Biografi Prof. Dr. Mahmud Yunus.
menjadi dosen agama pada Akademi Pamong Praja di Bukit Tinggi, menjadi dekan pada Akademi Dinas Ilmu Agama AIDA di Jakarta, pada
tahun 1960-1963 beliau dipercaya sebagai dekan sekaligus guru besar pada Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan pada tahun 1966-
1971 beliau menjabat sebagai rektor IAIN Imam Bonjol Padang. Beliau juga dikenal sebagai pendiri perkumpulan Sumatra
Thawalib dan penerbit Islam al-Basyir. Pada tahun 1920 turut mendirikan persatuan anggota Cu Sang Kai. Pada tahun 1945-1946 dimana beliau
berhasil memasukkan pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah pemerintah. Beliau turut serta dalam mendirikan Majlis Tinggi
Minangkabau yang kemudian menjadi MIT Sumatra. Beliau mulai terlibat gerakan pembaruan setelah mewakili gurunya
untuk hadir dalam rapat besar ulama Minangkabau tahun 1919 di Padang Panjang, Sumatra Barat. Abad ke-20 ditandai dengan kemajuan di
berbagai bidang, terutama ilmu pengetahuan dan teknologi. Negara-negara yang bisa menguasai kedua hal tersebut akan bisa mewujudkan
kesejahteraan bagi masyarakatnya. Tentu bangsa Indonesia yang mayoritas muslim mau tak mau harus mengikuti perkembangan itu.
Selama ini ada anggapan bahwa pendidikan Islam hanya terpusat untuk mempelajari ilmu-ilmu agama. Tapi beberapa kalangan telah
melakukan penyesuaian dengan memasukkan ilmu umum dalam kurikulum pendidikan Islam. Salah satu tokoh pembaru itu adalah Prof.
Mahmud Yunus. Disebutkan dalam buku Tokoh dan Pemimpin Agama:
Biografi Sosial-Intelektual, Mahmud Yunus lahir lahir di desa Sungayang, Batusangkar, Sumatra Barat, hari Sabtu 10 Februari 1899. Keluarganya
adalah tokoh agama yang cukup terkemuka. Ayahnya yang bernama Yunus bin Incek menjadi pengajar surau yang dikelolanya sendiri.
Ibundanya yang bernama Hafsah binti Imam Samiun merupakan anak Engku Gadang M. Tahur bin Ali, pendiri serta pengasuh surau di wilayah
itu. Sejak kecil, Mahmud Yunus dididik dalam lingkungan agama. Dia
tidak pernah masuk sekolah umum. Ketika menginjak usia tujuh tahun, Mahmud mulai belajar al-Qur’an serta ibadah lainnya. Gurunya adalah
kakeknya sendiri. Mahmud sempat menimba ilmu di sekolah desa, tahun 1908. Namun, saat duduk di kelas empat, dia merasa tidak betah lantaran
seringnya pelajaran kelas sebelumnya diulangi. Mahmud kecilpun memutuskan pindah ke madrasah yang berada di surau Tanjung Pauh
bernama Madras School, asuhan H. M. Umar Thaib, seorang tokoh pembaru Islam di Minangkabau.
Sejarah mencatat, H.M. Umar Thaib amat berpengaruh terhadap pembentukan keilmuan Mahmud Yunus. Melalui karya-karya gurunya itu,
Mahmud dapat menyerap semangat pembaruan yang dibawanya. Misalnya dalam karya al-Munir ditekankan penguasaan pengetahuan umum serta
bahasa Eropa. Karenanya para santri di suraupesantren H. M. Umar Thaib diwajibkan mempelajari ilmu agama, bahasa Eropa, maupun ilmu
pengetahuan umum. Maksudnya agar para santri dapat juga memanfaatkan
ilmu-ilmu tersebut bagi peningkatan kesejahteraan umat dan perkembangan Islam.
Saat Mahmud belajar di Madras School antara tahun 1917-1923, di Minangkabau tengah tumbuh gerakan pembaruan Islam yang dibawa oleh
para alumni Timur Tengah. Umumnya pembaruan Islam terwujud dalam dua bentuk: purfikasi
11
dan modernisasi. Yang dilakukan oleh para alumni itu adalah gerakan purifikasi untuk mengembalikan Islam ke zaman awal
Islam dan menyingkirkan segala tambahan yang datang dari zaman setelahnya.
Mahmud Yunus mulai terlibat digerakan pembaruan saat berlangsung rapat besar ulama Minangkabau tahun 1919 di Padang
Panjang. Dia diminta untuk mewakili gurunya. Pertemuan itu secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pola pemikiran
pembaruan Mahmud Yunus, terutama berkat pandangan-pandangan yang dikemukakan sejumlah tokoh pembaruan seperti Abdullah Ahmad serta
Abdul Karim Amrullah. Bersama staf pengajar lainnya yang bergiat digerakan pembaruan,
tahun 1920 Mahmud membentuk perkumpulan pelajar Islam di Sungayang bernama Sumatera Thawalib. Salah satu kegiatan kelompok ini adalah
menerbitkan majalah al-Basyir dengan Mahmud Yunus sebagai pemimpin redaksinya. Interaksi yang kian intens dengan gerakan pembaru
mendorongnya untuk menimba ilmu pengetahuan lebih jauh di Mesir.
11
Gerakan Pembersihan atau Penyucian Kembali atas apa yang dianggap bid’ah.
Tidak mudah untuk mewujudkan hasratnya itu. Berbagai kendala dihadapi. Namun pada akhirnya kegigihan Mahmud Yunus dapat mengantarkannya
ke al-Azhar, Kairo, tahun 1924. Di sana ia mempelajari ilmu ushul fiqh, tafsir, fikih Hanafi dan
sebagainya. Mahmud Yunus seorang murid yang cerdas. Hanya dalam tempo setahun dia berhasil mendapatkan Syahadah Alimiyah dari al-Azhar
dan menjadi orang Indonesia kedua yang memperoleh predikat tersebut. Tetapi dia merasa belum cukup dengan apa yang telah diperoleh lantaran
peningkatan pengetahuan umumnya belum terpenuhi. Dia pun berkeinginan melanjutkan studinya ke Madrasah Dar al-Ulum yang
memang mengajarkan pengetahuan umum. Mahmud Yunus kemudian meneguhkan diri untuk mengikuti seluruh persyaratan yang diminta dan
terbukti mampu memenuhi. Dia dimasukkan sebagai mahasiswa di kelas bagian malam qiyam lail. Semua mahasiswanya berkebangsaan Mesir,
kecuali Mahmud Yunus. Tercatat dia menjadi orang Indonesia pertama yang masuk Dar al-Ulum.
Kuliah Mahmud Yunus berakhir dengan lancar. Tahun 1929, dia mendapat ijazah diploma guru dengan spesialisasi bidang ilmu
kependidikan. Setelah itu, dia kembali ke kampung halamannya di Sungayang, Batu Sangkar. Gerakan pembaruan di Minangkabau saat itu
makin berkembang. Ini amat mengembirakan Mahmud Yunus yang lantas mendirikan dua lembaga pendidikan Islam, yakni pada tahun 1931 al-
Jamiah di Sungayang dan Normal Islam di Padang. Di kedua lembaga
inilah dia menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang didapatkannya di Dar al-Ulum, Kairo.
Karena kekurangan tenaga pengajar, al-Jamiah Islamiyah terpaksa ditutup tahun 1933. Sedangkan Normal Islam hanya menerima tamatan
madrasah 7 tahun dan dimaksudkan untuk mendidik calon guru. Ilmu yang diajarkan berupa ilmu agama, bahasa Arab, pengetahuan umum, ilmu
mengajar, ilmu jiwa dan ilmu kesehatan. Dua penekanan dalam pembaruan Mahmud Yunus di lembaga
pendidikannya yakni pengenalan pengetahuan umum dan pengajaran bahasa Arab. Pengajaran pengetahuan umum di sekolahnya sebenarnya
tidaklah baru. Tahun 1909, Abdullah Ahmad sudah mengajarkan berhitung dan bahasa Eropa di Adabiyah School. Sementara Mahmud Yunus
menambahkan beberapa pelajaran umum semisal, ilmu alam, hitung dagang dan tata buku.
Awal tahun 1970 kesehatan Mahmud Yunus menurun dan bolak- balik masuk rumah sakit. Tahun 1982, memperoleh gelar doctor honoris
causa di bidang ilmu tarbiyah dari IAIN Jakarta atas karya-karyanya dan jasanya dalam pengembangan ilmu pendidikan Islam di Indonesia.
Sepanjang hidupnya, Mahmud menulis tak kurang dari 43 buku. Pada tahun 1982, Mahmud Yunus meninggal dunia.
12
12
Siti Kurrotulaini, Analisis Semantik Terhadap Terjemahan al-Qur’an Juz 30 Surat al- Qadr, al-Alaq dan al-Ikhlash Studi Komparatif antara Terjemahan Hamka dengan Terjemahan
Mahmud Yunus, Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negri Jakarta, 2008, h. 41
2. Karya-karya Prof. Dr. Mahmud Yunus
Selain sebagai mufasir, Mahmud Yunus juga banyak menulis buku, terutama buku pelajaran agama Islam untuk anak-anak, temasuk pula tafsir
dan terjemahan al-Qur’an, di antaranya: a.
Tafsir al-Qur’an tamat 30 Juz, tahun 1938. b.
Terjemahan al-Qur’an tanpa tafsir, untuk memudahkan membaca al- Qur’an.
c. Marilah Sembahyang, pelajaran shalat, untuk anak-anak SD, 4 jilid
d. Puasa dan Zakat, untuk anak-anak SD.
e. Haji ke Mekkah ,cara mengerjakan haji, untuk anak SD.
f. Keimanan dan Akhlak, untuk anak-anak SD, 4 jilid.
g. Beberapa Kisah Pendek, untuk anak-anak SD.
h. Riwayat Rasul Dua Puluh Lima, bersama Rasyidin dan Zubair
Utsman. i.
Lagulagu barunot angka-angka, bersama Kasim St. M. Syah. j.
Bermain dan Berbudi Pekerti, untuk anak SD. k.
Hukum Warisan dalam Islam, untuk tingkat Aliyah. l.
Pemimpin Pelajaran Agama, 3 jilid, untuk murid–murid SMP. m.
Perbandingan Agama, untuk tingkat Aliyah. n.
Kumpulan Do’a, untuk tingkat Aliyah. o.
Do’a-do’a Rasulullah, untuk tingkat Aliyah. p.
Marilah ke Al-Qur’an, untuk tingkat TsanawiyahPGA, bersama H. Ilyas M. Ali.
q. Moral Pembaruan dalam Islam, untuk tingkat Aliyah.
r. Akhlak bahasa Indonesia, untuk tingkat Aliyah.
s. Pelajaran Sembahyang shalat, untuk Aliyah,
t. Hukum Perkawinan dalam Islam, 4 Mazhab.
u. Soal Jawab dalam Hukum Islam, 4 Mazhab.
v. Ilmu Musthalah Hadits, bersama H. Mahmud Aziz.
w. Sejarah Islam di Minangkabau.
x. Kesimpulan Isi Al-Qur’an, untuk mubaligh dan umum
y. Allah dan MakhlukNya, Ilmu tauhid, menurut al-Qur’an.
z. Pengetahuan Umum Ilmu Medidik, bersama St. M. Said.
aa. Pokok-pokok PendidikanPengajaran, Fakultas TarbiyahPGAA.
bb. Metodik Khusus Pendidikan Agama, Fakultas TarbiyahPGAA.
cc. Metodik Khusus Bahasa Arab bahasa al-Qur’an, Fakultas
TarbiyahPGAA. dd.
Sejarah Pendidikan Islam Indonesia. ee.
Sejarah Pendidikan Islam umum. ff.
Pendidikan Modern di Negara-negara IslamPendidikan Barat. gg.
Ilmu Jiwa Kanak-kanak , kuliah untuk kursus-kursus. hh.
Pedoman Dakwah Islamiyah, kuliah untuk dakwah. ii.
Dasar-dasar Negara Islam. jj.
Juz ‘Amma dan Terjemahannya. kk.
Pokok-pokok Pemikiran dan Pengajaran. ll.
Pelajaran Bahasa Arab Durus al-Lughatil ‘Arabiyah
mm. Tafsir ayati al-Akhlaq.
nn. Metodik Khusus Pendidikan Metode Pengajaran Pendidikan Agama
SD. oo.
Kitab Pemimpin. pp.
Perbandingan Pendidikan Modern di Negara Islam dan Intisari Pendidikan Barat.
Dan 27 judul buku lainnya dalam bahasa Arab di antaranya; a.
Kitabu al-Tarbiyah wa Ta’lim. b.
Fiqhu al-Wadih dan lain sebagainya.
13
3. Metode Penerjemahan Prof. Dr. Mahmud Yunus
Tafsir al-Qur’an Karim karya Mahmud Yunus adalah buku yang dapat memudahkan orang untuk menangkap makna dari teks bahasa Arab
dalam al-Qur’an. Problem transmisi makna dari teks al-Qur’an ke dalam bahasa lainnya menjadi starting point buku ini. Teks Arab al-Qur’an
diyakini mempunyai karakteristik unik, susunan kata, akar kata, sinonim, kelamin kata, kosa kata dan sinonimnya. Seseorang yang melakukan
transmisi makna dihadapkan pada pilihan yang beragam. Menurut pandangan para ahli, Mahmud Yunus dalam
terjemahannya tidak mengulas tentang seni-seni bahasa dan nahwu kecuali sedikit sekali. Beliau menjelaskan ayat-ayat dengan gaya bahasanya yang
apa adanya, menyingkap beberapa makna dengan ungkapan yang mudah
13
Mahmud Yunus, Tafsir al-Qur’an Karim, Jakarta: Hidakarya Agung, Cet. Ke 72, h. 1-8
dan dapat diterima oleh kalangan awam, disertai penjelasan mengenai ayat-ayat al-Qur’an yang dirasa rumit.
Mahmud Yunus berpendapat bahwa al-Qur’an dengan keagungan serta kemuliaan bentuknya begitu padat, sehingga tidak ada terjemahan
dalam satu bahasa apapun yang bisa menggantikannya. Metode penafsiran Tafsir Qur’an Karim karya Mahmud Yunus dibuat sebagaimana umumnya
kitab-kitab tafsir: menyebutkan nama surat, mengaitkan dengan konteks turunnya ayat tersebut asbabun nuzul, baru menafsirkan ayat demi ayat.
Penafsiran yang dilakukan Mahmud Yunus dalam hal gramatika bahasa, ma’ani dan bayan merujuk pada kitab-kitab tafsir lainnya,
terutama dari karya para penafsir Timur Tengah. Selain itu juga merujuk pada kitab at-Tafsir al- Kabir karya ar-Razi dalam kaitannya dengan
hikmah dan kalam, serta Jami’ at-Tafsir karya ar-Raghib al-Ashfahani dalam kaitannya dengan pembentukan kata dan makna intristik.
14
14
Siti Kurrotulaini, Analisis Semantik Terhadap Terjemahan al-Qur’an Juz 30 Surat al- Qadr, al-Alaq dan al-Ikhlash Studi Komparatif antara Terjemahan Hamka dengan Terjemahan
Mahmud Yunus, h. 45.