Jenis – Jenis Eksternalitas Negative Externalities and Optimal Extraction of Iron Sand Mining at Tasikmalaya Regency

22 Pencemar akan berfikir untuk mengurangi kewajiban pajak mereka, sehingga biaya kerusakan lingkungan dibebankan kepada masyarakat. Ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 2 dan diasumsikan biaya pencemaran telah ditentukan. Analisis ini membutuhkan informasi substansial mengenai prosedur pengurangan abatement dan teknologi yang dipakai. Marginal damage cost S adalah representasi dari beban yang ditanggung oleh masyarakat. Marginal control cost MC’ adalah atribut yang dilakukan pencemar untuk mengurangi pencemaran. Pada jumlah produksi yang optimumdengan mempertimbangkan pajak tingkat produksi akan berkurang menuju keseimbangan jumlah produksi baru yang lebih kecil, karena biaya produksi mengalami peningkatan dengan penetapan pajak sejumlah tertentu. tepat untuk mengatasi masalah lingkungan, karena akan mengubah prilaku pencemar secara tidak langsung untuk menaati peraturan pengelolaan limbahnya. Akibatnya jumlah o utput perusahaan tidak lagi pada tingkat yang mengeluarkan eksternalitas terlalu tinggi, dibandingkan output yang ada dipasar market equilibrium . Solusi berbasis insentif diusulkan oleh Pigou, yang menyarankan pemberlakuan pajak pada entitas yang membuat eksternalitas Kahn 1998. Pengendalian produksi dengan sistem pajak merupakan perilaku respon terhadap adanya eksternalitas. Pengendalian produksi dilakukan dengan memperhitungkan biaya lingkungan dan menerapkan kepastian hak. Pengaturan produksi seharusnya dirumuskan, ditetapkan dan diimplementasikan secara bersama-sama oleh para pihak. Situasi ini akan mendorong tumbuh dan berkembangnya komitmen untuk tidak melakukan eksploitasi berlebihan Suhaeri 2005. Gambar 2 Eksternalitas dengan pajak Sumber : Kahn 1998 23 Kebijakan pemerintah menetapkan tax, sebagai unit yang dibebankan terhadap polusi yang dibuat pencemar, menyebabkan pencemar akan mengurangi emisi dengan mengurangi jumlah produksi mereka dari x 1 ke x 2 . Dana yang dipungut dari pajak tersebut, dapat dimanfaatkan pemerintah untuk memperbaiki kondisi lingkungan. Pajak pencemaran ini berdasarkan atas prinsip pembayaran oleh pencemar Kahn 1998.

2.7 Tinjauan Penelitian Sejenis Terdahulu

Penelitian mengenai eksternalitas dan laju ekstraksi optimal pada sumberdaya pertambangan pasir besi masih jarang ditemukan.Beberapa penelitian mengenai eksternalitas memang pernah dilakukan oleh peneliti–peneliti sebelumnya. Syaefuddin 2010 menghitung dampak pengangkutan batu bara melalui jalur sungai di Sungai Barito Kalimantan Selatan. Pengangkutan batubara melalui sungai menggunakan perahu tongkang melalui jalur Sungai Barito di wilayah Kabupaten Batola, ditengarai merusak ekosistem perairan, menimbulkan masalah sosial ekonomi dan pencemaran lingkungan serta memperparah abrasi di perairan sungai tersebut. Penelitian ini menggunakan metode valuasi ekonomi Damage Cost Analysis . Dalam penelitian ini dampak yang ditimbulkan oleh adanya tansportasi tongkang batubara yaitu penurunan jumlah tangkapan nelayan jaring insang hanyut yang berakibat pada penurunan pendapatan nelayan. Jumlah keramba dan KJA dari tahun 2007 sampai 2008 mengalami penurunan yang drastis. Jumlah Produksi keramba turun sebesar 86 dan produksi KJA turun sebesar 73. Kecelakaan berdampak pada besarnya kerugian material, seperti kerusakan dermaga dan perahu. Kerugian immaterial agak sulit dihitung, karena terkait dengan emosi dan perasaan manusia. Kerugian immaterial terutama terkait dengan kehilangan jiwa. Dalam penelitian ini kehilangan jiwa, dampak berupa perasaan kehilangan, tertekan,sedih dan sebagainya tidak dinilai karena masih sulit diterapkan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perhubungan Barito Kuala tahun 2009, diperoleh jumlah keluar masuk tongkang batubara menunjukkan bahwa total batubara yang diangkutkeluar selama tahun 2009, baik melalui Rute Banjarmasin-Kelanis maupun Banjarmasin-Teweh sebesar 36.344.000 ton. Menggunakan dasar perhitungan tahun 2009 diperoleh nilai total kerugian akibat 24 pengangkutan batubara adalah Rp. 5.516.800.000. Nilai total tersebut terdiri dari kerugian pada sektor perikanan Rp. 5.335.800.000 dan kerugian karena kecelakaan Rp. 181.000.000. Nilai ini dikaitkan dengan jumlah batubara yang diangkut, yang jumlahnya mencapai 36.344.000 ton per tahun maka dapat ditetapkan nilai kompensasi sebesar Rp. 152 seratus lima puluh dua rupiah per ton batubara. Noviana 2011 meneliti tentang dampak penambangan pasir besi di Kabupaten Kaur Sumatera Selatan. Tujuannya mengidentifikasi semua dampak penambangan pasir besi. Diantaranya menyebabkan menurunnya kualitas udara, disebabkan mobilisasi alat berat pada tahap pra konstruksi yang meningkatkan kadar debu dan kebisingan di areal tambang dan pemukiman masyarakat di jalan Way Hawang Sukamenanti. Kondisi wilayah penambangan yang merupakan perairan Sungai Air Numan Danau Kembar dengan luasan awal 16,02 hektar dan daratan seluas 163,34 hektar. Kegiatan penggalian akan memperluas bentuk dan struktur danau hingga meluas kira – kira menjadi sebesar 28 hektar. Hal ini sangat membahayakan warga, karena debit air juga akan mengalami perubahan struktur, sehingga ancaman terhadap kekeringan dan banjir meningkat. Aktifitas penambangan juga akan mempengaruhi struktur pantai Way Hawang. Ancaman akan meningkat khususnya pada saat air laut pasang dan gelombang besar serta tinggi, yang akan membuat bentuk pantai berubah. Kegiatan penambangan juga dipastikan akan menurunkan kualitas air tanah sumur dan kualitas air permukaan Danau Kembar serta Air Way Hawang. Pengolahan pasir besi membutuhkan banyak air untuk diolah di Magnetic Separator . Dalam proses pengolahan, selain menghasilkan pasir besi juga menghasilkan limbah. Demikian juga dengan kegiatan perawatan alat berat tambang pasir besi dipastikan menghasilkan sisa-sisa pelumas dan oli bekas. Sisa oli bekas ini yang tidak dikelola dengan baik akan mencemari danau kembar dan sumur warga, serta air laut di lingkungan tambang. Pada tahap pengangkutan hasil pemurnian pasir besi, rute jalur angkut perusahaan meliputi jalan Raya Desa Sukamenanti, Desa Way Hawang hingga Pelabuhan Linau. Jalan ini merupakan jalan negara dengan spesifikasi III A atau dapat dilalui kendaraan dengan muatan maksimal 8 ton. Kendaraan pasir besi dari awal konstruksi hingga pengangkutan 25 memiliki rata-rata beban melebihi 8 ton sehingga dipastikan akan merusak jalan. Kegiatan penambangan juga merubah tipe vegetasi seluas 46,03 hektar total dari vegetasi daratan seluas 16,02 hektar dan perairan Danau Kembar seluas 30,01 hektar kehilangan vegetasi penutup sehingga dipastikan dapat menimbulkan abrasi. Disamping itu pendapatan masyarakat dari berkebun, seperti kelapa, kelapa sawit, tanaman padi juga ikut hilang. Dampak terhadap biota air merupakan dampak tak langsung akibat kegiatan tambang pasir besi. Sumber dampak berasal dari perubahan kulitas air akibat limbah pengolahan pasir. Sumber lainnya adalah karena tirisan penumpukan pasir besi, air limbah bekas pelumas dari kegiatan bengkel. Indeks keanekaragaman Danau Kembar akan menurun dari kondisi awal 0,8 sd 2, 48 untuk plankton dan 1,90 sd 2,98 untuk biota benthos. Kondisi ini akan menurunkan jumlah ikan, udang, kepiting, yang merupakan mata pencaharian tambahan bagi masyarakat selain bertani. Parluhutan 2005 melakukan penelitian mengenai Dampak Penambangan Pasir Laut Terhadap Perikanan Rajungan di Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang. Penelitian ini bertujuan menganalisis dampak penambangan pasir laut terhadap perikanan rajungan.Uji T digunakan untuk membandingkan produksi rajungan sebelum dan setelah adanya penambangan pasir laut. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui hubungan antara produksi pasir laut dengan produksi rajungan. Aspek ekonomi dinilai dengan valuasi ekonomi melalui metode perubahan surplus produsen. Hasil penelitian menunjukan bahwa produksi rajungan menurun secara signifikan setelah adanya penambangan pasir laut. Lebar karapas dan bobot tubuh juga menurun setelah adanya penambangan pasir laut. Analisis regresi menunjukan bahwa setiap kenaikan produksi pasir laut akan menurunkan produksi rajungan. Terdapat perubahan surplus produsen sebesar Rp.10.046.625.000 setiap tahun. Penambangan pasir laut juga telah berdampak terhadap pola penangkapan nelayan rajungan.