Analisis Laju Ekstraksi Optimal Pasir Besi Tanpa Dan Dengan Adanya Eksternalitas Negatif

5.2.2 Pendidikan

Dibidang pendidikan, institusi pendidikan yang berada di Kecamatan Cipatujah terdiri dari jenjang TK hingga SMAyang baru beberapa tahun terakhir berdiri dipusat kecamatan. Pendidikan lain yang terselenggara adalah sekolah diniyah untuk anak sekolah dasar. Sarana pendidikan di Kecamatan Cipatujah yaitu terdapat empat SD negeri, satu MI, dan satu SMP, satu SMA. Sarana pendidikan tersebut adalah SDN Ciheras, SDN Datarkihiang, SDN Cisanggar, SDN Cipari, MI Al-Hasanah, dan SMPN 3 Cipatujah dan SMA Kecamatan Cipatujah. Keberadaan sarana pendidikan tersebut sangat minim, sehingga menyebabkan banyak penduduk Kecamatan Cipatujah yang tidak bisa melanjutkan sekolah, kecuali bagi penduduk yang memiliki kemampuan untuk bersekolah diluar kecamatan. Hal ini tergambar dengan tingkat pendidikan Kecamatan Cipatujah pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5 Tingkat Pendidikan Penduduk Kecamatan Cipatujah Tingkat Pendidikan Formal Jumlah jiwa Tidak Tamat SD 28635 46 SD dan SMP 31224 51 SLTA Aliyah 1374 2 Perguruan Tinggi 398 1 Jumlah 61631 100 Sumber : Kecamatan Cipatujah Dalam Angka 2011 Sebanyak 46 penduduk tidak dapat menamatkan pendidikan dasar, dan 51 penduduk hanya menamatkan pendidikan dasar dan SMP. Bahkan penduduk yang berhasil menamatkan pendidikan hingga jenjang SLTA dan perguruan tinggi masing-masing hanya sekitar 2 dan 1. Keadaan ini mengindikasikan bahwa sektor pendidikan perlu mendapat perhatian lebih dari semua pihak. 5.3 Gambaran Umum Kegiatan Penambangan Kecamatan Cipatujah 5.3.1 Morfologi Bebatuan Pembentuk Pasir Besi di Lokasi Penelitian Endapan pasir yang terdapat didaerah Kabupaten Tasikmalaya adalah endapan Placer Mekanisa dengan mineral utama adalah magnetic Fe3O4, Hematite Fe2O3, dan Ilmenit FeTiO3. Batuan asal dari endapan ini diperkirakan adalah batuan andesit dan breccia yang terdapat dipegunungan- 42 pegunungan sebelah utara Pantai Selatan Pulau Jawa. Andesit ini merupakan batuan beku dari lelehan magma diorite yang umumnya berwarna kelabu. Akibat proses pelapukan dan erosi, maka batuan andesit tersebut akan lapuk dan hancur, kemudian dibawa kearah pantai melalui aliran sungai. Selama ditransformasikan juga terjadi proses pemisahan antara mineral berat dan mineral ringan. Daerah ini mempunyai topografi dengan elevasi berkisar 0-25 meter diatas permukaan laut. Arus laut yang kuat menyebabkan mineral-mineral tersebut akan terhempas kepantai dan terakumulasi membentuk endapan pasir besi. 5.3.2Institusional Penambangan Pasir Besi Penambangan pasir besi sebenarnya telah dimulai semenjak awal tahun 2000an. Pada awalnya penambangan hanya bersifat tambang rakyat dan sekedar memenuhi permintaan bahan bangunan. Kondisi ini berubah, dan puncaknya pada tahun 2011 isu penambangan pasir besi di Kabupaten Tasikmalaya sudah menjadi isu nasional akibat dari kerusakan lingkungan dan kerusakan infrastruktur jalan. Beberapa permasalahan mencuat akibat kegiatan penambangan pasir besi. Turunnya daya dukung lingkungan akibat rendahnya kesadaran pengelolaan lingkungan. Hal ini tercermin pada kegiatan reklamasi dan rehabilitasi lahan bekas tambang belum dilakukan secara optimal dan tidak memperhatikan ketentuan yang tertuang dalam dokumen lingkungan AMDALUKL – UPL. Pada tahapan penambangan banyak kegiatan penambangan yang dilakukan di kawasan yang tidak diperbolehkan kawasan lindung seperti sempadan pantai dan sungai. Praktek seperti ini sangat tidak sesuai dengan kaidah-kaidah penambangan yang baik dan benar. Sistem pengangkutan dengan memanfaatkan jalan umum, juga menyebabkan terjadinya kerusakan infrastruktur jalan akibat pengangkutan hasil tambang yang melebihi batas tonase angkutan yang diperbolehkan. Secara administrasi para pemegang IUP operasi produksi tidak menyampaikan pelaporan-pelaporan dan dokumen yang diperlukan yang menjadi kewajibannya. Hal ini menyebabkan proses penambangan tidak terawasi oleh pemerintah, baik secara operasional maupun administrasi. Akibatnya banyak terjadi penyimpangan yang menyebabkan beragam tuntutan oleh masyarakat mengharapkan ditutupnya kegiatan penambangan pasir besi. Dewan perwakilan rakyat Kabupaten Tasikmalaya menanggapi permasalahan ini dengan 43 mengeluarkan surat dari Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tasikmalaya Nomor 1701600DPRD tanggal 27 Juni 2011 perihal Pernyataan Sikap DPRD Kabupaten Tasikmalaya yang mendorong Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya agar segera menertibkan kegiatan pertambangan pasir besi. Suratini isinya berkaitan dengan : • Penataan ulang proses perizinan pertambangan, kegiatan penambangan, wilayah pertambangan. • Penghentian sementara pemrosesan perizinan pertambangan mineral logam baik baru maupun perpanjangan. • Perencanaan pembangunan instalasi pengolahan dan pemurnian. • Penertiban dan penghentian kegiatan penambangan pasir besi tanpa izin Ilegal Mining. Kemudian di tingkat provinsi juga dikeluarkannya Peraturan Gubernur Nomor 31 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Pertambangan Mineral Logam Besi yang berisi : • Sebagai pengganti Peraturan Gubernur Nomor 19 Tahun 2006, yang disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan terbaru UU No. 42009, PP 22 dan 23 Tahun 2010; • Perubahan penamaan dari “pasir besi” menjadi “mineral logam besi”. • Kewajiban penyiapan instalasi pengolahan dan pemurnian; • Pelarangan kegiatan penambangan pada :sempadan pantai, sempadan sungai, lepas pantaibawah permukaan laut • Pengaturan tentang pengangkutan dan penjualan terutama yang menggunakan infrastruktur pemerintah provinsi. • Pemegang IUP wajib berperan serta melaksanakan pemeliharaan jalan provinsi, jalan kabupatenkota dan jalan desa yang dilalui. Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya berupaya melakukan pembenahan tata kelola kegiatan pertambangan pasir besi di Kabupaten Tasikmalaya. Kebijakan tersebut diantaranya menerbitkan moratorium penghentian sementara berupa penghentianpemrosesan dan penerbitan Izin Usaha Pertambangan IUP Eksplorasi dan Operasi Produksi melalui Instruksi Bupati Tasikmalaya Nomor 2 Tahun 2011 tanggal 10 Mei 2011 tentang Penangguhan Penerbitan Izin Usaha Pertambangan IUP di wilayah Kabupaten Tasikmalaya. Penghentian sementara tersebut meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengangkutan dan penjualan. Pencabutanpembatalan IUP terhadap IUP-IUP yang bermasalah baik secara 44