34
5.6. SERTIFIKASI PRODUK INDUSTRI RUMAH TANGGA P-IRT
Pemberian edukasi mengenai Cara Produksi Pangan yang Baik CPPB telah diberikan kepada Ibu Cicih baik oleh mahasiswa pendamping maupun petugas penyuluh saat Penyuluhan
Keamanan Pangan PKP di Dinas Kesehatan. Penyuluhan dilakukan setelah pemohon mengajukan Surat Permohonan P-IRT SPP-IRT ke Dinas Kesehatan. Setelah mengisi formulir,
melengkapi persyaratan, dan memberikan kembali SPP-IRT ke Dinas Kesehatan, tahap selanjutnya adalah penyuluhan keamanan pangan yang dilakukan oleh petugas Dinas Kesehatan
yang telah memiliki sertifikat penyuluh. Adanya pemberian edukasi mengenai CPPB menjadikan tempat produksi di IRT minuman temulawak instan milik Ibu Cicih telah memenuhi standard
produksi. Produk minuman temulawak instan yang dihasilkan memiliki mutu dan keamanan produk yang lebih baik.
Pendampingan dilakukan selama rentang waktu antara penyuluhan keamanan pangan dan peninjauan oleh pihak Dinas Kesehatan KabupatenKota Bogor.Pendampingan dilakukan secara
langsung oleh mahasiswa IPB dibawah naungan program SEAFAST Center dan LPPM IPB. Pendampingan yang dilakukan, meliputi perbaikan dan pengadaan fasilitas produksi, seperti kotak
P3K, celemek, dan tempat sampah. Selain itu, pendampingan dilakukan dalam hal penerapan CPPB IRT yang ditujukan kepada pemilik IRT minuman temulawak instan, diantaranya
pembuatan desain tata letak dan alur produksi yang bertujuan agar menghindari terjadinya kontaminasi silang dalam kegiatan produksi. Denah ruang produksi minuman temulawak instan
dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Denah ruang produksi IRT minuman temulawak instan Peninjauan dilakukan dengan melihat kondisi ruang produksi, alur kedatangan produk dari
mulai bahan mentah hingga produk jadi, sanitasi dan kondisi air yang mengalir lancar atau tidak, tempat mencuci dan pembuangan limbah, alat kebersihan, jarak ruang pengolahan dengan kamar
mandi, sanitasi pekerja, serta pengolahan temulawak instan sampai produk dikemas. Peninjauan berjalan lancar dan sesuai harapan karena kondisi ruang produksi yang memiliki tata letak yang
tepat, air yang mengalir bersih dan lancar, pekerja selalu menggunakan peralatan produksi yang Keterangan :
1. Kompor gas
2. Meja penyimpanan
penyimpanan produk jadi
3. Meja produksi
4. Washtafel
5. Lemari pendingin
penyimpanan bahan baku
6. Toilet
7. Tempat peralatan
1 2
3
4 5
6
7
35
baik, meliputi penggunaan masker, penutup kepala, sarung tangan, celemek, dan sandal. Selain itu, tempat pengolahan berada sekitar 3 meter dari kamar mandi.
Selain itu, tempat mencuci berada tepat 1 meter disamping ruang pengolahan sehingga mudah melakukan pencucian bahan dan peralatan pengolahan. Tempat pembuangan limbah padat,
seperti tanah, kulit temulawak, dan plastik dimasukkan ke dalam tempat sampah yang telah disediakan di sudut ruangan, baik dalam maupun luar ruangan. Pengolahan dilakukan diatas meja
yang berjarak ± 30 cm diatas permukaan lantai. Selain itu, aliran bahan mentah dan produk jadi memiliki pintu masuk dan keluar yang berbeda sehingga menghindari kontaminasi produk jadi
yang berasal dari bahan baku atau kotoran lantai. IRT tanpa pendampingan memiliki kendala dalam hal materi guna perbaikan dan
kurangnya pengetahuan mengenai CPPB IRT.Salah satu contohnya, kondisi ruang produksi yang masih belum sesuai dengan pedoman CPPB IRT dalam hal konstruksi ruang produksi, seperti
ruang produksi yang masih bersatu dengan dapur rumah pribadi. Selain itu, kemasan dan label produk masih belum sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label
dan Iklan Pangan sehingga perlu dilakukan perbaikan berulang kali yang membuat perolehan sertifikat menjadi terhambat.
Industri Rumah Tangga IRT yang tidak berada dibawah naungan LPPM IPB tidak mendapatkan pendampingan selayaknya IRT minuman temulawak instan. Hal ini memberikan
dampak positif bagi IRT minuman temulawak instan, yaitu proses pengeluaran sertifikat oleh Dinas Kesehatan KabupatenKota Bogor untuk IRT yang bersangkutan menjadi lebih singkat.
Proses perolehan sertifikat untuk IRT minuman temulawak instan memerlukan waktu 2 minggu. Sedangkan IRT tanpa pendampingan memerlukan waktu kurang lebih 3 bulan.
Peninjauan sarana produksi pada IRT minuman temulawak instan dilakukan terhadap berbagai aspek sarana produksi IRT, meliputi lingkungan produksi, bangunan dan fasilitas,
peralatan produksi, suplai air, pengendalian hama, kesehatan dan sanitasi karyawan, label produk, manajemen pengawasan, pencatatan dan dokumentasi, serta pelatihan karyawan. Nilai yang
diberikan minimal bernilai C atau cukup baik sebagai syarat perolehan sertifikat P-IRT. Industri Rumah Tangga IRT minuman temulawak instan telah menerapkan CPPB IRT
dalam menjalankan usaha setelah mendapatkan edukasi pedoman CPPB IRT dari pendamping. Penerapan CPPB yang dilakukan memiliki kategori nilai yang berbeda-beda Dinas Kesehatan
2012. Terdapat 3 tiga kategori nilai, yaitu A sangat baik, B baik, dan C cukup baik, dan D kurang baik. Rata-rata nilai pemeriksaan sarana IRT minuman temulawak instan bernilai baik.
Penerapan CPPB dilakukan pada beberapa hal, meliputi: a
Lingkungan Produksi Lingkungan produksi IRT minuman temulawak instan memiliki nilai B, yaitu baik.
Penilaian lingkungan produksi, meliputi keberadaan tempat sampah, semak-semak, dan tempat pembuangan limbah selokan. Lingkungan selalu dipertahankan dalam keadaan
bersih dengan metode, seperti membuang sampah pada tempat sampah bertutup dan tidak menumpuknya. Selain itu, jalan dipelihara agar tidak berdebu dan selokan berfungsi dengan
baik. b
Bangunan dan Fasilitas Ruang produksi pada IRT minuman temulawak instan bernilai C, yaitu cukup baik. Lantai,
dinding, langit-langit, dan lubang angin selalu dalam keadaan bersih dari debu, lendir, kotoran laba-laba, dan kotoran lainnya. Selain itu, ruang produksi memiliki perlengkapan
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan P3K. Tempat penyimpanan bebas dari hama, seperti serangga, binatang pengerat, burung, atau mikroba.
36
c Peralatan Produksi
Peralatan produksi yang digunakan memiliki nilai B. Permukaan yang kontak langsung dengan pangan memiliki permukaan halus, tidak bercelah, tidak mengelupas, dan bersih.
d Suplai Air
Air yang digunakan adalah air bersih dalam jumlah yang cukup memenuhi seluruh kebutuhan proses produksi sehingga bernilai B.
e Pengendalian Hama
Pengendalian hama yang dilakukan bernilai C. Lubang-lubang dan selokan yang memungkinkan masuknya hama dalam keadaan tertutup.
f Kesehatan dan Sanitasi Karyawan
Kesehatan dan Sanitasi Karyawan bernilai B. Karyawan mengenakan celemek lengkap dengan penutup kepala, sarung tangan, dan sandal. Selain itu, karyawan tidak mengenakan
perhiasan, seperti cincin, gelang, kalung, dan peniti saat produksi. Karyawan selalu mencuci tangan menggunakan sabun atau desinfektan. Karyawan memeriksakan
kesehatannya setiap 1 bulan sekali untuk menjaga vitalitas dan kondisi internal karyawan itu sendiri.
g Label Produk
Label produk bernilai B, yaitu baik. Label temulawak instan produksi IRT minuman temulawak instan setelah dilakukan perbaikan kini mencakup informasi yang sesuai dengan
Peraturan PemerintahNo. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Persyaratan tersebut, antara lain nama produk, komposisi produk, isi bersih, tanggal kadaluarsa, alamat
yang memproduksi, dan kode produksi. h
Manajemen Pengawasan Penanggung jawab dan pengawas kegiatan produksi adalah pemilik IRT minuman
temulawak instan tersebut, yaitu Ibu Cicih Sri Lestari. Beliau melakukan manajemen pengawasan dengan cukup baik namun masih kurang terstruktur sehingga diberikan nilai C,
yaitu cukup baik. i
Pencatatan dan Dokumentasi Pencatatan dan dokumentasi selama kegiatan produksi bernilai C, yaitu cukup.
j Pelatihan Karyawan
Pelatihan bagi karyawan bertujuan menambah pengetahuan bagi karyawan itu sendiri mengenai CPPB IRT dan proses pengolahan secara rinci dan lebih luas. Pelatihan karyawan
diberikan nilai C, yaitu cukup. Selanjutnya, SPP-IRT yang telah diperbaiki diserahkan kembali ke Dinas Kesehatan untuk
diproses. Pengeluaran sertifikat P-IRT dilakukan pada hari Rabu, 20 Juni 2012.Nomor P-IRT yang tertera pada sertifikat P-IRT adalah 6123201021009.Arti dari setiap digit nomor P-IRT dapat
dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Arti nomor pada sertifikat P-IRT minuman temulawak instan
Digit Kode P-IRT
Keterangan
1 6
Alumunium foil jenis kemasan yang digunakan 2, 3
12 Rempah-rempah kelompok jenis pangan yang diproduksi
4, 5 32
Kode Provinsi Jawa Barat 6, 7
01 Kode KabupatenKota Bogor
8, 9 02
Nomor urut jenis produk pangan IRT Konservasi Toga yang memperoleh nomor sertifikat produksi pangan IRT yang ke-2
10, 11, 12, 13 1009
Nomor urut PP-IRT di Kabupaten Bogor
37
Nomor P-IRT menjadi indikator eksternal suatu produk pangan yang memiliki mutu dan keamanan pangan yang lebih baik dibandingkan dengan produk pangan yang belum memiliki
nomor P-IRTsehingga dapat memiliki jangkauan pasar yang lebih luas. Selain itu, IRTP yang telah memiliki sertifikat P-IRT dianggap telah menerapkan CPPB dengan baik dan menghasilkan
produk pangan yang lebih bermutu dan aman bagi kesehatan, salah satunya adalah IRT minuman temulawak instan di Desa Benteng, Ciampea, Bogor.
5.7. ANALISIS KELAYAKAN USAHA