4
III. TINJAUAN PUSTAKA
3.1. INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN IRTP
Industri Rumah Tangga Pangan IRTP adalah industri yang mengolah pangan yang bertempat di rumah tempat tinggal dengan peralatan manual hingga semi otomatis Badan
Pengawas Obat dan Makanan 2003. Definisi lain yang menjelaskan tentang industri rumah tangga adalah definisi oleh Badan Pusat Statistik Badan Pusat Statistik 2005 yang menggolongkan usaha
industri pengolahan di Indonesia ke dalam 4 empat kategori berdasarkan jumlah pekerja yang dimiliki oleh suatu usaha tanpa memperhatikan besarnya modal yang ditanam ataupun kekuatan
mesin yang digunakan. Empat kategori tersebut, antara lain :
1. Industri kerajinan rumah tangga, yaitu usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja 1-4
orang. 2.
Industri kecil, yaitu perusahaanusaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja 5-19 orang.
3. Industri sedang, yaitu perusahaanusaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja 20-99
orang. 4.
Industri besar, yaitu perusahaanusaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja 100 orang atau lebih.
Selanjutnya, BPS menggolongkan jenis-jenis usaha, seperti industri makanan minuman golongan pokok 15, indsutri pengolahan tembakau golongan pokok 16, industri tekstil
golongan pokok 17, indsutri pakaian jadi golongan pokok 18, dan lain-lain. Dalam hal ini IRTP masuk dalam golongan pokok 15.
Definisi IRTP lainnya adalah berdasarkan UU RI No. 9 tahun 1995 tentang usaha kecil. Dalam UU ini dijelaskan bahwa yang dimaksud usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang
nerskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam UU. Sedangkan kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut,
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 2.000.000,00 dua juta rupiah, tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha atau, 2.
Memiliki kasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 satu milyar rupiah 3.
Milik Warga Negara Indonesia 4.
Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi bail langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau
usaha besar 5.
Berbentuk orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.
Jika dilihat dalam definisi usaha kecil seperti pada UU RI No. 9 tahun 1995 tersebut maka IRTP masuk dalam usaha kecil yang bergerak di bidang pangan.
3.2. KONDISI DAN PERMASALAHAN UMUM USAHA MENENGAH
KECIL MIKRO UMKM
Usaha Menengah Kecil Mikro UMKM mempunyai peran penting dalam pembangunan ekonomi karena tingkat penyerapan tenaga kerjanya yang relatif tinggi dan kebutuhan modal
investasinya yang kecil, UMKM dapat dengan fleksibel menyesuaikan dan menjawab kondisi pasar yang terus berubah. Hal ini membuat UMKM tidak rentan terhadap berbagai perubahan
5
eksternal. UMKM justru mampu dengan cepat menangkap berbagai peluang, misalnya untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Karena itu, pengembangan UMKM dapat
menunjang diversifikasi ekonomi dan percepatan perubahan struktural, yang merupakan prasyarat bagi pembangunan ekonomi jangka panjang yang stabil dan berkesinambungan Ariawati 2004.
Saat ini, sektor ekonomi UMKM yang memiliki proporsi unit usaha terbesar berdasarkan statistik UMKM tahun 2009-2010 adalah sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan,
perdagangan, hotel dan restaurant, industri pengolahan, pengangkutan dan komunikasi, serta jasa. Sedangkan sektor ekonomi UMKM yang memiliki proporsi unit usaha terkecil secara berturut-
turut adalah sektor pertambangan, bangunan, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta listrik, gas, dan air bersih. BPS 2010. Secara kuantitas, UMKM memang unggul dibandingkan
dengan industri besar skala nasional. Hal ini berdasarkan fakta bahwa sebagian besar usaha di Indonesia, yaitu lebih dari 99 berbentuk UMKM Dipta 2004. Namun, apabila keseluruhan
pendapatan dan aset UKM di Indonesia digabungkan, jumlahnya belum tentu dapat bersaing dengan satu perusahaan berskala nasional. Data tersebut menunjukkan bahwa UMKM berada di
sebagian besar sektor usaha yang ada di Indonesia. Pengembangan sektor swasta, khususnya UKM, perlu dilakukan mengingat sektor ini memiliki potensi untuk menjaga kestabilan
perekonomian, meningkatkan tenaga kerja, dan mengembangkan dunia usaha Pangabean 2004. Perkembangan jumlah UMKM yang meningkat belum diimbangi dengan perkembangan
kualitas. UMKM masih menghadapi permasalahan klasik, yaitu rendahnya produktivitas. Keadaan ini secara langsung berkaitan dengan rendahnya kualitas sumber daya manusia, khususnya dalam
manajemen, organisasi, teknologi, dan pemasaran Iwantono 2004. Selain itu, lemahnya kompetensi kewirausahaan dan terbatasnya kapasitas UMKM untuk mengakses permodalan,
informasi teknologi dan pasar, serta faktor produksi lainnya menjadi permasalahan umum yang dihadapi UMKM. Sementara itu, masalah eksternal yang dihadapi oleh UMKM, antara lain
besarnya biaya transaksi akibat kurang mendukungnya iklim usaha, praktek usaha yang tidak sehat, dan keterbatasan informasi serta jaringan pendukung usaha Taufiq 2004. UMKM juga
menghadapi tantangan terutama yang ditimbulkan oleh pesatnya perkembangan globalisasi ekonomi dan liberalisasi perdagangan seiring dengan cepatnya perkembangan teknologi Dipta
2004.
3.3. CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK CPPB