Media Indonesia Tanggal 24 November 2010

dalam menjalankan tugasnya jangan menjadikan dirinya alat kekuasaan politik pihak tertentu. Media Indonesia lagi-lagi mencantumkan isu bertemunya Gayus dengan tokoh politik di beritanya. Bahkan Media Indonesia melakukan penelusuran ke Bandara Halim Perdana Kusuma dan memperoleh data bahwa pada tanggal 4 November ada seorang tokoh politik yang menyewa pesawat, mengingat pengakuan Adnan Buyung Nasution, pengacara Gayus, Gayus pergi ke Bali dari Bandara Halim Perdana Kusuma. Penelusuran Media Indonesia sayangnya tidak didukung dengan data kongkret, misalnya kutipan wawancara dengan pihak bandara ataupun dokumen terkait tokoh politik yang menyewa pesawat. Media Indonesia terlihat menggiring logika pembaca bahwa mugkin benar Abu Rizal Bakrie adalah tokoh politik yang dimaksud. Selain itu, isu lain yang ditonjolkan Media Indonesia adalah Gayus yang berada di bawah kendali satgas. Media Indonesia melihat Satgas merupakan alat politik kekuatan tertentu. Media Indonesia yang mengambil angle satgas mengendalikan Gayus, memilih Ketua BP Setara, Adnan Buyung Nasution, dan peneliti ICW untuk memperkuat penonjolaan kendali Satgas .

3.4. Media Indonesia Tanggal 24 November 2010

Judul : SBY Tolak Bawa Gayus ke KPK Penempatan : halaman 1 pojok kiri Presiden SBY seperti yang diungkapkan Juru Bicara Kepresidenan, Julian Aldrin Pasha, tetap memercayakan penuntasan kasus Gayus kepada Polri meski muncul desakan berbagai pihak agar penanganan kasus tersebut dialihkan ke KPK. Kepercayaan tersebut dilakukan karena sistem sudah bekerja. Karena itu sebaiknya semua menunggu bagaimana hasil pemeriksaan kepolisian. Meski kepercayaan masyarakat kepada kepolisian menurun akibat kasus keluarnya Gayus dari rutan Mako Brimob kelapa Dua, menurut Julian hanya ulah sebagian oknum saja. KPK maupun Polri sama-sama menyatakan penuntasan kasus Gayus tetap ditangan Polri. KPK dan Polri akan tetap bekerjasama untuk menuntaskan kasus ini. Desakan menyerahkan kasus Gayus ke KPK diungkapkan beberapa pihak antara lain oleh Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, Ketua Umum PP Muhamadiyah Din Syamsuddin dan ICW. Menurut Mahfud, dari sekian banyak kasus Gayus, polisi hanya baru menyelesaikan dua kasus saja. Menurutnya KPK bisa menangani kasus Gayus lainnya dan kasus yang lebih besar. Din Syamsuddin pun menyarankan presiden harus turun langsung dengan memimpin ledakan dahsyat big bang dalam pemberantasan korupsi yang sudah akut. Tabel 4.14 Perangkat Framing Entman Problem Identification Banyaknya Desakan agar kasus Gayus diserahkan ke KPK Causal Interpretation Ketua Mahkamah Konstitusi, ketua Umum PP Muhammadiah, ICW, mendukung KPK mengambil alih kasus Gayus Moral Evaluation Kepolisian baru bisa menangani dua kasus Gayus Treatment Recommendation Kasus Gayus diserahkan ke KPK, presiden turun langsung. Problem Identification. Media Indonesia mengidentifikasikan banyaknya desakan dari berbagai pihak untuk menyerahkan kasus Gayus ke kepolisian. Namun Presiden SBY tetap memercayai kasus Gayus ditangani kepolisian karena baginya sistem sudah berjalan dan kepolisan adalah institusi yang kredibel. Padahal bukti adanya praktek mafia hukum di kepolisian dan adanya penyuapan oleh Gayus kepada pejabat rutan jelas membuat nama kepolisian tercoreng. Namun, presiden melalui juru bicaranya tetap bersikukuh mempercayai kepolisian karena itu hanyalah ulah oknum. Causal Interpretation. Banyak desakan dari berbagai pihak agar kasus Gayus diserahkan ke KPK. Pihak- pihak tersebut antara lain Ketua mahkamah Konstitusi Mahfud MD, Ketua umum PP Muhamadiyah Din Syamsuddin, dan ICW. Moral Evaluation. Banyak pihak yang menilai kepolisian tidak sanggup menyelesaikan kasus Gayus hingga tuntas, apalagi tindakan beberapa oknum polisi yang terlibat dalam praktek mafia hukum dan penyuapan mencoreng tubuh kepolisian. Banyak pihak mendukung agar kasus itu diserahkan ke KPK karena KPK bisa menangani kasus gayus lainnya yang belum disentuh kepolisian. Apalagi hingga saat ini kepolisian baru bisa menangani sebagian kasus Gayus, padahal, dari kasus itu bisa terbongkar praktek mafia hukum yang lebih luas. “Kasus gayus itu banyak. Sekarang baru dua yang ditangani polisi. KPK bisa menangani kasus Gayus lainn ya dan itu kasus yang lebih besar,” kata Mahfud MD di Gedung MK, Jakarta.” Treatment Recommendation. Media Indonesia menilai sudah saatnya kasus Gayus diserahkan ke KPK, mengingat KPK adalah institusi yang terbuka dan independen. Kinerja kepolisianpun masih terlihat lambat. Apalagi dalam kasus Gayus juga membongkar adanya praktek mafia hukum di tubuh kepolisian dan adanya suap yang diterima oknum polisi, membuat masyarakat bertanya akankah kepolisian menyelesaikan kasus Gayus ini secara adil, terbuka dan objektif. Selain itu dalam kasus Gayus ini presiden harusnya ikut turun langsung karena kasus ini sudah mencoreng wajah penegakkan hukum di Indonesia. presiden memang tidak boleh campur tangan soal kasus, tetapi penegakkan hukum yang harus bersih dari tangan mafia hukum memmbutuhkan instruksi dari seorang pemimpin. karena itu pula, din Syamsuddin menyarankan Presiden turun langsung dengan memimpin ledakkan dahsyat big bang dalam pemberantasan korupsi yang sudah akut.” Judul yang diambil Media Indonesia “SBY Tolak Bawa Gayus ke KPK” menunjukkan bahwa SBY tidak mengikuti anjuran dari pihak lain. Media Indonesia mengambil angle bahwa presiden menolak anjuran dari pihak lain untuk menyerahkan kasus Gayus ke KPK. Media Indonesia menunjukkan dalam beritanya bahwa kinerja KPK lebih baik dari pada Kepolisian. Media Indonesia menonjolkan pernyataan banyaknya dukungan dari berbagai pihak, seperti Mahfud MD, Din Syamsuddin, dan ICW untuk menyerahkan kasus ini ke KPK. Media Indonesia memposisikan dirinya sebagai media pengkritisi pemerintahan SBY, Media Indonesia menilai SBY justru harus bertindak tegas meminta pertanggungjawaban kapolri karena menurut undang-undang. Kapolri berada di bawah Presiden. Presiden harus menggintervensi kasus Gayus karena kasus tersebut telah mencoreng wibawa kepolisian, instansi penegak hukum yang posisinya di bawah presiden.

C. Analisis Perbandingan Framing Republika dan Media Indonesia