tinggi nilai kehilangan waktu tempuh dalam perjalanan yang dialami oleh responden.
Tabel 7 Tingkat Umur Responden Roda 2
Roda 4
Umur Rata - Rata 36
42 Umur tertua tahun
49 50
Umur termuda tahun 21
32 Jumlah Responden
56 11
Sumber : Data primer 2012
Kategori Jenis Kendaraan
Jenis pekerjaan, responden pengguna jalan cukup bervariasi penyebarannya dapat dilihat pada Tabel 8. Ini menandakan pemanfaatan jalan ini sangat vital
untuk beragam kegiatan masyarakat. Pekerjaan responden pengguna jalan di Kecamatan Cipatujah antara lain pengusaha, pedagang, PNS swasta, petani padi
sawah, penyadap kelapa, nelayan, buruh, tukang ojeg dan lain-lain. Tabel 8 Jenis Pekerjaan Responden Pengguna Jalan
Roda 2 Roda 4
Pengusaha Pedagang 1
3 6
PNS Swasta 7
4 16
PetaniPenyadap kelapa 15
22 Nelayan
11 16
Buruh 5
7 Supir T. ojeg
4 4
12 Lain - Lain
13 19
Jumlah Responden 56
11 100
Sumber : Data primer 2012
Kategori
Jenis Kendaraan
arkan hasil survei pekerjaan terbanyak adalah petani dan penyadap
endapatan dapat dilihat dari Tabel 9 berikut ini, dengan membagi pada
Berdas kelapa dengan persentase sebanyak 22, selanjutnya nelayan 16, pegawai
negeri dan pegawai swasta sebanyak 16 sedangkan supir dan tukang ojeg sebanyak 12 dan yang berprofesi sebagai pengusaha serta masing-masing
sebanyak 6. Tingkat p
tiga kelas tingkat pendapatan. Pendapatan responden sebagian besar masih kurang dari Rp.1.500.000 bulan atau bisa dikategorikan rendah. Nilai ini terutama
untuk responden pengendara sepeda motor dengan jumlah mencapai 50. Responden yang memiliki pendapatan sedang dengan nilai Rp. 1.500.000-
49
2.500.000bulan sebanyak 30. Terakhir, responden yang berpendapatan tinggi diatas 2.500.000 bulan sebanyak 19 dan didominasi oleh pengendara kendaraan
roda empat. Pendapatan yang lebih tinggi untuk pengendara kendaraan roda empat sangat lazim, karena harga dan perawatan kendaraan roda empat relatif lebih
tinggi sehingga hanya responden berpendapatan cukup tinggi yang dapat memiliki kendaraan roda empat. Responden pengendara kendaraan roda empat memiliki
rata-rata pendapatan Rp. 2.913.000bulan atau dapat dikatakan responden yang memiliki tingkat kehidupan lebih mapan, dibandingkan dengan pengendara
kendaraan roda dua dengan pendapatan Rp.1.360.000 bulan. Tabel 9 Klasifikasi Pendapatan Responden Pengguna Jalan Dalam Rupiah
Kategori Tingkat
Jenis Kendaraan Pendapatan
Roda 2 Roda 4
500000 – 1500000 Rendah
34 1500000 – 2500000
Sedang 15
5 2500000 Tinggi
7 6
Jumlah Responden 5
6 11
Sumber : Data primer 2012
5.4.2 Nelayan
Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan di PPI Pamayangsari kecamatan Cipatujah, diperoleh karakteristik sosial ekonomi
responden nelayan seperti tertera pada Tabel 10 berikut.
Tabel 10 Karakteristik Responden Nelayan Inisial Responden
Umur Tahun Pendidikan
A 27
S B
47 C
40 D
45 E
30 S
Jumlah Res MP
SD SD
SD MP
ponden 5
Sumber : Data primer 2012
nden rata-rata masih pada kisaran umur produktif, dimana umur tertua Respo
adalah 47 tahun dan termuda 27 tahun. Tingkat pendidikan responden secara umum adalahrendah, dan mayoritas berpendidikan sekolah dasar. Dari kelima
responden, responden yang berprofesi sebagai nelayan tangkap tidak memiliki pekerjaan lain selain nelayan. Hal ini disebabkan karena pekerjaan sebagai
nelayan tangkap membutuhkan waktu satu malam untuk melaut.
50
51
BAB VI POLA EKSTRAKSI AKTUAL DAN ANALISA EKONOMI
PENAMBANGAN PASIR BESI
6. 1 Pola Ekstraksi Aktual Pasir Besi Kabupaten Tasikmalaya
Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi pasir besi di Kabupaten Tasikmalaya berada di sejumlah titik, antara lain di Desa Ciheras dan Cikawungading,
Kecamatan Cipatujah, serta Desa Kalapagenep dan Cimanuk, Kecamatan Cikalong. Kegiatan eksploitasi pasir besi sebenarnya sudah ada sejak tahun 2000
di Desa Cimanuk yang hanya berupa tambang rakyat untuk memenuhi kebutuhan bahan bangunan. Baru pada tahun 2007 penambangan dengan melibatkan
perusahaan atau badan usaha mulai diizinkan. Sebagian besar pengusahaan pertambangan pasir besi di wilayah Kabupaten Tasikmalaya merupakan IUP
operasi produksi Pasir Besi yang diberikan kepada badan usaha, melalui Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Tasikmalaya.Disamping penambangan
berizin juga terdapat 44 kelompok usaha pertambangan pasir besi tanpa izin dengan luasan dibawah 1.000 m
2
, dimana setiap kelompok terdiri dari rata-rata 10 orang.
Izin penambangan pasir besi hingga saat ini telah dikeluarkan terhadap 25 perusahaan.Sebanyak 25 perusahaan tersebut tidak semuanya aktif beroperasi,
beberapa perusahaan berhenti beroperasi setelah cadangan habis walaupun izin pertambangan belum berakhir. Sebagian perusahaan hanya aktif pada beberapa
tahap penambangan, dan menyerahkan beberapa tahapan operasional lainnya kepada pihak lain. Hal ini menyalahi status izin usaha pertambangan yang
dikeluarkan dinas kabupaten. Pelanggaran tersebut seperti pada kegiatan penambangan dilakukan oleh pihak lain, namun kegiatan pengolahan dan
pencucian pasir besi dilakukan sendiri oleh perusahaan pemegang izin. 6.1.2 Tahapan Kegiatan Ekstraksi Pasir Besi
Kegiatan penambangan pasir besi memiliki beberapa tahapan, tahap persiapan, meliputi perizinan aspek legalitas, kegiatan eksplorasi, penyusunan
dokumen AMDALUKL-UPL, kajian kelayakan tambang feasibility study perekrutan personilpegawai,perencanaan tambang mine plan design. Tahap
kegiatan penambanganoperasi p meliputi mobilisasi peralatan,
pembuatan pasan
lapisan tanah pucuk d penggalian digging,
engangkutan ke stockpile dan pengolahan sorting, reduksi, pencucian dan dari lokasi
pengo
i tambang terbuka lebih mudah dalam meningkatkan produksi pasir besi.
abupaten
ba roduksi,
sarana pendukung, pembersihan lahan land clearing, pengu an tanah penutup overburden,
p pemurnian, pengangkutan hauling dari lokasi stockpile ataupun
lahan ketempat pemasaran. Tahap penutupanpasca tambang, perencanaan pengelolaan lingkungan, perencanaan kegiatan reklamasi yang meliputi
rehabilitasi, revegetasi. 6.1.3 Sistem Tata Cara Penambangan
Sistem penambangan yang digunakan dalam penambangan pasir besi di area Izin Usaha Pertambangan IUP Operasi Produksi yang ada di Kabupaten
Tasikmalaya adalah tambang terbuka Open Pit MiningSurface Mining. Pertimbangan yang mendasari adalah yaitu kondisi endapan pasir besi meliputi
penyebaran lapisan endapan yang berbentuk relatif datar karena ciri khas dari sifat pengendapan mineral tersebut yang berupa endapan placer. Biaya produksi untuk
operasional tambang terbuka relatif lebih murah namun memiliki dampak lingkungan yang lebih besar dibandingkan tambang bawah tanah. Dari segi
teknolog Penambangan terbuka ini dilakukan dengan sistem gali digging dan menimbun
bekas galian back filling pada area bekas bukaan tambang untuk mengurangi penyempitan area. Pengupasan lapisan tanah penutup, baik top soil, overburden
maupun interburden dilakukan secara bertahap dan dibuang pada disposal area atau ditimbun kembali pada area yang sudah digali.
6.1.4 Tahapan Kegiatan Penambangan a.
Persiapan
Kegiatan ini merupakan kegiatan tambahan yang bertujuan mendukung kelancaran kegiatan penambangan. Pada dasarnya pemegang IUP di K
Tasikmalaya melakukan aktivitas pembangunan sarana dan prasarana seperti jalan tam
ng dan stockpile penampungan sementara hasil konsentrat pasir besi. Kegiatan penambangan endapan pasir besi pada area IUP dimulai dari satu front
penambangan pada setiap pit dan dilanjutkan ke pit yang lain pada setiap blok penambangan.
52
b. Pembersihan Lahan
Land Clearing
Pembersihan lapangan
land clearing dimaksudkan untuk membersihkan daerah yang akan ditambang dari semak-semak, pepohonan dan tanah maupun
bongkah-bongkah batu yang menghalangi pekerjaan-pekerjaan selanjutnya. Pembersihan lapangan ini dapat dilakukan menggunakan tenaga manusia dengan
menggunaan peralatan manual seperti kapak, gergaji, cangkul dan lain-lain, maupun dengan peralatan mekanis seperti bucket wheel excavator bwe, cutting
head excavator dan penggaru ripper
nga setelah penambangan
Tanah Penutup Stripping Overburden
ngan berakhir.
c. Pengupasan Tanah Pucuk
Tanah pucuk merupakan tanah yang memiliki kandungan unsur organik yang tinggi untuk tanaman. Kegiatan pengupasan harus dilakukan dengan hati-
hati dan hasil pengupasan tanah pucuk seharusnya terpisah dengan tanah galian lainnya. Tanah pucuk yang subur humus harus ditimbun ditempat tertentu, lalu
ditanami rerumputan dan semak-semak untuk mengurangi erosi, sehingga nantinya dapat digunakan lagi untuk reklamasi lahan bekas tambang. Tanah pucuk
biasanya disebarkan kembali setelah pit ditimbun dengan tanah penutup. Keadaan aktual beberapa perusahaan penambangan pasir besi tidak memperlakukan tanah
pucuk sebagaimana mestinya. Tanah pucuk ditumpuk dibiarkan saja tanpa ditanami kacang-kacangan atau tanaman penutup, sehingga sebagian tererosi pada
saat hujan dan menyebabkan kandungan unsur haranya diperkirakan juga banyak yang hanyut saat hujan. Pada akhirnya saat blok penambangan telah selesai
ditambang, menyebabkan kekurangan tanah penutup dan tanah pucuk. Kondisi ini menyebabkan sebagian lubang dibiarkan menga
berakhir.
d. Pengupasan
Pengupasan tanah penutup stripping overburden dilakukan pada bawah lereng dengan arah ke lereng yang lebih dalam sampai batas lapisan pasir besi
dengan mengikuti kontur daerah penambangan. Penggalian tanah penutup ini dilakukan tergantung kedalaman sumberdaya pasir besi. Rata-rata kedalaman
tanah penutup hanya sampai 2 meter. Setelah dikupas tanah pucuk dipindah kelokasi yang tidak mengandung pasir besi untuk dijadikan material backfilling
setelah penamba
53
Gambar 5 Proses penambangan pasir besi yang menyebabkan eksternalitas
e. Proses Penambangan Pasir Besi
Idealnya lokasi aktivitas penambangan dan pengolahan dilakukan berada jauh dari sempadan pantai sungai serta pemukiman penduduk. Aktivitas
penambangan pasir besi dilakukan secara mekanis menggunakan alat berat berupa excavator
. Pada dasarnya cara penambangan yang berwawasan lingkungan good kaidah konservasi.
Salah satunya pola penambangan seharusnya dilakukan pada gumuk pasir yang berada dibelakang garis pesisir
mining practice , hasuslah efisien dan mengikuti kaidah –
back dune yang memiliki lebar 200-400 meter,
sedangkan diarea front dune yang mengarah kelaut dibiarkan tidak dilakukan penambangan karena akan merusak lingkungan.Kegiatan penambangan
seharusnya juga tidak dilakukan pada area konservasi. Ilustrasi penambangan yang tidak mengikuti kaidah konservasi terutama pada daerah sempadan pantai
dapat dilihat pada Gambar 6.
54
Gambar 6 Ilustrasi kondisi gumuk pasir penambangan pasir besi Kabupaten Tasikmalaya
Pada Gambar 6 bagian atas adalah kondisi stabil, jika ditambang akan merubah struktur pantai menjadi Gambar 6 bagian bawah. Akibatnya kerusakan
dapat berupa abrasi dan hilangnya fungsi sempadan pantai sebagai penahan abrasi. Hal ini juga sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku bahwa area
pantai yang berjarak 100 meter dari titik pasang tertinggi harus dicadangkan untuk kegiatan konservasi. Tetapi kenyataannya pada saat penelitian kegiatan
penambangan dan proses pencucian material pasir besi hanya beberapa meter dari bibi
ya i
n keselamatan daerah pantai Kabupaten Tasik
ed 0,8 m3 atau kapasitas munjung 1,2 m3.
r pantai, selain menyalahi aturan yang berlaku, kenyataan ini sangat berbaha bag kelestarian ekosistem perikanan da
malaya yang rawan terjadi gelombang tsunami.
f. Penanganan Material
Material Handling
Penanganan materian merupakan satuan operasi yang tercakup dalam penggalian atau pemindahan tanahbatuan selama penambangan. Pada siklus
operasi penambangan, terdapat dua operasi utama yaitu pemuatan loading dan pengangkutantransportasi Hauling. Penanganan material pada tambang sangat
tergantung pada pemilihan dan jenis alat pemuatan dan pengangkutan yang akan digunakan. Pemuatan Loading merupakan kegiatan atau pekerjaan yang
dilakukan untuk mengambil dan memuat material ke dalam alat angkut, atau ke suatu tempat penampungan material stockpile ataupun ke dalam suatu alat
pengatur aliran material hopper, bin, feeder. Alat muat yang dipakai backhoe dengan kapasitas bucket Heap
55