Hasil Belajar Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dengan Game Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Momentum Dan Impuls (Kuasi Eksperimen Di Man 4 Jakarta)

20 Ranah afektif menurut Krathwohl dan kawan-kawan 1974, ditaksonomikan menjadi lebih rinci kedalam 5 jenjang, yaitu: 1 Receiving atau attending Receiving atau attending menerima atau memperhatikan diartikan sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai-nilai yang diajarkan dan menggabungkan diri dengan nilai-nilai tersebut. 48 Kesediaan itu dinyatakan dalam memperhatikan sesuatu seperti memandangi gambar yang dibuat di papan tulis atau mendengar jawaban teman sekelas atas pertanyaan guru. namun, perhatian itu masih pasif. 49 2 Responding Responding atau menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk ikut serta secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadap fenomena tersebut. 50 Responding juga dapat diartikan reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya. 51 3 Valuing Valuing menilai atau menghargai merupakan jenjang dimana peserta didik tidak hanya menerima nilai yang diajarkan tetapi peserta didik mampu untuk menilai baik atau buruknya fenomena yang diajarkan. 52 Menilai mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Mulai dibentuk sikap menerima, menolak, atau mengabaikan. Sikap itu dinyatakan dalam suatu perkataan atau tindakan, seperti mengungkapkan pendapat positif tentang pameran lukisan. 53 48 Anas, op. cit., h. 54 49 Winkel, op. cit., h.276 50 Anas, op. cit., h. 55 51 Nana, op. cit., h. 30 52 Anas, loc. cit. 53 Winkel, op. cit., h.277 21 4 Organization Organization mengatur atau mengorganisasikan artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal yang membawa kepada perbaikan umum. 54 Kemampuan organisasi dinyatakan dalam mengembangkan suatu perangkat nilai, seperti menguraikan bentuk keseimbangan yang wajar antara kebebasan dan tanggung jawab dalam negara demokrasi atau menyusun raencana masa depan atas dasar kemampuan belajar, minat, dan cita- cita hidup. 55 5 Characterization by a value or value complex Characterization by a value or value complex karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai, yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Contoh hasil belajar afektif pada jenjang ini adalah siswa telah memiliki kebulatan sikap menjadikan perintah Allah SWT yang tertera dalam alquran surat Al-ashr sebagai pegangan hidupnya sehingga siswa hidup memanfaatkan waktu dengan baik seperti disiplin. 56

c. Ranah Psikomotorik

Kata psikomotorik berhubungan dengan kata “motor, sensory-motor, atau perceptual- motor ”. Jadi, ranah psikomotorik berhubungan erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan bergeraknya tubuh atau bagian tubuh. 57 Anas berpendapat bahwa ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. 58 Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan skill dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yaitu: 59 1 Gerakan refleks keterampilan pada gerakan yang tidak sadar 54 Anas, op. cit., h. 56 55 Winkel, loc. cit. 56 Anas, loc. cit. 57 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, h. 122 58 Anas, op.cit., h.57 59 Nana, loc. cit. 22 2 Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar 3 Kemampuan perseptual, termasuk didalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain. 4 Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan. 5 Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks 6 Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

5. Konsep Momentum dan Impuls

a. Karakteristik Konsep Momentum dan Impuls

Momentum dan impuls merupakan salah satu konsep fisika yang penting untuk diajarkan, karena konsep ini sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, dimana banyak sekali peristiwa tumbukan yang kita lihat atau bahkan kita alami dalam keseharian. Konsep momentum dan impuls memiliki karakteristik khusus jika dibandingkan dengan konsep fisika lainnya. Karakteristik yang dimiliki konsep momentum dan impuls, diantaranya : 1 Tingkat kesulitannya tinggi, hal ini dapat dilihat dari standar kompetensi yang harus dicapai menuntut siswa untuk memiliki kemampuan analisis. 2 Bersifat matematis karena fenomena dari momentum, impuls, dan tumbukan dinyatakan dalam rumusan matematis. 3 Diperlukan kemampuan matematis yang tinggi, karena dalam menghitung tumbukan siswa harus menguasai operasi bilangan bulat, subsitusi, dan eliminasi. 4 Saling berkaitan antara materi momentum, impuls, dan tumbukan. Jika materi momentum dan impuls kurang dipahami, maka akan mengalami sedikit kesulitan dalam mempelajari konsep tumbukan. 5 Berkaitan dengan energi kinetik dan hukum-hukum newton tentang gerak. 6 Aplikasi konsep momentum dan impuls dapat ditemui pada kehidupan sehari- hari seperti pada peristiwa tabrakan, permainan billiar, permainan sepak bola, dan lain sebagainya. 23 7 Konsep momentum dan impuls juga diterapkan dalam teknologi seperti pembuatan mobil keselamatan, peluncuran roket, peristiwa ledakan, dan penembakan proyektil.

b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Konsep Momentum dan

Impuls Standar kompetensi pada materi momentum dan impuls adalah menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik. Sementara kompetensi dasarnya adalah menunjukkan hubungan antara konsep impuls dan momentum untuk menyelesaikan masalah tumbukan.

c. Peta Konsep Momentum dan Impuls

Materi momentum dan impuls dimulai dengan menjelaskan tentang impuls. Impuls merupakan besaran yang ditentukan oleh faktor gaya. Impuls berkaitan dengan momentum, dimana impuls merupakan perubahan momentum. Momentum dialami oleh benda yang mengalami tumbukan. Tumbukan terbagi menjadi tiga yaitu tumbukan lenting sempura, tumbukan lenting sebagian, dan tumbukan tidak lenting. Peta konsep momentum dan impuls dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar 2. 1 Peta Konsep Momentum dan Impuls berlaku berlaku berlaku Hukum Kekekalan Energi Hukum Kekekalan Momentum menyebabkan perubahan Terjadi pada peristiwa faktor yang menentukan Terbagi menjadi Momentum Tumbukan Impuls Gaya Tumbukan lenting sempurna Tumbukan lenting sebagian Tumbukan Tidak lenting 24

d. Materi Konsep Momentum dan Impuls

1 Pengertian Momentum dan Impuls Untuk membuat suatu benda yang diam menjadi bergerak diperlukan sebuah gaya yang bekerja pada benda tersebut selama interval waktu tertentu. Gaya yang diperlukan untuk membuat sebuah benda tersebut bergerak dalam interval waktu tertentu disebut impuls. Impuls merupakan besaran vektor dan dapat dirumuskan sebagai hasil perkalian gaya dengan interval waktu. Secara matematis dituliskan dengan, Keterangan : F = gaya N ∆t = waktu s I = impuls N s Momentum dimiliki oleh benda yang bergerak. Momentum adalah kecenderungan benda yang bergerak untuk melanjutkan gerakannya pada kelajuan yang konstan. Momentum merupakan besaran vektor yang searah dengan kecepatan benda. Momentum dapat dirumuskan sebagai hasil perkalian massa dengan kecepatan. Secara matematis dituliskan dengan, Keterangan : p = momentum kg m s -1 atau N s m = massa benda kg v = kecepatan benda m s -1 2 Tumbukan Berdasarkan sifat kelentingan atau elastisitas benda yang bertumbukan, tumbukan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu tumbukan lenting sempurna, tumbukan lenting sebagian, dan tumbukan tidak lenting sama sekali. a Tumbukan Lenting Sempurna Tumbukan lenting sempurna elastik terjadi di antara atom-atom, inti atom, dan partikel-partikel lain yang seukuran dengan atom atau lebih kecil lagi. Tumbukan lenting sempurna hanya terjadi pada benda yang bergerak saja. 25 Gambar 2.2 mengilustrasikan dua buah benda memiliki massa masing- masing m 1 dan m 2 bergerak saling mendekati dengan kecepatan sebesar v 1 dan v 2 sepanjang lintasan yang lurus. Setelah keduanya bertumbukan masing-masing bergerak dengan kecepatan sebesar v 1 dan v 2 dengan arah saling berlawanan. Berdasarkan hukum kekekalan momentum dapat ditulis sebagai berikut. b Tumbukan Lenting Sebagian Kebanyakan benda-benda yang ada di alam mengalami tumbukan lenting sebagian, di mana energi kinetik berkurang selama tumbukan. Oleh karena itu, hukum kekekalan energi mekanik tidak berlaku. Besarnya kecepatan relatif juga berkurang dengan suatu faktor tertentu yang disebut koefisien restitusi. Koefisien restitusi dinyatakan dengan huruf e. Nilai restitusi lenting sebagian berkisar antara 0 dan 1 0 ≤ e ≤ 1 . Untuk tumbukan lenting sempurna, nilai e = 1. Untuk tumbukan tidak lenting nilai e = 0. Sedangkan untuk tumbukan lenting sebagian mempunyai nilai e antara 0 dan 1 0 e 1. c Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali Pada tumbukan tidak lenting sama sekali, terjadi kehilangan energi kinetik sehingga hukum kekekalan energi mekanik tidak berlaku. Misalnya, tumbukan antara peluru dengan sebuah target di mana setelah tumbukan peluru mengeram dalam target. Peristiwa tersebut diilustarikan pada gambar 2.3. Gambar 2. 2 Tumbukan Lenting Sempurna Gambar 2. 3 Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali

Dokumen yang terkait

Perbandingan antara model pembelajaran cooperative learning tipe stad dengan pembelajaran konvensional dalam rangka meningkatkan hasil belajar PAI (eksperimen kelas XI SMA Negeri 3 Tangerang)

2 14 159

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA PADA KONSEP IKATAN KIMIA (Kuasi Eksperimen di SMA Dharma Karya UT Tangerang Selatan)

0 13 259

PENGERUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA PADA KONSEP CAHAYA (KUASI EKSPERIMEN DI SDN CIRENDEU III, TANGERANG SELATAN)

1 5 177

Pengaruh Pembelajaran Berbasis E-Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Impuls dan Momentum

2 9 142

Pengaruh penerapan model cooperative learning tipe stad terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep sistem koloid (quasi eksperimen di MAN 2 Kota Bogor)

4 38 126

Pengaruh hypermedia terhadap hasil belajar siswa sma pada konsep momentum dan impuls (kuasi eksperimen di SMA Negeri 4 Tangerang Selatan)

1 11 207

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu (Quasi Eksperimen di SMPN 87 Jakarta)

0 8 204

Peningkatan hasil belajar PKN siswa kelas IV MI Attaqwa Bekasi Utara melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

0 5 152

PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI MOMENTUM DAN IMPULS DI SMA

0 0 15