Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

3. DEA dibandingkan secara langsung dengan sesamanya. 4. Input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda. Sedangkan, kelemahan dari DEA adalah: 1. DEA membutuhkan dukungan data yang intensif. 2. DEA membutuhkan pendekatan deterministik

2.5. Penelitian Terdahulu

Fitriana 2010 meneliti Analisis Rantai Pasokan dan Kinerja Anggota Rantai Pasokan Beras Bebas Pestisida di Bogor. Penelitian tersebut menggunakan metode DEA untuk mengukur kinerja pemasok yaitu Kelompok Tani pada rantai pasokan beras bebas pestisida di Bogor. Dalam pengolahan DEA ditetapkan faktor yang digunakan sebagai output dan input. Faktor input yang dipilih adalah biaya dan siklus pengiriman, sedangkan faktor output yang dipilih terdiri dari pendapatan, kuantitas, pengiriman tepat waktu, dan fleksibilitas. Salah satu tujuan dari pengukuran kinerja dengan pendekatan DEA adalah untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas yang diperlukan untuk memenuhi target selanjutnya. Anggota primer rantai pasokan beras bebas pestisida adalah Kelompok Tani di Desa Ciburuy, Gapoktan Silih Asih, LPS, dan agenritel. Anggota sekunder adalah penyedia sarana produksi bahan baku budidaya hingga pengemasan. Aliran dalam kegiatan rantai pasokan beras bebas pestisida yaitu aliran komoditas, aliran informasi dan aliran finansial. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan kinerja Kelompok Tani terendah selama tahun 2009 per bulan yaitu Kelompok Tani Lisung Kiwari bulan September sebesar 78,40. Pengukuran kinerja Kelompok Tani per semester, Kelompok Tani Lisung Kiwari memiliki kinerja terendah pada dua semester dibandingkan Kelompok Tani lainnya semester pertama sebesar 83,30 dan semester kedua sebesar 88,90. Kinerja Gapoktan Silih Asih terbaik terjadi pada bulan Desember 2008 yaitu pada penjualan terbesar sebesar 7.198 kg dan bulan Juli 2009 yaitu pada penjualan terbesar sebesar 5.550 kg. Kinerja LPS terbaik terjadi pada bulan Juli 2008 dan 2009 yaitu pada penjualan terbesar sebesar 11.050 kg dan 12.835 kg. Suryani 2010 meneliti Analisis Pemilihan Pemasok Brokoli pada PT XYZ Dengan Menggunakan Proses Hirarki Analitik. Penelitian ini salah satunya bertujuan untuk memilih pemasok, kriteria, dan subkriteria yang dipertimbangkan PT XYZ dalam pemilihan pemasok brokoli dengan menggunakan metoda Proses Hirarki Analitik. Dari hasil penelitian, didapatkan anggota rantai pasokan PT XYZ terdiri dari pemasok, kebun perusahaan, distributor perusahaan, dan pelanggan akhir. Kriteria yang dipertimbangkan untuk memilih pemasok ada enam yaitu: harga, kualitas, ketepatan waktu pengiriman, ketersediaan sayuran, reputasi pemasok, dan pelayanan. Subkriteria ada tujuh belas yaitu: kesesuaian harga, memberikan diskon, mekanisme pembayaran mudah, kesesuaian sayuran dengan spesifikasi, kualitas sayuran konsisten, mengirimkan pesanan tepat waktu, lead time singkat, mampu menangani masalah transportasi, mampu memenuhi pesanan, persediaan untuk pesanan mendadak, pemasok dan produknya dikenal, dipercaya perusahaan, mudah dihubungi, memberikan informasi yang jelas, kecepatan respon pesanan, dan kecepatan dalam menyelesaikan keluhan pelanggan. Pemasok brokoli ada tiga yaitu pemasok HSL, pemasok AGP dan pemasok DD. Berdasarkan hasil penelitian dengan metoda PHA, kriteria yang menjadi prioritas utama adalah kualitas sayuran dengan bobot 0,353. Subkriteria yang menjadi prioritas utama adalah kesesuaian sayuran dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan dengan bobot 0,294. Sedangkan alternatif yang dipilih dan menjadi prioritas utama perusahaan adalah pemasok AGP dengan bobot 0,552. Subarkah 2009 meneliti Kajian Kinerja Rantai Pasokan Lettuce Head Lactuca Sativa dengan menggunakan Data Envelopment Analysis. Penelitian tersebut juga menggunakan Data Envelopment Analysis untuk mengukur kinerja pemasok pada rantai pasokan lettuce head. Pengukuran DEA berdasarkan faktor input dan output yang dilakukan pada mitra tani dan dua jenis produk lettuce head. Variabel input adalah waktu tunggu pemenuhan, siklus pemenuhan pesanan, feksibilitas rantai pasokan, biaya total manajemen rantai pasokan, siklus cash to cash, dan persediaan harian. Sementara variabel output yang dipilih adalah kinerja pengiriman, pemenuhan pesanan, dan kesesuaian dengan standar. Hasil penelitian kinerja pemasok Lettuce Head PT Saung Mirwan tahun 2008 terdapat dua mitra tani yang kinerjanya tidak efisien nilai tidak 100 yaitu petani 1 dan petani 2. Mulyati, Setiawan, dan Rusli 2009 melakukan penelitian dengan judul Rancang Bangun Sistem Manajemen Rantai Pasokan dan Risiko Minyak Akar Wangi Berbasis IKM Di Indonesia. Tujuan khusus dari penelitian tersebut dibagi menjadi tiga tahapan berdasarkan tahun penelitian. Tujuan tahun pertama adalah 1 mengkaji potensi pengembangan minyak atsiri umumnya dan minyak akar wangi khususnya, 2 menganalisis rantai pasokan dan risiko minyak akar wangi, dan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman IKM minyak akar wangi di Indonesia. Indonesia tercatat sebagai negara eksportir terbesar untuk komoditi minyak akar wangi. Minyak akar wangi Indonesia memiliki keunggulan komparatif paling baik dibandingkan negara lainnya. Sentra produksi akar wangi di Indonesia berada di Kabupaten Garut, Jawa Barat yang mampu mengekspor hampir 90 persen minyak akar wangi. Para petani dan penyuling minyak akar wangi tersebar di empat kecamatan yaitu Samarang, Bayongbong, Cilawu, dan Leles. Anggota primer rantai pasokan minyak akar wangi terdiri dari petani akar wangi sebagai pemasok bahan baku, pengumpul akar wangi, penyuling akar wangi, pengumpul minyak akar wangi, dan eksportir minyak akar wangi.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Mutu dan produktivitas merupakan hal penting yang perlu ditingkatkan agar industri minyak akar wangi tetap mampu bersaing dengan baik diantara industri minyak atsiri lainnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui pengelolaan rantai pasokan minyak akar wangi, terutama di sentra produksi minyak akar wangi Kabupaten Garut, Jawa Barat. Konsistensi kualitas dan kuantitas minyak akar wangi perlu dijaga dengan baik. Hal tersebut membutuhkan kontinuitas aktivitas yang berkesinambungan di semua anggota rantai pasokan. Oleh karena itu, kajian rantai pasokan secara komprehensif menjadi penting untuk memberikan rekomendasi terbaik dan sesuai sehingga mewujudkan aktivitas rantai pasokan yang komprehensif dan berkesinambungan. Selain itu, manajemen rantai pasokan yang baik diperlukan agar industri minyak akar wangi dapat mencari petani yang dapat memenuhi atau melebihi persyaratannya. Petani merupakan bagian yang signifikan dalam keberlanjutan rantai pasokan minyak akar wangi. Kriteria pemilihan petani merupakan hal yang penting untuk dipertimbangkan sebagai acuan dalam mengevaluasi dan menyeleksi petani. Beberapa kriteria yang sering menjadi pertimbangan dalam pemilihan pemasok yaitu kualitas, pengiriman tepat waktu, harga, pelayanan, dan sejarah kinerja. Selain itu, peningkatan dan pengukuran kinerja rantai pasokan minyak akar wangi menjadi sangat penting untuk meningkatkan daya saing dalam menghadapi persaingan yang kompetitif. Kerangka pemikiran penelitian terbatas pada identifikasi struktur rantai pasokan, manajemen rantai pasokan, sumber daya rantai pasokan, aliran barang, informasi, dan finansial rantai pasokan, serta rekomendasi pengembangan yang akan dilakukan industri minyak akar wangi di Kabupaten Garut. Selain itu, hal penting lainnya yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi kriteria utama yang dipertimbangkan dalam memilih pemasok,evaluasi kinerja pemasok petani, dan pengukuran kinerja rantai