Identifikasi Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi

Cakupan rantai pasok minyak akar wangi di Indonesia

4.1.2 Identifikasi Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi

Rantai pasokan minyak akar wangi terdiri dari rangkaian kegiatan produktif yang terhubung antara aktifitas nilai yang satu dengan yang lain membentuk rantai nilai industri. Rantai pasokan juga merupakan rantai keterkaitan dalam suatu kegiatan usaha sejak bahan baku tanaman atsiri sampai dengan konsumen industri, yaitu industri pangan, kosmetik, parfum, toileteries, dan lain-lain. Anggota utama rantai pasokan minyak akar wangi terdiri dari petani akar wangi sebagai pemasok bahan baku, pengumpul akar wangi, penyuling akar wangi, pengumpul minyak akar wangi, dan eksportir minyak akar wangi. Setiap anggota rantai pasokan melakukan aktivitas berhubungan dengan kegiatan operasional untuk menghasilkan minyak akar wangi yang berkualitas. Pada suatu rantai pasokan biasanya ada tiga macam aliran yang harus dikelola. Pertama aliran barang yang mengalir dari hulu upstream ke hilir downstream. Kedua aliran uang finansial yang mengalir dari hilir ke hulu. Ketiga adalah aliran informasi yang dapat terjadi dari hulu ke hilir atau sebaliknya Pujawan, 2005. Rantai pasokan minyak akar wangi disajikan pada Gambar 6. Penyuling akar wangi Pengumpul minyak akar wangi 1 3 2 2 2 2 3 Keterangan: Penyedia sarana produksi untuk petani 2 Petani akar wangi 5 7 3 Pengumpul akar wangi 4 5 6 Pengekspor minyak akar wangi 7 Konsumen Luar Negeri Aliran barang Aliran finansial Aliran informasi 1 4 6 Gambar 6. Pola Aliran Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Aliran komoditas minyak akar wangi dimulai dari petani sebagai penghasil akar wangi. Semua hasil panen yang dihasilkan oleh petani akan dibeli oleh penyuling atau pengumpul akar wangi. Selanjutnya pengumpul akar wangi akan menjual kembali kepada penyuling. Namun, dijumpai petani yang sekaligus sebagai penyuling karena telah memiliki alat penyulingan sendiri. Harga akar wangi dari petani berkisar antara Rp 2.000 sampai Rp 3.000 per kg. Tinggi rendahnya harga akar wangi tergantung dari kualitas dan kuantitas akar wangi tersebut. Ketika terjadi panen raya yaitu sekitar bulan Juli-September, harga akar wangi di tingkat petani turun hingga Rp 1.500 per kg. Selain itu, kualitas akar wangi juga sangat tergantung kepada cuaca. Ketika musim kemarau, kualitas akar wangi akan lebih bagus karena kandungan minyaknya lebih tinggi. Namun ketika cuaca buruk atau musim penghujan, maka kualitas dan kuantitas akar wangi akan menurun. Harga akar wangi dapat mencapai Rp 1.200 per kg dibawah standar, dikarenakan cuaca yang buruk sehingga menghasilkan kualitas yang buruk pula. Berdasarkan hasil survey, ada beberapa ciri khas akar wangi berkualitas baik sesuai dengan standar yang diinginkan Tabel 6 Tabel 6. Penampakan akar wangi berkualitas baik No Penampakan akar wangi berkualitas baik 1 Berwarna kekuning-kuningan tergantung jenis tanah 2 Bertekstur keras 3 Panjang tidak terpotong-potong 4 Licin 5 Berbau harum 6 Terasa pahit jika digigit Sumber : Pengolahan data primer 2011 Petani dapat langsung mengantarkan akar wangi ke penyuling atau pengumpul akar wangi atau penyuling langsung membeli akar wangi yang masih terdapat di lahan sistem ijon, dimana dalam satu lahan akan langsung dibeli tanpa dilakukan penimbangan hasil panen. Alat transportasi yang digunakan untuk oleh petani untuk menghantarkan akar wangi kepada penyuling adalah menggunakan truk. Minyak akar wangi yang dihasilkan oleh penyuling akan langsung dijual kepada pengumpul minyak akar wangi atau eksportir yang berada diluar Kabupaten Garut. Eksportir minyak akar wangi paling banyak tedapat di wilayah Bogor dan Jakarta. Minyak akar wangi akan diekspor ke beberapa negara, seperti Jepang, Singapura, Inggris, Amerika Serikat, Swiss, Italia, Jerman, Hongkong, dan India. Harga beli minyak akar wangi oleh eksportir atau pengumpul berkisar antara Rp. 1.000.000 sampai Rp. 1.400.000 bergantung pada kualitas yang dihasilkan. Semakin jernih minyak akar wangi yang dihasilkan akan semakin bagus kualitasnya yang berpengaruh terhadap harga minyak akar wangi. Aliran finansial pada rantai pasokan minyak akar wangi terjadi dari pengekspor minyak akar wangi ke pengumpul minyak atau langsung ke penyuling. Setelah itu, penyuling ke pengumpul akar wangi atau langsung ke petani akar wangi. Pembayaran minyak akar wangi dari eksportir dilakukan dengan mekanisme pembayaran tunai. Jangka waktu pembayaran sekitar 1 satu sampai 2 dua hari setelah minyak dikirim. Sistem pembayaran penyuling atau pengumpul minyak akar wangi juga dilakukan dengan sistem pembayaran tunai setelah minyak dikirim ke eksportir. Berdasarkan hasil survey, terdapat pengumpul atau eksportir yang memberikan pinjaman modal sebelum penyulingan kepada penyuling, sehingga pemodal menerima bayaran berupa minyak kurang lebih selama 10 hari. Pinjaman modal beserta pembinaan diberikan eksportir dengan tujuan membangun keterikatan dengan penyuling untuk menjamin kontinuitas minyak akar wangi juga mendapatkan kualitas minyak akar wangi yang lebih baik. Adanya keterikatan antara pemodal eksportir atau pengumpul minyak akar wangi dengan penyuling tersebut menyebabkan harga beli minyak akar wangi dapat diberikan dibawah harga standar dengan selisih harga sekitar Rp 25.000 – Rp 75.000 per kg. Selain itu, sebagian besar petani juga mendapatkan pinjaman dan bantuan modal dari eksportir atau pengumpul minyak untuk budidaya akar wangi. Bantuan modal yang diberikan berupa pupuk, bibit, dan biaya panen. Bantuan tersebut diberikan kepada petani yang membutuhkan. Petani yang mendapatkan pinjaman modal harus menjual hasil panennya kepada pemodal dan pembelian dilakukan dengan harga berlaku yang telah disepakati oleh kedua pihak. Tujuan dari pemberian modal kepada petani adalah agar budidaya akar wangi tetap berjalan, sehingga adanya kontinuitas bahan baku yang menguntungkan kedua belah pihak. Sistem komunikasi yang terjalin antara anggota primer rantai pasokan minyak akar wangi sudah terintegrasi dengan baik. Komunikasi antara penyuling, pengumpul akar wangi, dan petani akar wangi dilakukan melalui rapat atau musyawarah yang diadakan oleh koperasi minyak akar wangi Usaha Rakyat USAR. Rapat atau musyawarah tersebut tidak dilakukan secara rutin, yaitu hanya 1 satu sampai 2 dua kali dalam satu bulan. Masalah yang dibahas terkait dengan perijinan bahan bakar, bantuan modal, penggunaan pupuk, pemilihan bibit dan masalah lain yang perlu dibahas untuk mencapai kesepakatan. Rapat atau musyawarah tidak dilakukan dengan kelompok besar saja namun dengan kelompok-kelompok kecil antara penyuling dan petani binaan. Aliran informasi terjadi dari eksportir minyak akar wangi, pengumpul minyak akar wangi atau langsung ke penyuling akar wangi, pengumpul akar wangi atau langsung ke petani, dan petani akar wangi atau sebaliknya. Informasi dari penyuling ke eksportir berhubungan dengan status pengiriman, berapa pesanan minyak akar wangi yang harus dikirim ke eksportir, tanggal pengiriman dan tanggal minyak akar wangi sampai di eksportir. Komunikasi mempunyai arus dua arah. Komunikasi antara pengekspor dengan penyuling dilakukan dengan menggunakan telepon atau seluler untuk mengetahui harga yang berlaku dan tanggal pengiriman minyak akar wangi. Komunikasi antara penyuling dengan petani akar wangi adalah untuk mengetahui harga akar wangi, tanggal panen, dan kapasitas pengiriman akar wangi kepada penyuling.

4.2. Aktivitas Anggota Rantai Pasokan