Pengangkutan Pasir Besi Negative Externalities and Optimal Extraction of Iron Sand Mining at Tasikmalaya Regency

20 Seandainya sekarang aset adalah sumberdaya tidak terbarukan, seperti deposit mineral atau cadangan minyak dalam tanah. Beberapa aset tidak dapat diproduksi kembali, dimana jumlah cadangan sekarang tidak dapat meningkat sepanjang waktu. Keputusan menahan aset tersebut tidak akan mendapatkan hasil selama aset tersebut berada dalam tanah, yang berarti tidak produktif, berbeda dengan mesin atau peralatan, yang dapat menghasilkan aliran jasa. Oleh sebab itu komponen pertama identik dengan nilai nol. Seperti komponen kedua, dimana tidak ada padanan yang tepat pada kasus cadangan sumberdaya, dalam artian kekacauan tidak akan terjadi dari menahan aset didalam tanah. Ini sebabnyalebih baik menahan marginal unit dari aset yang ditempatkan dalam tanah daripada mengekstraksi untuk menjaga kualitas merata dari cadangan yang tersisa dari keadaan memburuk. Komponen kedua ini mencatat tingkat pengembalian yang lebih positif, daripada negatif. Jika p t adalah harga sekarang dimana sumberdaya dapat berada dalam pasar segera setelah diekstraksi dan ct adalah biaya marginal ekstraksi sumberdaya pada tahun t, maka nilai marginal dalam tanah seharusnya: π t = p t − ct, yang mewakili harga aset dari sumberdaya. Jika tingkat bunga adalah r, dan aset keseimbangan pasar mensyaratkan: Ini adalah rumus Hotelling yang terkenal, yang menyatakan bahwa harga bersih dari sumberdaya alam-harga aset sumberdaya alam-harus naik sama dengan tingkat bunga. Jika biaya marginal dari ekstraksi sumberdaya bebas dari tingkat ekstraksi dan tidak berubah sepanjang waktu, dan hal ini menghasilkan prediksi sebagai perilaku dari nilai pasa anjang wakt , yaitu: r sep u Jika fungsi diatas benar-benar dapat mewakili kenyataan, kita dapat mengamati harga sumberdaya tidak terbarukan akan meningkat sesuai tingkat bunga sebagai bagian dari biaya dalam harga yang semakin kecil dan semakin kecil sepanjang waktu dan rente kelangkaan semakin tinggi sepanjang waktu Gaudet 2007. 21

2.6 Pajak Sebagai Instrumen Ekonomi Pengelolaan

Pajak merupakan salah satu instrumen ekonomi pengelolaan lingkungan, namun bukan instrumen untuk melegalisasi pencemaran atau perusakan lingkungan. Pajak lingkungan merupakan salah satu instrumen yang berbasis pasar diantara berbagai instrumen yang tersedia. Di Indonesia, pajak lingkungan telah diatur dalam UU No 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup. Sayangnya implementasi belum banyak dilakukan sehingga pengelolaan lingkungan di Indonesia lebih mengutamakan pendekatan command- and-control Suedomo 2009. Ketika pajak digunakan sebagai alat internalisasi eksternalitas akan membuat pemerintah kehilangan ketegasan dihadapan masyarakat. Ini disebabkan kehidupan yang tenang tanpa ada gangguan dari adanya eksternalitas negatif adalah hak setiap orang, sementara bagi pasar hal ini adalah peluang untuk melakukan lobi dan transaksi. Analisis cost-benefit menjadi penting dalam hal ini, menimbang mana yang lebih penting antara tujuan dari tiap aspek yang dibahas dengan opportunity cost yang harus dikeluarkan. Misalkan antara kesehatanlingkungan dengan sisi perkembangan ekonomi dan kesejahteraan materi masyarakat. Mekanisme Pajak Pigovian bisa menjadi alternatif karena memang dianggap mampu menekan laju peningkatan biaya sosial dimasa depan sementara mekanisme pengendalian langsung bisa diterapkan jika memang sumber penerimaan negeri sudah tangguh dan mandiri Eirik dan Ronnie 1999. Pajak pada bads akan memberi insentif kepada pembangkit dampak negatif untuk mencari dan menggunakan teknologi yang dapat mengurangi dampak negatif pada lingkungan. Kelemahan utama Pajak Pigou pada barang adalah bahwa pajak ini hanya dapat dikenakan ketika proses produksi tambang masih berjalan, padahal dampak lingkungan dapat berlangsung meskipun tambang telah berhenti. Oleh karena itu, pajak Pigou hanya menangkap kerugian lingkungan yang terjadi selama proses penambangan berlangsung Suedomo 2009. Para ahli menyarankan untuk menerapkan pajak terhadap pencemaran dan kerusakan, agar tercapai kualitas lingkungan yang diharapkan. Nilai pajak harus sesuai dengan tingkat optimal sosial degradasi dan tidak mengeliminasi polusi secara menyeluruh. Menerapkan pajak kepada pencemar adalah metode paling