12
IV. METODOLOGIPENELITIAN
4.1. BAHAN DAN
ALAT
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu rimpang temulawak, daun pandan, gula pasir, garam, air, dan bahan untuk analisis kimia, yaitu uji proksimat dan total gula metode
Luff-Schoorl. Alat-alat yang digunakan antara lain pisau, talenan, wadah baskom, sodet, wajan
penggorengan, saringan, seamer, kompor gas, dan blender, serta alat-alat gelas yang dibutuhkan untuk analisis fisik dan kimia, diantaranya labu Bidwell-Sterling, labu didih, alat destilasi lengkap
dengan kondensor, pemanas berjaket hot plate, neraca analitik, oven, vakum evaporator, sentrifuse, dan spektrofotometer.
4.2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini terdiri dari5 tahap, yaitu mempelajari karakteristik IRTP minuman temulawak instan, perbaikan formula dan proses minuman temulawak instan, karakteristik kimia produk
minuman temulawak instan, sertifikasi produk minuman temulawak instan skala rumah tangga, dan analisis kelayakan usaha. Tahapan awal bertujuan mengetahui keadaan dan kondisi Industri
Rumah Tangga Desa Benteng yang selanjutnya dilakukan perbaikan oleh peneliti, yaitu tahap perbaikan formula dan proses guna memperoleh formula standard. Selain itu, dilakukan penetapan
Standard Operating Procedure SOP oleh peneliti untuk IRTP minuman temulawak instan sebagai tahap lanjut perbaikan formula dan proses produksi. Tahap selanjutnya produk yang telah
standard dianalisis karakteristik kimia produk menggunakan analisis proksimat. Tahap selanjutnya adalah sertifikasi produk minuman temulawak instan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor.
Tahap akhir, dilakukan analisis kelayakan usaha dalam skala rumah tangga untuk melihat apakah usaha tersebut layak untuk dijalankan atau tidak.
4.2.1. Mempelajari Karakteristik Formula pada Industri Rumah Tangga
Pangan Minuman Temulawak Instan di Desa Benteng, Ciampea, Bogor
Formula yang menjadi objek penelitian adalah formula minuman temulawak instan produksi Industri Rumah Tangga IRT temulawak instan yang berlokasi di Desa Benteng,
Ciampe, Bogor. Pengusaha industri ini adalah Ibu Cicih Sri Lestari yang telah menjalankan usaha selama 3 tahun.
Formula temulawak instan produksi IRT milik Ibu Cicih menghasilkan karakteristik minuman temulawak, antara lain memiliki aftertaste pahit, warna kuning keruh yang pekat, dan
aroma temulawak yang sangat menyengat. Selain itu, formula yang digunakan masih belum memiliki standard baik bahan baku maupun proses produksi. Selain itu, produk yang dimiliki IRT
ini masih belum memiliki nomor P-IRT, ruang produksi yang belum sesuai dengan CPPB Cara Produksi Pangan yang Baik, serta label dan kemasan yang masih belum sesuai dengan tata cara
pelabelan. Hal tersebut merupakan kekurangan dari formula temulawak instan produksi IRT milik Ibu Cicih dan menjadi kendala bagi IRT tersebut. Kendala lainnya yang dihadapi adalah konsumen
tidak menyukai rasa minuman temulawak yang terlalu pahit dan karakteristik produk yang dihasilkan tidak konsisten. Tujuan kegiatan ini adalah sebagai pencapaian dalam penerapan
13
standardisasi formula, aspek legal, dan penyesuaian dengan CPPB agar menjadi produk industri rumah tangga yang lebih berkualitas dan memiliki jangkauan pasar yang lebih luas.
4.2.2. Perbaikan Formula dan Proses Pembuatan Minuman Temulawak
Instan
Kegiatan ini bertujuan mendapatkan formula terbaik yang optimum secara fisik dan organoleptik. Secara fisik diuji melalui analisis warna menggunakan Chromameter dan waktu
rehidrasi. Selanjutnya, diujikan melalui uji organoleptik. Tahap ini dilakukan guna penentuan Standard Operating Procedure SOP untuk peralatan, cara produksi, bahan baku, dan karyawan.
4.2.2.1. Pembuatan Minuman Temulawak Instan
Pembuatan minuman temulawak instan diawali dengan menyiapkan beberapa bahan, seperti temulawak segar, gula pasir, garam, daun pandan, dan air. Ada tiga formula yang
digunakan dalam pembuatan minuman temulawak instan. Ketiga formula dibedakan dari rasio gula pasir dan temulawak segar yang digunakan. Selain itu, dilakukan perhitungan rendemen
dengan skala produksi 750 gram. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Formula minuman temulawak instan
Bahan Formula I
Formula II Formula III
1:1,5 1:1 1:2
Temulawak 300 g
375 g 250 g
Gula pasir 450 g
375 g 500 g
Garam 1 g
1 g 1 g
Air 300 ml 300
ml 300 ml
Daun pandan 3 lembar
3 lembar 3 lembar
Perbedaan ini didasarkan pada karakteristik temulawak instan yang paling menonjol, yaitu rasa pahit yang terasa di pangkal lidah setelah meminum minuman ini. Rasa pahit ini disebabkan
oleh komponen kurkumin yang terkandung dalam temulawak Afifah 2003. Diagram alir proses pembuatan minuman temulawak instan ditunjukkan oleh Gambar 5.
14
Gambar 5. Diagram alir pembuatan minuman temulawak instan Pertama-tama, rimpang temulawak segar dibersihkan. Pembersihan dilakukan dengan cara
menggosok kulit rimpang temulawak menggunakan tangan dibawah air mengalir. Tujuan pembersihan ini adalah untuk menghilangkan kotoran tanah yang menempel pada kulit temulawak.
Setelah itu, temulawak diiris kemudian dihancurkan menggunakan blender dengan bantuan pelarut air. Setelah dihancurkan, diperoleh bubur temulawak. Bubur temulawak kemudian disaring untuk
memisahkan sari dan ampas temulawak.Sari temulawak yang dihasilkan diendapkan lalu dipanaskan bersamaan dengan daun pandan menggunakan api sedang. Setelah volume sari
temulawak berkurang menjadi ¼ bagian awal, selanjutnya ditambahkan gula pasir dan garamdapur. Pemanasan dan pengadukan dilakukan secara kontinyu. Selama pemanasan, air
menguap sehingga sari temulawak pekat dan kental. Setelah itu, api dikecilkan dan pengadukan terus dilakukan. Proses ini menghasilkan pembentukan kristal temulawak. Setelah terbentuk kristal
seluruhnya, serbuk temulawak kemudian diayak dengan ukuran ayakan 80 mesh. Serbuk yang tidak lolos ayak, dihancurkan kembali menggunakan blender, lalu diayak kembali menggunakan
Gula pasir, garam, daun pandan
Air Temulawak
Sortasi
Penghancuran blender
Pengirisan Pencucian
Penimbangan
Pengendapan Pemanasan disertai
pengadukan Pendinginan disertai pengadukan
Pembentukan kristal
Pengayakan Pengecilan ukuran kristal
Minuman Temulawak Instan
Pengemasan
15
ayakan dengan ukuran mesh yang sama. Setelah itu, temulawak instan dikemas dan siap dipasarkan.
4.2.2.2. Pengamatan Formula Minuman Temulawak Instan
Pengamatan formula dilakukan pada ketiga formula. Pengamatn ini bertujuan untuk memperoleh formula yang terbaik. Pengamatan formula, antara lain :
a. Uji organoleptik rating hedonik Meilgaard et al. 1999
b. Rendemen Andarwulan et al. 2011
c. Waktu rehidrasi Khopkar 2008
d. Analisis warna metode chromameter AOAC 1995
e. Uji bagian tak larut air AOAC 1995
4.2.2.3. Penentuan Formula Terbaik
Berdasarkan tahap pengamatan, maka akan dipilih satu formula dari ketiga formula, yaitu formula I, II, dan III untuk menjadi formula standard yang akan melalui tahapan lanjut, yaitu
analisis kimia dan aplikasi formula pada IRTP minuman temulawak instan.
4.2.2.4. Penentuan Standard Operating Procedure SOP
Pembuatan Standard Operating Procedure SOP ini bertujuan agar IRTP dapat menghasilkan produk yang berkualitas, aman bagi kesehatan konsumen, layak dikonsumsi, serta
ukuran produk seragam dan konsisten.
4.2.3. Karakteristik Kimia Produk Minuman Temulawak Instan
Tahap ini dilakukan untuk menguji formula yang terpilih pada tahap proses formulasi. Pengamatan yang dilakukan, meliputi analisis kimia proksimat. Analisis proksimat terdiri dari
analisis kadar air metode oven AOAC 1995, kadar abu metode oven AOAC 1995, kadar lemak metode ekstraksi soxhlet AOAC 1995, kadar protein metode Kjeldahl AOAC 1995, dan kadar
karbohidrat menggunakan metode by difference.
4.2.4. Sertifikasi Produk Minuman Temulawak Instan dalam Skala Rumah