berbagai institusi birokratis yang menjadi sumber berita atau yang menangani peristiwa tersebut. Menurut Fishman 1982 “apa yang diketahui atau dapat diketahui
oleh media tergantung pada kemampuan mengumpulkan informasi dan sumber- sumber informasi” dari agen-agen pencari berita media tersebut.
41
Gatekeeper mengambil keputusan tentang apa yang harus lebih ditonjolkan.
Gatekeeper punya tanggungjawab besar karena membentuk pesan yang sampai
kekita.
42
Tidak ada bahan objektif yang didapatkan oleh reporter. Semua yang ditulis reporter dipengaruhi oleh orientasi, misi, visi, dan kebijakan media yang
bersangkutan, emosi reporter. Dengan kata lain, “warna” setiap media ditentukan oleh kecenderungan personal, konteks sosial, dan budaya yang melingkupi gatekeeper.
Bentuk dari pelaksanaan gatekeeper adalah kebijakan redaksional.
43
Jadi dari pemaparan di atas dapat disimpulkan, pertama, penapisan informasi bersifat subjektif dan personal. Kedua, penapisan informasi membatasi apa yang
ingin diketahui pembaca. Ketiga, penapisan informasi menjadi aktivitas yang tidak bisa dihindari oleh media Hiebert, Ungurait, dan Bohn, 1985.
44
D. Konstruksi Sosial
1. Konstruksi Sosial : Pemikiran Berger dan Luckmann
Analisis framing termasuk ke dalam paradigma kontruksi sosial. Membahas teori konstruksi sosial social construction tentu tidak bisa terlepaskan dari buah
41
McQuail, Teori Komunikasi Massa, h.163.
42
John Vivian, Teori Komunikasi Massa Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008, h.459.
43
Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, h. 122
44
Ibid, h. 123.
pemikiran yang telah dikemukakan oleh Peter L Berger dan Thomas Luckmann. Peter L Berger merupakan sosiolog dari New School for Social Reserach, New York,
sementara Thomas Luckman adalah sosiolog dari University of Frankfurt. Pemikiran Berger dan Luckmann ini, mereka tulis dalam bukunya yang berjudul
“The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociology of Knowledge”. Kajian pokok Berger dan Luckman adalah manusia dan masyarakat. Kajian ini
menjelaskan tentang pemikiran manusia mengenai proses sosial. Berger menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksi manusia, di mana
individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif.
45
Manusia adalah makhluk yang memiliki kesadaran yang terlampau bebas dalam memberi pemaknaan kepada kenyataan yang dihadapinya.
Manusia secara aktif dan kreatif mengembangkan dirinya melalui respon-respon terhadap stimulus dalam dunia kognitifnya. Manusia memaknai dirinya dan objek di
sekelilingnya berdasarkan sifat-sifat atau sensasi yang dialaminya saat berhubungan dengan objek tersebut. Pemaknaan tersebut timbul dari tindakan yang terpola dan
berulang-ulang yang kemudian mengalami objektifasi dalam kesadaran mereka yang mempersepsikannya.
Lebih jelasnya, Berger mengungkapkan proses sosial dalam kehidupan manusia berlangsung melalui tiga proses. Pertama, eksternalisasi penyesuaian diri
dengan dunia sosiokultural sebagai produk manusia.
46
Manusia tidak dapat kita
45
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa : Kekuatan Pengaruh Media massa, Iklan televisi, dan Keputusan Konsumen Serta Kritik Terhadap Peter L Berger Thomas Luckman
Jakarta : Kencana Prenada Media Group : 2008, h. 13.
46
Ibid, h.15
mengerti sebagai ketertutupan yang lepas dari dunia luarnya.
47
Dalam proses eksternalisasi, manusia melakukan tindakan yang berulang-ulang secara konsisten
karena tindakan tersebut dirasa tepat menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Kedua,
objektivikasi, yaitu interaksi sosial yang terjadi dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami prioses institusionalisasi.
48
Tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang dan konsisten itulah pada akhirnya menimbulkan kesadaran logis yang merumuskan bahwa fakta tersebut terjadi karena
kaidah yang mengaturnya. Realitas objektif yang dihasilkan bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatu aktivitas yang berada diluar dan
berlainan dari manusia yang menghasilkannya.
49
Dalam tahap objektivikasi ini, yang terpenting adalah melakukan signifikansi, memberikan tanda bahasa dalam
simbolisasi terhadap benda yang disignifikansi, melakukan tipifikasi terhadap kegiatan seseorang yang kemudian menjadi objektivikasi linguistik yaitu pemberian
tanda verbal maupun simbolisasi yang kompleks.
50
Ketiga , internalisasi, yaitu proses dimana individu mengidentifikasikan
dirinya dengan lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial tempat individu menjadi anggotanya.
51
Internalisasi dalam arti umum merupakan dasar bagi pemahaman mengenai „sesama saya‟, yaitu pemahaman individu dan orang lain; dan
bagi pemahaman mengenai dunia sebagai sesuatau yang maknawi dari kenyataan
47
Eriyanto, Analisis Framing, h.14.
48
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa , h.15
49
Eriyanto, Analisis Framing Yogyakarta: LkiS, 2002 , h.14.
50
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 18.
51
Ibid, h.15
sosial.
52
Proses ini lebih merupakan penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh stuktur
dunia sosial. Berbagai macam unsur dari dunia yang telah terobjektifkan tersebut akan ditangkap sebagai gejala realitas di luar kesadarannya, sekaligus sebagai gejala
internal bagi kesadaran. Melalui proses internalisasi, manusia menjadi hasil dari masyarakat.
53
Internalisasi memiliki fungsi mentransmisikan institusi sebagai realitas yang berdiri sendiri terutama kepada anggota masyarakat baru agar institusi tersebut
tetap dipertahankan dari waktu ke waktu agar status objektifitas sebuah institusi dalam kesadaran mereka tetap kukuh.
54
Dengan demikian menurut Berger dan Luckman realitas itu tidak dibentuk secara alamiah tetapi sebagai sesuatu yang dibentuk dan dikonstruksi. Dalam konteks
media massa, memungkinkan realitas memiliki makna ganda. Setiap orang memiliki konstruksi yang berbeda terhadap suatu realitas.
2. Konstruksi Sosial Media Massa