Sejarah Penerjemahan Al-Qur’an
Qur’an itu jelas bertujuan menjelek-jelekkan islam dikalangan orang- orang Eropa dengan mengambil pendapat ulama-ulama islam sendiri,
yang menurutnya menujukkan kerendahan islam. Maracci adalah seorang roma Katolik dan terjemahannya itu ia persembahkan kepada
emperor Romawi. Terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa inggris, yang itu pun
sesungguhnya sebagai hasil terjemahan dari bahasa perancis, yang dilakukan oleh Du Ryer tahun 1647, untuk pertama kalinya dilakukan
oleh A. Ross dan baru diterbitkan beberapa tahun setelah karya Du Ryer itu.
Mengingat luasnya tujuan-tujuan terselubung dari para orientalis yang non islam dan anti islam, dalam penterjemahan Al-
Qur’an, menyebabkan penulis-penulis muslim berusaha menterjemhkan Al-Qur’an ke dalam bahasa inggris. sarjana muslim
pertama-pertama melakukan penterjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa inggris ialah Dr. Muhammad Abdul Hakim Khan, dari Patiala,
pada tahun 1905 M. Mirza Hairat dari Delhi juga menterjemahkan Al- Qur’an dan diterbitkan di Delhi tahun 1919. Nawab Imadul Mulk
Sayid Husein Bilgrami dari Hyderabad Dacca juga menterjemahkan sebagian Al-Qur’an. Ia meniggal sebelum menyelesaikannya.
Ahmadiyah Qadiani juga menterjemahkan bagian pertama Al-Qur’an, pada tahun 1915, Ahmadiyah Lahore juga menerbitkan terjemahan
Maulvi Muhammad Ali yang pertama terbit tahun 1917. Terjemahan
itu merupakan terjemahan ilmiah yang diberi catatan-catatan yang luas dan pendahuluan serta indek yang cukup.
Terjemahan Al-Qur’an lain yang perlu disebutkan ialah terjemahan oleh Hafidz Ghulam Sarwar yang diterbitkan tahun 1930.
Dalam terjemahannya ia memberikan ringkasan, surat demi surat, bagian demi bagian, tetapi tidak diberinya footnote pada terjemahan
itu. Catatan-catatan yang dimaksud kiranya sangat perlu untuk memahami ayat-ayat Al-Qur’an. Bahasa Al-Qur’an dengan ungkapan-
ungkapan yang kaya akan arti memerlukan catatan-catatan yang memadai. Marmaduke Pichthall juga menterjemahkan Al-Qur’an, di
terbitkan pada tahun 1930. Ia adalah seorang muslim berkebangsaan inggris yang pandai dan ahli dalam bahasa Arab.
Terjemahan ke dalam bahasa non eropa dilakukan ke dalam bahasa-bahasa : Persia, Turki, Urdu, Benggali, Indonesia dan berbagai
bahasa timur serta beberapa bahasa Afrika. Terjemahan Al-Qur’an pertama dalam bahasa urdu dilakukan ole Syah Abdul Qadir dari Delhi
wafat 1826. Setelah itu banyak juga yang lain menterjemahkan Al- Qur’an ke dalam bahasa urdu tersebut, yang pada umumnya
terjemahan-terjemahan itu tidak sampai selesai. Di antara terjemahan yang lengkap yang dipergunakan sampai sekarang ialah terjemahan
Syah Rafiuddin dari Delhi, Syah Asyraf Ali Thanawi dan Maulvi Nazir Ahmad wafat 1912.
Al-Qur’anul karim diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia telah dilakukan oleh Abdul Ra’uf Al-Fansuri, seorang ulama dari
Singkel, pada pertengahan abad ke-17 M, jelasnya kedalam bahasa melayu. Terjemahan tersebut bila dilihat dari segi ilmu bahasatata
bahasa Indonesia modern belum sempurna, namun pekerjaan itu sungguh besar artinya, terutama sebagai parintis jalan.
Di antara terjemahan yang lain ialah terjemahan yang dilakukan oleh kemajuan islam Yogyakarta, Qur’an kejawen dan Qur’an
sundawiyah, terbitan percetakan A.B. Siti Syamsiah Solo, tafsir Hidayaturrahman oleh K.H. Munawir Khalil, tafsir Al-Qur’an
Indonesia oleh Prof. Mahmud Yunus 1935, Al Furqan dan tafsir Qur’an oleh A. Hasan dari Bandung 1928, tafsir Al-Qur’an oleh H.
Zainuddin Hamidi Cs 1959, Al Ibris disusun oleh K.H. Bisyri Musthafa dari Rembang 1960, tafsir Qur’anul Hakim oleh H.M.
Kasyim Bakry Cs 1960 dan lain-lain. Dari terjemahan-terjemahan Al-Qur’an tersebut ada yang lengkap dan ada yang tidak selesai.
Terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia yang kemunculannya menimbulkan pro dan kontra ialah bacaan mulia oleh
kritikus sastra H.B. Jassin, yang dalam penterjemahan itu menggunakan pendekatan puitis.
Pemerintah RI menaruh perhatian besar terhadap upaya terjemahan Al-Qur’an ini. Hal tersebut terlihat semenjak pola I
pembangunan semesta berencana, sampai pada masa pemerintahan sekarang ini. Al-Qur’an dan terjemahannya yang telah beredar di
masyarakat dan yang telah berulang kali dicetak ulang dengan
penyempurnaan-penyempurnaan, adalah bukti nyata dari besarnya perhatian pemerintah terhadap penerjemahan Al-Qur’an itu.
16
Dalam penerjemahan Al-Qur’an terdapat 2 jenis terjemahan, yaitu : 1
Terjemahan Al-Quran Harfiah Terjemahan Al-Quran secara harfiah adalah terjemahan yang
dilakukan dengan apa adanya, sesuai dengan susunan dan struktur dari bahasa sumber. Terjemahan harfiah dilakukan dengan cara
memahami arti kata demi kata yang terdapat dalam teks terlebih dahulu, setelah benar-benar dipahami kemudian dicari padanannya
yang tepat ke dalam Bsa. Muhammad Husain Al-Dzahabi membagi terjemahan harfiah ini
dalam dua bagian, yaitu : a
Terjemah harfiah bi Al-Mitsl, yaitu terjemahan yang dilakukan apa adanya, terikat dengan susunan dan struktur bahasa sumber
yang diterjemahkan. b
Terjemah Al-Qur’an Bighairi Al-Mitsl, pada dasarnya sama dengan terjemahan sebelumnya, hanya saja sedikit lebih
longgar keterikatannya dengan susunan dan struktur bahasa sumber yang akan diterjemahkan.
2 Terjemahan Al-Qur’an Tafsiriah
Terjemahan Al-Qur’an secara tafsiriah atau yang lebih dikenal dengan penerjemahan maknawiyah yaitu menjelaskan makna atau
arti kata dengan bahasa lain, tanpa terikat dengan tertib kata-kata
16
M. Ali Hasan dan Rif’at Syauqi Nawawi. Pengantar Ilmu Tafsir. Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1988.h. 177-180
bahasa asal atau memperhatikan susunan kalimatnya. Terjemahan ini lebih mengedepankan maksud atau isi kandungan yang terdapat
dalam bahasa sumber yang diterjemahkan. Terjemahan ini tidak terikat dengan susunan dan struktur gaya bahasa yang
diterjemahkan. Dengan kata lain dapat pula disebut dengan terjemahan bebas.