Aktivitas Pengumpul Akar Wangi Aktivitas Penyuling Akar Wangi

modal sering dihadapi oleh petani karena lamanya masa tanam. Sehingga terkadang petani menjual akar wangi dengan sistem ijon saat tanaman berumur 8 bulan dan siap dipanen setelah berumur 12 bulan. Sebagian besar petani tidak memanfaatkan fasilitas kredit lembaga keuangan karena persyaratan yang dianggap terlalu memberatkan dan berbelit-belit. Oleh karena itu diharapkan peran pemerintah dalam bantuan permodalan atau meringankan persyaratan pinjaman bagi lembaga keuangan.

4.2.2 Aktivitas Pengumpul Akar Wangi

Pengumpul akar wangi membeli akar wangi langsung kepada petani setelah panen. Pengumpul akar wangi akan menjual akar wanginya ke penyuling atau pengumpul lain yang melakukan proses penyulingan sendiri. Biasanya, pengumpul mendapatkan modal dari penyuling untuk mencari akar wangi. Para pengumpul akar wangi tidak jarang mencari akar wangi sampai ke kecamatan lain untuk memenuhi pasokan akar wangi yang diinginkan. Seperti, pengumpul akar wangi yang berada di Kecamatan Samarang, mencari dan membeli akar wangi dari petani yang berada di Kecamatan Bayongbong. Pengumpul akar wangi terkadang juga melakukan penyulingan sendiri dengan menyewa alat suling kepada penyuling dan membayarnya berupa minyak akar wangi kasar. Pengumpul akar wangi rata-rata mampu pengumpulkan 4 empat sampai 5 lima ton akar wangi dalam satu hari dengan harga berkisar antara Rp 2.000 sd Rp 3.000 per kg. Sistem pemesanan dilakukan secara langsung dengan mekanisme pembayaran cash and carry dimana akar wangi akan dikirim setelah pembayaran. Jumlah pengumpul tidak banyak untuk setiap wilayah, hanya ada satu atau dua pengumpul dalam satu wilayah desa atau kecamatan. Pengumpul hanya bekerja sendiri karena tidak adanya kelompok pengumpul dan cenderung bersaing antar pengumpul. Kendala yang dialami pengumpul adalah ketersediaan akar wangi yang tidak konsisten dan mutu yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.

4.2.3 Aktivitas Penyuling Akar Wangi

Penyuling akar wangi di Kabupaten Garut tersebar di 4 empat kecamatan, yaitu Kecamatan Samarang, Bayongbong, Cilawu, dan Leles. Penyuling bergabung dalam Koperasi Usaha Rakyat USAR sebesar 75 persen. Koperasi diketuai oleh Bapak H. Ede Kadarusman yang didirikan pada tahun 2010. Sebesar 44 persen penyuling bertindak sebagai petani yang disebut petani-penyuling. Penyuling yang tidak bertindak sebagai petani memenuhi kebutuhan akar wangi dengan membeli langsung kepada petanikelompok tani dan pengumpul akar wangi. Rata-rata penyuling diberi pinjaman modal oleh eksportir atau pengumpul minyak dengan syarat mereka harus membayar pinjaman modal tersebut dengan minyak hasil sulingannya. Pengiriman minyak dilakukan setelah minyak terkumpul selama 10 hari dengan jumlah rata- rata sebanyak 40 kg. Namun, pada musim kemarau penyuling dapat memproduksi minyak dengan jumlah yang lebih banyak yaitu mencapai 50-60 kg selama satu minggu. Saat ini rendemen menurun karena cuaca yang tidak mendukung. Produk yang dihasilkan dalam ekstraksi minyak wangi yaitu berupa minyak akar wangi kasar. Penyuling yang melakukan penyulingan dengan menggunakan ketel stainless steel dengan sistem kukus sebesar 50 persen. Penyuling yang menggunakan sistem boiler atau sistem uap terpisah sebesar 33 persen dan sisanya masih menggunakan sistem rebus. Bahan bakar yang digunakan saat ini didominasi oleh minyak solar dan oli bekas. Namun masih ada juga penyuling yang menggunakan kayu bakar sebesar 8,3 persen. Pemakaian solar sebagai bahan bakar merupakan yang paling ramah lingkungan. Namun dari harganya lebih mahal jika dibandingkan dengan oli bekas. Harga solar mencapai Rp 4.500 per liternya sementara oli bekas hanya sebesar Rp 2.000 sampai Rp 2.500 per liter. Sebelumnya, penyuling menggunakan bahan bakar minyak tanah untuk proses penyulingan. Namun, kenaikan harga minyak tanah meningkatkan biaya operasional, dan penyuling terpaksa beralih ke bahan bakar lain yaitu solar dan oli bekas. Selain itu, terjadinya kelangkaan bahan bakar menyebabkan banyak usaha penyulingan yang tidak berproduksi. Ketentuan mengenai harga jual Bahan Bakar Minyak BBM industri kecil diberlakukan tidak sama dengan harga jual ke industri besar. Akan tetapi untuk kasus di Kabupaten Garut ketentuan tersebut tidak dilaksanakan, dan penyuling diharuskan membeli BBM dengan harga industri, sehingga hal tersebut sangat memberatkan penyuling. Mutu minyak akar wangi sangat ditentukan oleh suhu dan tekanan yang digunakan. Dibutuhkan waktu yang tidak terlalu lama untuk menghemat bahan bakar. Pada sistem kukus, para penyuling menaikkan tekanan pada 5 bar yang sebelumnya dijaga pada 3 bar dengan suhu sekitar 140°C-160°C. Hal tersebut mampu menghemat waktu sekitar 5 jam. Apabila menggunakan sistem uap terpisah atau boiler, suhu dijaga pada 120°C dengan tekanan 2-3 bar selama 20 jam. Meskipun sistem uap terpisah atau boiler memakan waktu lebih lama dan bahan bakar yang lebih banyak, tetapi minyak yang dihasilkan akan lebih bagus kualitasnya. Tekanan yang rendah membuat mutu minyak lebih bagus dibanding tekanan tinggi yang dapat membuat minyak gosong. Penyuling membutuhkan waktu 12 jam dalam satu kali proses penyulingan yaitu 10 jam untuk pengukusan dan 2 jam untuk memasukkan dan membongkar akar wangi dalam tungku. Sehingga alat suling hanya mampu melakukan penyulingan maksimal sebanyak dua kali sehari. Kapasitas tungku per penyulingan sebesar 1,2-2 ton. Minyak akar wangi yang dihasilkan sebesar 4-8 kg per satu suling dengan catatan kondisi akar wangi yang digunakan tersebut bagus. Saat ini rendemen rata-rata yang dihasilkan adalah 0,4-0,5 persen. Hasil minyak akar wangi kemudian dijual ke pengumpul minyak akar wangi atau langsung dijual ke eksportir. Permasalahan yang sering dihadapi oleh penyuling adalah ketersediaan bahan baku yang tidak konsisten, mutu bahan baku, modal yang terbatas, dan alat suling yang tidak sesuai standar. Bantuan modal dari pemerintah berupa peralatan telah beberapa kali diterima, namun peralatan tersebut tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan sehingga pada akhirnya alat suling tersebut tidak terpakai. Selain itu, penggunaan alat pemisah air dan minyak yang masih sederhana, membuat mutu minyak kurang bagus dan rendahnya rendemen akibat tingginya penyusutan. Mutu oli bekas pun rendah sehingga pembakaran tidak optimal karena terlalu banyaknya bahan campuran lain pada oli bekas tersebut.

4.2.4 Karakteristik Minyak Akar Wangi