E. Analisis Framing
Orang yang pertama kali melontarkan gagasan mengenai framing adalah Beterson pada tahun 1955.
67
Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan
wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasikan realitas. Berikut beberapa definisi mengenai framing yang dikemukakan para ahli:
68
Tabel 2.1 Definisi Framing Menurut Para Ahli
TOKOH DEFINISI
Robert N. Entman Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga
bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan
penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih
besar daripada sisi yang lain. William A. Gamson Cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir
sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan
objek suatu wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan package. Kemasan itu
67
Alex Sobur, Analisis Teks Media , h. 161.
68
Eriyanto, Analisis Framing, h. 67-68
semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna
pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima.
Todd Gitlin Strategi bagaimana realitasdunia dibentuk dan
disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa
ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol
dan menarik
perhatian khalayak
pembaca.itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan, penekanan, dan presentasi aspek tertentu dari realitas.
David E. Snow and Robert Benfort
Pemberian makna untuk menafsirkan peristiwa dan kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan
sistem kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu, anak kalimat, citra tertentu, sumber
informasi, dan kalimat tertentu. Amy Binder
Skema interpretasi yang digunakan oleh individu untuk menempatkan, menafsirkan, mengidentifikasi,
dan melabeli peristiwa secara langsung atau tidak langsung. Frame mengorganisir peristiwa yang
kompleks ke dalam bentuk dan pola yang mudah dipahami dan membantu individu untuk mengerti
makna peristiwa.
Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki
Strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi,
menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita.
Dari definisi-definisi tersebut, definisi framing mengacu pada suatu cara untuk menyajikan realitas, dimana realitas yang ada dikemas sedemikian rupa dengan
menggunakan symbol-simbol yang terpilih, diseleksi, diitekankan, dan ditonjolkan sehingga peristiwa tertentu dapat lebih mudah dipahami berdasarkan perspektif
tertentu yang dimaksudkan dalam proses framing tersebut. Jadi, realitas yang disampaikan bukanlah realitas yang utuh.
Analisis Framing menanyakan mengapa peristiwa X diberitakan? Mengapa peristiwa lain tidak diberitakan? Mengapa suatu tempat dan pihak yang terlibat
berbeda meskipun peristiwanya sama? Mengapa realitas didefinisikan dengan cara tertentu? Mengapa sisi atau angle tertentu ditonjolkan sedangkan yang lain tidak?
Mengapa menampilkan sumber berita X dan mengapa bukan sumber berita yang lain yang diwawancarai?
69
Pertanyaan-pertanyaan tersebut mendasari bagaimana media massa membentuk dan mengkonstruksi realitas, yang membuat khalayak lebih mudah
mengingat aspek-aspek tertentu yang ditekankan dan ditonjolkan oleh media massa
69
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi Jakarta : Kencana Prenada Media Group : 2006, h. 252.
Agus Sudibyo 2001 mengatakan bahwa media massa dilihat sebagai media diskusi antara pihak-pihak dengan ideologi dan kepentingan yang berbeda-beda.
Mereka berusaha untuk menonjolkan kerangka pemikiran, perspektif, konsep, dan klaim interpretatif masing-masing dalam rangka memaknai objek wacana.
Keterlibatan mereka dalam suatu diskusi sangat dipengaruhi oleh status, wawasan, dan pengalaman sosial masing-masing
70
. Proses framing juga terkadang dibenturkan dengan alasan-alasan teknis
seperti keterbatasan-keterbatasan kolom dan halaman pada media cetak dan waktu pada media elektronik jarang ada media yang membuat berita secara utuh mulai dari
menit pertama kejadian hingga menit akhir. Atas nama kaidah jurnalistik, peristiwa yang panjang, lebar, dan rumit, dicoba “disederhanakan”cmelalui mekanisme
pembingkaian framing fakta-fakta dalam bentuk berita sehingga layak terbit atau layak tayang.
71
Aspek-aspek yang dipilih dalam pendekatan analisis framing adalah: pertama, memilih fakta atau realitas ; kedua, menuliskan fakta atau realitas.
72
Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Memilih fakta atau realitas
Fakta dipilih berdasarkan asumsi dari wartawan. Dalam hal ini wartawan memilih realitas mana yang akan diberitakan mana yang akan dibuang.
70
Agus Sudibyo, Politik Media, h.63.
71
Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik, h.21.
72
Eriyanto, Analisis Framing, h.69.
Setelah itu wartawan memilih angle dan fakta tertentu untuk menekankan aspek tertentu. Dengan begitu masing-masing media akan berbeda dalam
menonjolkan aspek tertentu dalam pemberitaan tersebut. 2.
Menuliskan fakta atau realitas Tahap penulisan fakta ini berhubungan dengan penonjolan realitas. Fakta
yang sudah dipilih tersebut ditekankan dengan pemakaian perangkat tertentu: kata, kalimat, preposisi, gambar, dan foto yang mendukung fakta
tersebut. penempatan yang mencolok menempatkan di headline depan, atau bagian belakang, pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung
dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap
symbol budaya, generalisasi, simplifikasi. Aspek realitas tertentu yang ingin ditonjolkan tentunya akan mendapatkan alokasi dan perhatian yang
lebih besar dibandingkan dengan aspek lain. Peristiwa yang sama dapat disajikan secara berbeda apabila wartawan
memiliki frame yang berbeda ketika melihat peristiwa tersebut dan merefleksikan pandangnnya dalam berita. Setiap wartawan memiliki gagasan, pengetahuan dan
perspektif yang berebeda dalam melihat suatu peristiwa tertentu. Perbedaan inilah yang menentukan bagaimana suatu peristiwa itu dikonstruksi dalam bingkai yang
ditentukan. Konsep yang dapat digunakan untuk menjawab bagaimana seseorang
memproses informasi atau dalam hal ini proses konstruksi tersebut bisa menggunakan teori skema.
“Teori skema adalah teori dari lapangan psikologi yang menjelaskan menenai bagaimana seseorang menggunakan struktur kognitifnya untuk
memandang dunia: seseorang, lingkungan, dan peristiwa dalam pandangan atau perspektif tertentu. Skema lahir dari proses pengetahuan dan pengalaman
seseorang. Ia lahir juga dari konteks sosial dan lingkungan yag spesifik dari seseorang. Kita menggunakan skema untuk mengorganisir pengetahuan,
memancing pengalaman dan memori masa lalu untuk melihat dunia sekarang dan memprediksikan dunia masa depan. Skeama akan menggiring dan
memandang seseorang dengan meletakkan realitas mana yang relevan dan
mana yang tidak relevan.”
73
Singkatanya, skema merupakan struktur kognitif yang terdiri dari pengetahuan yang terorganisir tentang situasi dan individual yang terabstrakkan dari
pengalaman-pengalaman sebelumnya. Teori ini digunakan untuk memproses informasi baru dan menelusuri kembali data yang telah tersimpan Graber, 1998.
74
Teori skema dipergunakan untuk hal berikut:
Simplifikasi
. Makna realitas sangat bergantung pada bagaimana kita memaknainya: pola pikir yang kita terapkan untuk memaknai sesuatu. Kerangka
pandangan ini dibutuhkan untuk meletakkan setiap kejadian dan fenomena dalam suatu alur cerita yang runut. Tanpa perspektif ini, kita akan melihat situasi di hadapan
kita menjadi ngawur dan tidak bermakna. Kita menggunakan skema untuk membuat dunia yang tampak kompleks dan saling terhubung itu menjadi sederhana, dan
73
Eriyanto, Analisis Framing, h. 89-90.
74
Warner J. Severin dan James Tankard, Teori Komunikasi , h. 94.
karenanya mudah dipahami. Dalam konsepsi ini ita cenderung melihat dunia dalam simplifikasi, penyederhanaan, supaya dapat diamati oelh pikiran kita.
75
Klasifikasi
. Skema dipergunakan tidak hanya untuk membuat dunia tampak beraturan, melainkan juga untuk kalsifikasi. Dengan skema tertentu, dunia ini dibuat
berbeda antara realitas yang satu dengan realitas yang lain, tentu saja diirinngi dengan melekatkan satu cirri tertentu dengan ciri yang lain.
76
Generalisasi . Dengan menggunakan skema tertentu, satu peristiwa atau orang
tertentu dibedakan dengan orang atau peristiwa yang lain, tetapi juga dibuat generalisasinya. Generalisasi berhubungan dengan bagaimana satu orang yang
mempunyai cirri dan sifat yang berdekatan digeneralisasikan dengan melekatkan pada cirri-ciri yang sama. Karena sifat ini, skema seseorang seringkali melahirkan
bias prasangka tertentu.
77
Asosiasi
. Skema memungkinkan seseorang untuk melihat kaitan atau hubungan antara satu peristiwa dengan peristiwa yang lain, antara satu fakta dengan
fakta lain. Dengan skema, dunia yang tampak kompleks kemudian dibuat beraturan dan saling berhubungan. Antara suatu peristiwa dengan peristiwa lain tidaak dilihat
sebagai suatu yang unik, yang saling terpisah. Sebaliknya, ia dipandang sebagai rangkaian yang saling berhubungan dan keterkaitan satu sama lain.
78
75
Eriyanto, Analisis Framing, h.85-86.
76
Ibid, 87
77
Ibid, 88
78
Ibid, 89
Gagasan skema dapat menolong kita untuk memahami bagaimana seseorang memproses banyak berita surat kabar. Tampaknya mereka berusaha untuk
mencocokkan informasi dalam surat kabar dengan beberapa skema yang ada melalui sejumlah strategi penyesuaian berbeda. Apabila penyesuaian dapat diitemukan,
beberapa bagian informasi dapat diberikan dalam bentuk skema yang dimodifikasi. Apabila penyesuaian tidak ditemukan, informasi bisa diabaikan.
79
Eriyanto membagi efek framing menjadi dua, yaitu :
80
1. Mobilisasi Massa
Dalam suatu gerakan sosial, ada strategi bagaimana khalayak mempunyai pandangan yang sama atas suatu isu, yang ditandai dengan menciptakan
masalah bersama, musuh bersama, dan pahlawan bersama. Dengan itulah khalayak bisa digerakkan dan dimobilisasi. Framing merupakan senjata
ampuh untuk menarik dukungan publik, membatasi kesadaran serta persepsi publik atas suatu masalah atau peristiwa. Media hanya
menyediakan perspektif tertentu yang merupakan pilihan mereka, kemudian disajikan kepada khalayak sehingga seakan-akan hanya
perspektif itulah yang dapat digunakan untuk memahami dan mendefinisikan masalah. Media secara tidak sadar dapat mengukuhkan
kesalahan kepada pihak lain.
79
Warner J. Severin dan James Tankard, Teori Komunikasi, h. 95
80
Eriyanto, Analisis Framing, h.142-151.
2. Menggiring khalayak pada ingatan tertentu Individu mengetahui peristiwa sosial dari pemberitaan media. Bagaimana
media membingkai realitas tertentu berpengaruh pada bagaimana individu menafsirkan peristiwa tersebut. Kemudian, secara aktif khalayak akan
membentuk pemahaman mereka atas suatu realitas. Ada suatu istilah yang disebut W.Lance Bennet dan Regina G.Lawrence sebagai ikon berita
News Icon. Ikon dalam suatu berita dapat didefinisikan sebagai symbol dan citra, digambarkan secara sempurna dan dramatis. Hal tersebut
membentuk pola pikir masyarakat terhadap sesuatu yang dramatis dan sempurna dan meninggalkan kenangan yang kuat. Jika suatu ketika
diberitahukan mengenai peristiwa yang serupa, maka ingatan masyarakat kembali digiring pada pola pikir mereka yang terdahulu sama dengan
media.
F. Analisis Framing Model Robert N. Entman