4. Menetapkan arti penting masalah kualitas dan menentukan apa yang perlu
prioritas perhatian. 5.
Menghindari konsekuensi dari rendahnya kualitas. 6.
Mempertimbangkan penggunaan sumber daya. 7.
Mengusahakan umpan balik untuk mendorong usaha perbaikan. Menurut Pujawan 2005, salah satu aspek fundamental dalam
manajemen rantai pasokan adalah manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan. Penciptaan manajemen kinerja yang efektif memerlukan
sistem pengukuran yang mampu mengevaluasi kinerja rantai pasokan secara holistik. Sistem pengukuran kinerja diperlukan untuk:
1. Melakukan pengawasan dan pengendalian.
2. Mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada rantai
pasokan. 3.
Mengetahui di mana posisi suatu organisasi relatif terhadap pesaing maupun terhadap tujuan yang hendak dicapai.
4. Menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan dalam
bersaing. Penciptaan sistem pengukuran kinerja rantai pasokan bukanlah
pekerjaan yang mudah. Filososofi manajemen rantai pasokan menekankan perlunya koordinasi dan kolaborasi baik antar fungsi di dalam sebuah
organisasi maupun lintas organisasi pada suatu rantai pasokan. Hal ini menyiratkan pentingnya sistem pengukuran kinerja yang terintegrasi, bukan
hanya di dalam suatu organisasi, tetapi juga antar pemain organisasi pada suatu rantai pasokan. Artinya, sistem pengukuran kinerja harus memiliki alat
ukur yang dapat digunakan untuk memonitor kinerja secara bersama-sama antara satu organisasi dengan organisasi lainnya pada sebuah rantai pasokan
Pujawan, 2005.
2.4. Data Envelopment Analysis
Data Envelopment Analysis DEA merupakan teknik pemrograman
matematika yang menghitung efisiensi relatif dari suatu objek pada beberapa kriteria. DEA diperkenalkan oleh Charnes et al 1978. DEA merupakan
metodologi non-parametrik yang berdasarkan linear programming dan
digunakan untuk mengukur efisiensi relatif dari suatu unit organisasi dimana keberadaan beberapa input dan beberapa output sulit untuk diperbandingkan
Al-Faraj, 2006. DEA pertama mengidentifikasi sebuah eficcient frontier dari input dan output yang diamati pada satu set objek yang akan dievaluasi,
yang disebut unit pengambilan keputusan atau decision making unit DMU. Menurut Charnes et al dalam Liu, Ding, Lall 2000 DEA adalah prosedur
pemrograman matematis untuk mengevaluasi efisiensi relatif dari beberapa unit pengambilan keputusan DMUs yang melibatkan beberapa input dan
output ganda. DEA mengukur efisiensi relatif dari masing-masing DMU dibandingkan dengan DMUs lain. Skor efisiensi suatu DMU secara umum
didefinisikan sebagai total bobot output dibagi dengan total bobot input. Menurut Seydel 2003, metode DEA dapat membantu dalam kegiatan
pemilihan pemasok. Penerapan metode DEA untuk pemilihan pemasok diawali dengan identifikasi alternatif dan selanjutnya menentukan kriteria
untuk pemilihan pemasok. Proses untuk mendapatkan skor efisiensi dalam metode DEA, diawali dengan perbandingan berpasangan pairwise
comparison antar kriteria yang nantinya akan digunakan untuk mendapatkan
tingkat kepentingan relatif tiap kriteria criteria weight. Selanjutnya dilakukan perbandingan berpasangan antar alternatif keputusan pada masing-
masing faktor untuk mendapatkan kepentingan relatif antar alternatif pada setiap kriteria criteria evaluation.
Menurut Saaty 1991, untuk mengisi matriks berpasangan, digunakan bilangan yang menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen di atas yang
lainnya. Skala ini mendefinisikan dan menjelaskan nilai 1 sampai 9 yang ditetapkan bagi pertimbangan dalam membandingkan pasangan elemen yang
sejenis di setiap tingkat hirarki terhadap suatu kriteria yang berada setingkat di atasnya.
Menurut Zhang, Liu, dan Xiu 2006, sebagai pendekatan non- parametrik, DEA mengasumsikan bahwa terdapat n unit pengambilan
keputusan DMU, yang masing-masing mengkonsumsi berbagai jumlah input yang berbeda m untuk menghasilkan s output berbeda. Berdasarkan dua
set kriteria ganda, DEA mengklasifikasikan DMUs ke dalam dua kategori, efisien dan tidak efisien.
DEA menyediakan ukuran dimana suatu perusahaan atau departemen dapat membandingkan kinerja mereka, relatif terhadap perusahaan lain atau
departemen homogen. DEA terutama digunakan dalam dua situasi yang berbeda. Pertama, digunakan ketika sebuah departemen atau perusahaan ingin
membandingkan tingkat efisiensi kinerjanya dengan departemen terkait dalam perusahaan lain. Namun, salah satu asumsi utama adalah bahwa semua
departemen memiliki sasaran-sasaran strategis dan arah yang sama, mencakup kebutuhan semua perusahaan untuk berada di sektor yang sama.
Kedua, DEA dapat digunakan dengan membandingkan efisiensi dari sebuah departemen atau perusahaan dari waktu ke waktu. Dalam pengukuran
efisiensi relatif dari organisasi, pengukuran DEA dapat didefinisikan sebagai rasio dari total bobot output terhadap total bobot input. Dengan DEA setiap
organisasi dapat menggunakan bobot yang berbeda untuk semua ukuran kinerja Easton, Murphy, Pearson, 2002.
Menurut Zhang, Xiu, dan Liu 2006, model dasar dari DEA sebagai berikut :
Efisiensi Maksimum
∑ ∑
................................... 1 k
= unit pengambilan keputusan yang akan dievaluasi = bobot dari output
= bobot dari input = nilai dari output
= nilai dari input Menurut Govindrajan 2007, keuntungan dari DEA adalah sebagai
berikut: 1.
DEA dapat menangani model input dan output berganda. 2.
DEA tidak membutuhkan asumsi hubungan fungsional antara variabel input dan output.
3. DEA dibandingkan secara langsung dengan sesamanya.
4. Input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda.
Sedangkan, kelemahan dari DEA adalah: 1.
DEA membutuhkan dukungan data yang intensif. 2.
DEA membutuhkan pendekatan deterministik
2.5. Penelitian Terdahulu