kelebihah berat badan tingkat ringan.
2 27 : kelebihah berat badan tingkat berat. Kaitan erat antara kelebihan berat badan dan kenaikan tekanan darah
telah dilaporkan oleh beberapa studi. Berat badan dan Indeks Masa Tubuh IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah
sistolik. Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita
hipertensi pada orang - orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang badannya normal. Sedangkan, pada penderita hipertensi
ditemukan sekitar 20 -33 memiliki berat badan lebih overweight Depkes, 2006.
Hal ini disebabkan makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini
berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi
meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar
insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air Muhummadun, 2010.
Penelitian Sigarlaki 2000 yang dilakukan di RSU FK-UKI menyatakan bahwa ada hubungan orang yang berat badan berlebihan dengan kejadian
hipertensi. Dalam penelitian itu mempunyai OR sebesar 3,74 artinya bahwa orang yang obesitas mempunyai risiko untuk menderita hipertensi sebesar
3,74 kali dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas. 14. Kehamilan
Selama kehamilan normal, tekanan darah sistolik sedikit berubah tetapi diastolik menurun kira
– kira 10 mmHg pada awal kehamilan 13 – 20 minggu dan meningkat kembali ke tingkat sebelum kehamilan pada trimester
ketiga Suyono, 2001. Perubahan yang terjadi pada jantung, yang khas denyut nadi istirahat meningkat sekitar 10 sampai 15 denyut permenit pada kehamilan
Yeyeh, 2009.