Kerugian Akibat Kerusakan Jalan .1 Nilai Kehilangan Waktu Tempuh

Tabel 24 Nilai Kerugian Akibat Peningkatan Konsumsi BBM Kendaraan Roda 2 Kategori 2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah Jumlah kendaraan hari 417 491 578 680 800 2.966 Kehilangan Kecepatan Kmjam 0,1 1,6 5,6 7,6 21,8 37 Total Kehilangan KM hari 0,00019 0,02664 0,34654 0,61872 5,16785 6 Konsumsi bahan bakar 28 kmliter 0,00001 0,00095 0,01238 0,02210 0,18457 Harga BBM Rp 6.000 5.500 4.700 4.500 4.500 Nilai Kerugian Hari Rp 0,0 5,2 58,2 99,4 830,5 993 Nilai Kerugiantahun x1000 Rp 6,2 937,9 12.271,8 24.680,5 242.519,7 280.416 Kerugian Riil tahun x1000 Rp 6,2 808,6 10.488,7 20.065,4 189.468,5 220.837 Sumber : Data primer diolah 2012 Tambahan waktu tempuh kendaraan hari menit 0,1 1,0 3,7 4,9 14,2 24 Asumsi pemakaian bahan bakar untuk kendaraan roda 2 adalah sebanyak 28 liter Jumlah kehilangan waktu tempuh dan kecepatan dijalan yang sama dengan analisis kehilangan waktu tempuh pada subbab sebelumnya, maka pada tahun 2007 hingga tahun 2011 total kehilangan jarak Km akibat kerusakan jalan oleh aktivitas penambangan pasir besi untuk setiap kendaraan hari adalah berturut-turut 0,00273; 0,05773; 0,39070; 0, 64993; dan 4,46081. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 25.Pemakaian bahan bakar untuk kendaraan roda 4 diasumsikan sebanyak 10 liter Km, maka sehari satu unit kendaraan roda 2 akan kehilangan bahan bakar minyak sebanyak berturut-turut dari tahun 2007-2011 adalah 0,00027; 0, 00577; 0, 03907; 0,06499; 0,44608 liter. Km, maka sehari satu unit kendaraan roda 2 akan kehilangan bahan bakar minyak sebanyak berturut-turut dari tahun 2007-2011 adalah 0,00001; 0,00095; 0,01238; 0,02210; 0,18457 liter. Jumlah kehilangan bahan bakar ini dapatdikonversi kedalam satuan rupiah harga bahan bakar minyak, sehingga selama lima tahun akan terjadi kerugian riil penambahan konsumsi BBM oleh kendaraan roda 2 senilai Rp.220 juta. Kerugian peningkatan konsumsi BBM berikutnya adalah pada kendaraan roda empat yang menggunakan akses jalan Cipatujah-Kalapagenep. Hasil pengamatan dilapangan dan analisis data diperoleh gambaran peningkatan konsumsi BBM sebagai berikut.Jumlah kendaraan roda 4 yang memanfaatkan akses jalan ruas Cipatujah-Kalapagenep mencapai 250 unit perhari. 81 Tabel 25 Nilai Kerugian Akibat Peningkatan Konsumsi BBM Kendaraan Roda 4 Kategori 2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah Jumlah kendaraan hari 221 228 221 243 250 1.163 Kehilangan Kecepatan Kmjam 0,1 1,1 3,8 5,1 14,8 25 Total Kehilangan KM hari 0,00273 0,05773 0,39070 0,64993 4,46081 6 Konsumsi bahan bakar 10 kmliter 0,00027 0,00577 0,03907 0,06499 0,44608 1 Harga BBM Rp 6.000 5.500 4.700 4.500 4.500 Nilai Kerugian Hari Rp 2 32 184 292 2.007 2.517 Nilai Kerugiantahun x1000 Rp 132 2.642 14.823 25.941 183.172 226.710 Kerugian Riil tahun x1000 Rp 132,1 2.277,8 12.669,3 21.090,0 143.103,1 179.272 umber : Data primer diolah 2012 Tambahan waktu tempuh kendaraan hari menit 2,1 3,2 6,2 7,6 18,1 37 S Jumlah kehilangan bahan bakar ini jika dikonversi ke dalam satuan rupiah harga bahan bakar minyak, maka selama lima tahun akan terjadi kerugian riil penambahan konsumsi BBM oleh kendaraan roda 4 senilai Rp.179 juta. Nilai ini menunjukkan bahwa terjadi perlambatan dalam berkendara menjadikan perjalanan tidak efektif dan boros BBM akibat rusaknya jalan. Perhitungan ini menunjukkan bahwa kerusakan jalan sangat mempengaruhi waktu tempuh berkendara dan peningkatan konsumsi BBM, baik kendaran roda dua maupun kendaraan roda empat. Secara kumulatif kita dapat perhatikan pada Tabel 26 berikut ini. Nilai kehilangan waktu tempuh untuk kendaraan roda dua maupun roda empat jauh lebh besar daripada kehilangan BBM. Tabel 26 Kerugian Kerusakan Jalan Akibat Penambangan Pasir Besi Tahun Nilai Kehilangan Waktu Tempuh Riil Roda 2 Rp Nilai Kehilangan BBM Riil Roda 2 Rp Nilai Kehilangan Waktu Tempuh Riil Roda ≥ 4 Rp Nilai Kehilangan BBM Riil Roda ≥ 4 Rp Nilai Kerusakan Jalan Riil Rp 2007 1.686.035,3 6.240 107.179.333 132.117 109.003.725 2008 17.714.094,8 808.562 150.414.392 2.277.809 171.214.858 2009 86.846.352,6 10.488.729 336.053.776 12.669.303 446.058.160 2010 141.488.097,6 20.065.430 447.824.248 21.089.965 630.467.740 2011 512.531.250,0 189.468.503 1.167.503.906 143.103.082 2.012.606.742 Jumlah 760.265.830,2 220.837.464 2.208.975.655 179.272.277 3.369.351.226 Sumber. Data primer sekunder diolah 2012 82 Nilai total kehilangan waktu tempuh kendaraan roda dua dan empat masing-masing sebesar Rp. 760 juta dan Rp. 2,2 milyar. Hal ini mengindikasikan bahwa jalan ruas Cipatujah-Kalapagenep sangat penting bagi pergerakan penduduk, sehingga kerusakan jalan mengakibatkan responden kehilangan pendapatan potensialnya akibat waktu tempuh lebih lama. Jika digabungkan dengan nilai peningkatan konsumsi BBM maka nilai kerusakan jalan di Kecamatan Cipatujah adalah Rp 3,369 milyar selama lima tahun dari 2007-2011. 7.3 Laju Ekstraksi Optimal Penambangan Pasir Besi 7.3.1 Laju Ekstraksi Optimal Penambangan Pasir Besi Tanpa Eksternalitas Sumberdaya non renewable menghadapi kendala stok dalam melakukan ekstraksi artinya karena tidak adanya proses regenerasi, maka pada waktu tertentu n sungai, laut dan jalan dari biaya produksi marjinal. Selama biaya eksternal tidak dimasukkan dalam pengambilan keputusan privat, maka biaya privat marginal MPClebih rendah dari biaya oportunitas produksi, dan jumlah output yang diproduksikan menjadi terlalu banyak. Berdasarkan data produksi nasional yang dikeluarkan BKPM 2010 untuk sumberdaya pasir besi di Kabupaten Tasikmalaya adalah 6.6 juta ton.Laporan dinas pertambangan dan energi kabupaten Tasikmalaya, jumlah cadangan pasir besi yang telah dikeruk selama ini adalah sebanyak 1.438.679 ton. Secara matematis jumlah pasir besi yang tersisa pada akhir tahun 2011 adalah sekitar 5,1 juta ton. Selengkapnya volume ekstraksi pasir besi dari tahun 2007 sampai tahun 011 di Kabupaten Tasikmalaya dapat dilihat pada Tabel 27. stok tersebut akan habis. Hal ini berarti bahwa pengambilan dan pengkonsumsian pada barang sumberdaya alam saat ini akan berakibat pada tidak tersedianya barang tersebut di kemudian hari.Perusahaan penambangan pasir besi mempunyai motivasi untuk mengejar keuntungan privat, bukan keuntungan sosial. Walaupun perusahaan pasir besi sadar akan akibat pencemara kegiatan produksinya, namun tidak ada dorongan keinginan untuk menanggulangi biaya ini.Tingkat keseimbangan produksi privat tidak mempertimbangkan biaya eksternal yang ditanggung oleh masyarakat karena produksi penambangan mengakibatkan air sungai tercemar dan karena efisiensi alokatif mensyaratkan manfaat marjinal sama dengan semua 2 83 Tabel 27 Jumlah Produksi Pasir Besi Tahun Jumlah Produksi Kab. Tasikmalaya Ton Jumlah Produksi Perusahaan Penambang Pasir Besi Ton 2007 1.960,5 972,9 2008 27.297 13.548,9 2009 42.154 47.627,6 2010 183.114 64.211,6 2011 1.184.173 185.069,0 Total 1.436.736 311.430,0 Sumber. Dinas ESDM Kab. Tasikmalaya 2012 Tabel 27menunjukkan jumlah produksi perusahaan penambangan pasir besi yang berada pada Kecamatan Cipatujah pada kolom ketiga.Volume ekstraksi penambangan pasir besi mengalami peningkatan dari tahun ketahun, bahkan peningkatannya melebihi dua kali lipat. Hal ini terlihat pada Kecamatan Cipatujah maupun Kabupaten Tasikmalaya secara keseluruhan. Laju ekstraksi seperti ini jika dibandingkan dengan keputusan laju ekstraksi berdasarkan formula Hotelling tentunya tidak akan menghasilkan keuntungan maksimal sepanjang waktu. Dimana Hotelling mensyaratkan bahwa laju ekstraksi menurun sepanjang waktu dan rente ekonomi meningkat sebesar tingkat bunga. Pengumpulan data perusahaan penambangan, terutama pada PT P dengan luas izin usaha pertambangan 14,6 Ha. PT Pmemiliki lama izin 2 tahun yang akan berakhir pada bulan februari 2013. PT P memiliki cadangan terbukti sekitar 300.000 ton.Jumlah tersebut hingga akhir tahun 2011 telah diekstraksi sebesar 276.000 ton. Perusahaan lainnya yang beroperasi di Kecamatan Cipatujah adalah PT R. PT R memiliki izin usaha pertambangan 12 Ha selama 3 tahun dan berakhir pada an ini dilakukan bulan agustus 2012. Perkiraan secara kasar terhadap stok perusahaan ini adalah 100.000 ton Kenyataan diatas menunjukkan bahwa proses pengambilan keputusan dalam alokasi sumberdaya pasir besi tidak berdasarkan kaidah penambangan yang optimal. Proses ekstraksi dilakukan hanya berdasarkan kemampuan teknis produksi perusahaan tanpa mempertimbangkan situasi pasar secara cermat. Oleh sebab itu agar keadaan ini tidak berlanjut, maka dalam peneliti 84 estimasi volume ekstraksi yang optimal agar keuntungan yang didapatkan menjadi maksimal. Langkah pertama adalah dengan menentukan kurva biaya total perusahaan. Kurva biaya ini didapatkan dari hasil survei terhadap lima perusahaan daftar perusahaan ada pada lampiran 1. Hasil regresi jumlah produksi Q kelima perusahaan terhadap biaya variabel VC ditambah biaya tetap FC maka fungsi total biaya TC produksi selama 5 tahun adalah : TC = 1.180.000.000 + 158.733 Q + 0,262 Q 2 ……………1 Fungsi diatas dapat digunakan dalam proses optimasi dengan kendala cadangan pasir besi menggunakan program solver excel. Harga dasar yang digunakan dalam proses optimasi adalah harga pertonase rata-rata pasir besi tahun yaitu Rp. 331.829,-. Tingkat bunga yang digunakan adalah suku bunga bank indonesia selama 5 tahun dari tahun 2007-2011 yaitu sebesar 7,4. Proses optimasi yang pertama untuk mendapat volume ekstraksi tahunan, dan net present value yang dilakukan dengan tanpa mempertimbangkan eksternalitas dengan bentuk persamaan sebagai berikut. , . . . . . , Kendala cadangan pasir besi . . ton Q Q … Q …..................2 Model maksimisasi keuntungan Hotelling dapat digunakan untuk menyelesaikan fungsi diatas, sehingga didapatkan laju ekstraksi pasir besi dengan dan tanpa mempertimbangkan eksternalitas. Laju ekstraksi pasir besi tanpa mempertimbangkan eksternalitas memiliki daur selama 27 tahun, dengan kendala jumlah cadangan awal 5,1 juta ton. Jumlah ekstraksi pada tahun 2012 adalah 282.584 ton dengan nilai penerimaan bersih sekarang adalah Rp.26.812.509.726

7.3.2 Laju Ekstraksi Optima

tersebut dengan nilai kerusakan TCeks yang terjadi selama perusahaan tersebut l Dengan Eksternalitas Memodelkan biaya eksternal dalam struktur biaya produksi perusahaan penambangan pasir besi akan mengubah keuntungan perusahaan.Untuk menentukan pola biaya eksternalitas yang disebabkan oleh penambangan pasir besi bisa dilakukan dengan meregresikan jumlah produksi Q kelima perusahaan 85 beroperasi. Hasil dari regresi dapat dilihat pada hubungan eksternalitas dengan produksi pasir besi sebagai berikut ini. TCeks = 211.000.000+7.969Q + 0,00258 Q 2 ...……..3 Biaya sosialharuslah diperhitungkanuntuk mencapai tingkat ekstraksi optimal.Kenyataan yang demikian ini seharusnya tidak menghalangi usaha masyarakat untuk memecahkan masalah kerusakan lingkungan. Eksternalitas yang alaya adalah umum ptimasi jika ekster terjadi pada produksi penambangan di Kabupaten Tasikm eksternalitas yang merusak sumber daya air sungai dan pantai serta sarana jalan . Selama ini biaya eksternalitas ini ditanggung oleh pihak yang berada di luar transaksi pasar, maka ia tidak dimasukkan dalam perhitungan biaya penambangan perusahaan. Laju ekstraksi optimal dengan eksternalitas, mengharuskan kita dapat membuat model formal untuk eksternalitas lingkungan yang bersifat negatif pada biaya penambangan pasir besi. Proses o nalitas dipertimbangkan dengan menginternalisasikan eksternalitas dengan fungsi biaya penambangan pasir besi dapat dilihat pada formula optimasi yang berubah menjadi bentuk berikut ini. , . . . , . , . . . , yaitu kerugian perikanan dan gangguan fungsi jalan. Ini menunjukkan bahwa tan biaya produksi akan mend Kendala cadangan pasir besi 5 . . ton Q Q … Q .......................4 Laju ekstraksi pasir besi dengan mempertimbangkan eksternalitas memiliki daur selama 28 tahun dengan asumsi cadangan awal 5,1 juta ton. Secara sederhana dapat kita lihat bahwa umur daur hampir sama dengan ekstraksi optimal tanpa mempertimbangkan eksternalitas, namun volume ekstraksi tahunannya lebih terdistribusi merata sepanjang tahun daripada tanpa mempertimbangkan eksternalitas. Ditambah lagi eksternalitas disini masih terbatas pada dua aspek pertimbangan eksternalitas yang berakibat peningka orong produsen agar tidak terburu-buru melakukan ekstraksi. Hasil proses optimasi adalah kuantitas ekstraksi dengan pertimbangan eksternalitas 270.221 ton pada tahun 2012 dan nilai present value Rp. 23.910.331.861 dan nilai total penerimaan bersih pada tahun 2039 adalah Rp.264.293.419.672, dengan asumsi 86 harga jual pasir besi yang dipakai adalah harga jual rata-rata, yaitu Rp. 331.829 ton dan dengan suku bunga pinjaman bank rata-rata 5 tahun adalah 7,4. ur penam Kedua optimasi diatas, memang menunjukkan bahwa umur da bangan hanya berbeda satu tahun. Perbedaan umur ini menyebabkan total penerimaan optimasi dengan mempertimbangkan eksternalitas memiliki nilai penerimaan bersih lebih kecil sekitar Rp. 26,49 milyar daripada total penerimaan bersih ekstraksi tanpa pertimbangan eksternalitas. Nilai ini menunjukkan bagian penerimaan dari perusahaan tambang yang berkurang akibat internalisasi eksternalitas negatif. 50000 100000 150000 200000 250000 300000 Ju m la h Pr o d uks i T o n Qt dengan Eks Qt tanpa Eks 20 12 20 14 20 16 20 18 20 22 24 26 28 30 32 34 20 36 20 38 20 20 20 20 20 20 20 20 Gambar 17 Laju ekstraksi optimal pasir besi dengan dan tanpa eksternalitas a lihat bahwa jalur ekstraksi tan Secara grafis dapat kit pa pertimbangan eksternalitas, sedikit lebih curam daripada dengan pertimbangan eksternalitas, sehingga sumberdaya lebih cepat dieksploitasi dan beberapa pihak yang terkena dampak negatif tidak dikompensasi. Jika kita bandingkan dengan lama izin usaha produksi yang diberikan oleh dinas energi dan sumberdaya mineral Kabupaten Tasikmalaya yang hanya berkisar 1-5 tahun. Terlihat jelas bahwa izin usaha pertambangan pasir besi tidak didasarkan pada pengelolaan sumberdaya tidak terbarukan dalam pandangan ekonomi sumberdaya dan lingkungan. Keadaan ini mendorong para pengusaha pemegang izin untuk secara besar-besaran dan secepat mungkin menghabiskan sumberdaya pasir besi yang mereka kuasai. Akibatnya kemampuan atau daya dukung lingkungan menjadi terabaikan dan banyak pihak lain yang menanggung kerugian. 87

7.4 Solusi Eksternalitas Dengan Nilai Pajak Lingkungan

Total nilai eksternalitas negatif akibat penambangan pasir besi, terutama ekster MC, kedua nilai tersebut diturunkan dari kurva biaya dan kurva eksternalitas persamaan 1 dan 3 di subbab laju ekstraksi optimal. Setelah diketahui total eksternalitas akibat pertambangan pasir besi ini, maka dapat ditentukan marginal eksternalitasnya MD dengan menurunkan nilai total eksternalitas tersebut terhadap jumlah kuantitas ekstraksi pasir besi Q, sehingga persamaan 3 menjadi MD= 7.969 + 0,00516Q………….……………..5 Nilai marginal ini akan sangat menentukan dalam menentukan berapa tingkat ekstraksi pasir besi yang optimal dengan adanya kerusakan lingkungan. nalitas yang menyebabkan kerugian yang dialami oleh nelayan dan pengguna jalan sebesar Rp. 3,6 milyar. Nilai tersebut dapat diturunkan dalam bentuk pajak yang ditarik untuk setiap tonase pasir besi yang diproduksi oleh perusahaan. Untuk menentukan tingkat pajak berdasarkan hasil survei terhadap lima perusahaan pasir besi yang beroperasi di Kecamatan Cipatujah. Survei ini telah berhasil mengestimasi nilai marginal kerusakan MD dan nilai biaya marginal perusahaan 2 00 0 0 00 0 0 0 2 0 0 00 0 1 5 0 00 0 1 0 0 00 0 50 0 0 0 1 50 0 0 00 0 0 0 1 00 0 0 00 0 0 0 50 0 0 00 0 0 0 Q E Gambar 18 Kurva eksternalitas penambangan terhadap jumlah produksi Secara grafis dapat kita lihat pada gambar diatas bahwa hubungan antara eksternalitas dengan jumlah produksi pasir besi bersifat non linear positif, sehingga dengan semakin banyak produksi semakin meningkat jumlah biaya marginal MC eksternalitas yang diakibatkannya. Dalam menentukan nilai 88 dari fungsi biaya tersebut ini harus dilakukan proses derivatif total biaya persa s kurva maan 1 terhadap quantitas ekstraksi Q. Sehingga dari proses tersebut dihasilkan nilai biaya marginal sebagai berikut : MC = 158.733+ 0,52Q………….…………………...6 Pada gambar dibawah ini dapat dilihat bahwa, biaya variabel produksi pasir besi akan meningkat dengan semakin banyak produksi pasir besi yang dihasilkan. Kurva biaya marginal ini diasumsikan adalah kurva penawaran dari pasir besi.Secara grafis kurva penawaran berslope positif, sedangkan kurva biaya marginal dengan sifat non linearnya memiliki arah kurva yang berslope negatif, sehingga kurva penawaran hanyalah kurva marginal cost yang berada diata biaya rata – rata penambangan pasir besi . 3 . 0 0 0 0 E + 1 0 2 . 5 0 0 0 E + 1 0 2 . 0 0 0 0 E + 1 0 1 . 5 0 0 0 E + 1 0 T C 1 . 0 0 0 0 E + 1 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 Q Gambar 19 Kurva total biaya terhadap jumlah produksi penambangan besi Penjumlahan persamaan 5 dan 6 maka akan didapatkan total biaya sosial marginal MSC, yaitu biaya produksi perusahaan dengan nilai marginal kerusakan eksternalitas MD dari aktivitas penambangan pasir besi. MSC = 166.702 + 0,59916Q………………………………7 Biaya sosial marginal ini dapat digunakan untuk menentukan jumlah negatif yang diakibatkannya.Sebelumnya kita harus menentukan terlebih dahulu nilai manfaat socia ekstraksi pasir besi dengan mempertimbangkan nilai eksternalitas ldaripenambangan pasir besi. Nilai manfaat sosial atau MSB dapat diestimasi dengan menurunkan fungsi penerimaan total TR penambangan pasir besi terhadap jumlah ekstraksi Q pasir besi. 89 Hasil regresi total penerimaan dengan jumlah ekstraksi pasir besi maka didapatkan fungsi total penerimaan adalah TR = 331.829 Q…………………..………………8 P semp ernalitas positif adalah nol. Kurva total penerimaan adalah seperti gambar dibawah ini. enambangan pasir besi diasumsikan berada pada pasar persaingan urna sehingga perusahaan bersifat sebagai penerima harga price taker, maka penurunan kurva total penerimaan yaitu marginal penerimaan MR adalah bersifat linear positif. Kurva MR inidapat dijadikan kurva yang mengestimasi jumlah permintaan pasir besi. MR=331.829……………………………….9 Persamaan MR dapat dijadikan sebagai kurva permintaan atau marginal sosial benefit dengan asumsi nilai marginal ekst 2 0 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0 6 . 0 0 0 0 E+ 1 0 5 . 0 0 0 0 E+ 1 0 4 . 0 0 0 0 E+ 1 0 3 . 0 0 0 0 E+ 1 0 2 . 0 0 0 0 E+ 1 0 1 . 0 0 0 0 E+ 1 0 1 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 Q t on T R R p kita dapat men nt kan b rapa ekster k menentukan jumlah ekstraksi aktual Gambar 20 Kurva total penerimaan terhadap jumlah produksi Setelah mendapatkan kurva dan persamaan-persamaan diatas e u e jumlah ekstraksi pasir besi dengan mempertimbangkan nalitas. Jumlah ekstraksi teresebut didapatkan dari penyelesaian persamaan MSB = MSC yaitu. 331.829 = 166.702 + 0,52916Q……………..……10 Hasil penyelesaian persamaan 10 diatas didapatkan jumlah ekstraksi optimal pasir besi dengan mempertimbangkan adanya eksternalitas adalah sebanyak 312.054 ton. Berikutnya untu 90 tanpa 33 tas. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahw g Tingkat pajak didapatkan dengan mensubstitusikan jumlah produksi pasir besi dengan mempertimbangkan eksternalitas ke persamaan 6 sehingga secara matematis persamaan tersebut berubah menjadi biaya marginal eksternalitas MCeks. MCeks = 158.733 + 0,52 Q………………………………12 Penyelesaian persamaan diatas didapatkan nilai MCeks adalah sebesar Rp. 322.249. Nilai pajak didapatkan dari hasil pengurangan nilai marginal eksternalitas dengan permintaan pasir besi dengan pertimbangan eksternalitas. Perlu diingat karena pasar pasir besi berada pada pasar persaingan sempurna, sehingga perusahaan berperan sebagai price taker. Akibatnya kurva permintaan pas b esar Rp. 331.829. Pajak lingkungan Etax untuk setiap tonase pasir besi dari perhitungan diatas emerintah setiap tahun. Jumlah pajak yang dapat ditarik adalah perkali s yaitu mempertimbangkan adanya eksternalitas adalah dengan menyelesaikan fungsi permintaan social MSB = MC . 1.829 = 158.733+ 0,52Q ………………………..11 Penyelesaian persamaan 11 didapatkan jumlah produksi pertahun pasir besi yang seharusnya dengan kondisi pasar persaingan sempurna saat sekarang ini adalah 330.335 ton. Dapat kita lihat bahwa jumlah produksi dengan mempertimbangkan eksternalitas lebih kecil daripada jumlah produksi tanpa mempertimbangkan eksternali a peningkatan jumlah biaya, dalam hal ini biaya eksternalitas yan diinternalisasi dalam bentuk pajak akan mendorong produsen mengurangi jumlah produksinya. ir esi adalah sama dengan slope dari penerimaan marginal yaitu seb adalah Rp. 9.579 yang didapatkan dari persamaan 13. Etax = 331.829-322.249………………………….13 Nilai tersebut, dijadikan dasar perhitungan pajak lingkungan yang dapat dikumpulkan oleh p an jumlah ekstraksi pasir besi dengan pertimbangan eksternalita 312.054 ton dengan nilai pajak lingkungan Rp.9.579. Hasilnya perkiraan penerimaan pemerintah adalah sebesar Rp. 2,98 milyar. 91 Gambar 21Kurva pergeseran produksi dengan adanya eksternalitas Secara grafis dapat dilihat pada gambar 21, dimana MB adalah manfaat marginal, Nilai Kerusakan Rp MC adalah biaya produksi perusahaan, MD adalah biaya eksternalitas atau kerusakan lingkunga biaya Perbedaan jum h eks prose ada penetapan nilai pajak dihitung pada saat sekarang maka jumlahnya tidak akan jauh berbeda. Sebagai catatan penting adalah bagaimana penetapan nilai tingkat bunga, dimana sudut n dan MSC adalah penjumlahan biaya produksi dan kerusakan lingkungan.Kompensasi akibat adanya eksternalitas yang diterjemahkan dalam bentuk pajak yang harus dibayarkan oleh produsen pasir besi kepada pihak yang menderita eksternalitas negatif. Kondisi ini menyebabkan biaya yang ditanggung perusahaan dalam proses produksi adalah senilai dengan biaya produksi privat ditambah dengan biaya kerusakan lingkungan atau biaya sosial. Hal ini menyebabkan kurva marginal cost sebagai kurva biaya produksi akan bergerak kearah kiri menjadi kurva marginal sosial yang akan menurunkan level produksi dari kondisi aktual. la traksi optimal dengan dan tanpa eksternalitas dengan dur optimasi Hotelling dengan jumlah ekstraksi dalam perkiraan nilai pajak disebabkan oleh ekstraksi optimal didasarkan pada aspek intertemporal. Dimana aspek waktu yang secara ekonomi diterjemahkan dengan penetapan tingkat bunga yang berlaku diperhitungkan. Penggunaan tingkat bunga ini tidak diterapkan dalam penghitungan pajak. Secara umum jika ekstraksi p 92 pandang perusahaan tentunya akan berbeda apakah menentukan tingkat bunga secara sosial atau privat.

7.5 Implementasi Pajak Lingkungan

Pada dasarnya berbagai pungutan dan retribusi telah diterapkan pada kegiatan penambangan pasir besi di Kabupaten Tasikmalaya. Namun berbagai macam pungutan dan retribusi tersebut belum mencakup kerusakan lingkungan yang diakomodasi dengan pajak lingkungan atau Pajak Pigou. Menurut UU 32 tahun 2008, Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan danatau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. Diantaranya yang berlaku di Kabupaten Tasik ha pertambangan eksploitasi sebesar Rp. 45.000 Ha; Iuran tetap Rp. 15000 Ha Tahu malaya untuk penambagan pasir besi adalah pungutan retribusi izin usa n; Leges Rp. 5.000; dan membayar royalti ke kas negara.Royalti adalah kewajiban yang harus dilakukan perusahaan pertambangan. Royalti harus dibayarkan sebesar 3,75 berdasarkan harga logam pada saat ekspor.Untuk tingkat desa pungutan penambangan pasir besi juga bermacam-macam dengan besaran yang berbeda-beda setiap desa. Hasil penelitian pungutan pada tingkat desa hanya mencakup kategori iuran desa, bantuan pembangunan desa, dan pada beberapa desa terdapat iurankontribusi lingkungan. Iuran kontribusi lingkungan ini mencakup pembayaran jalur jalan desa, dana bising, dana debu, kas lingkungan, bantuan keagamaan, namun belum ada iuran desa yang mencakup kompensasi kehilangan waktu tempuh dan peningkatan konsumsi BBM pengguna jalan dan kerugian nelayan. Eksternalitas negatif dalam kegiatan penambangan terhadap pihak lain diluar perusahaan dapat diatasi salah satunya dengan penerapan pajak lingkungan. Pajak lingkungan adalah ekspresi peraturan terhadap prinsip pembayar oleh poluter: dimana siapa yang melakukan pencemaran harus membayarnya. Perkiraan pajak lingkungan untuk kompensasi kerusakan jalan dan kerugian nelayan sebesar Rp. 9.579 ton pasir besi dapat dijadikan solusi nilai pungutan pajak lingkungan yang belum terakomodasi pada iuran-iuran yang telah ada di desa maupun kabupaten. Implementasi pemberian kompensasi ini tentunya tidak 93 mudah, mengingat para pengguna jalan tidak dapat diidentifikasi dengan tepat. Pada sektor perikanan jumlah nelayan yang benar-benar terpengaruh juga belum embayarkan kan metode pemberian kompensasi ada dapat dipastikan. Dilain pihak belum tentu perusahaan bersedia m enyelesai pajak tersebut, sehingga untuk m beberapa langkah yang bisa ditempuh yaitu perubahan Kelembagaan Perusahaan tentunya akan mempertimbangkan seberapa besar tambahan biaya yang harus dikeluarkan dalam bentuk pajak jika dibandingkan dengan terus meningkatkan produksi. Jika tambahan pajak tersebut lebih besar daripada tambahan manfaat yang diterima perusahaan tentunya peruahaan tidak akan meningkatkan jumlah produksinya. Diperlukan semacam aturan main yang mengikat dan disepakati bersama oleh perusahaan penambangan pasir besi dan masyarakat yang terkena dampak mengenai aturan kewajiban membayar pajak terhadap masyarakat. Peraturan ini akan menjadi penegasan akan hak masyarakat akan akses jalan umum yang baik dan kondisi perairan yang tidak tercemar. Aturan main harus diarahkan untuk mengendalikan perilaku masyarakat dan perusahaan agar tidak melakukan penambangan secara berlebihan dan ketaatan perusahaan memenuhi kewajibannya. Oleh karena itu hak kepemilikan dan pengawasan yang efektif harus dilakukan dalam mencegah kerusakan lingkungan. Perubahan institusi dengan cara menerapkan kebijakan kepemilikan yang sistematikanya memenuhi unsur-unsur hak konkrit. Aturan main ini harus diawasi dengan ketat, sehingga perusahaan tambang harus melaporkan jumlah produksi pasir besi dengan benar. Hal ini bertujuan agar nilai kompensasi tidak dimanipulasi oleh perusahaan dengan cara melaporkan hasil produksi yang lebih rendah daripada yang sebenarnya. Kegiatan penyusunan aturan main, pengawasan dan perundingan antara para pihak ini tentunya tidak akan lepas dari munculnya biaya transaksi. Keterkaitan antara biaya transaksi dengan dampak negatif penambangan pasir besi terlihat dari telah munculnya demonstrasi dari masyarakat, terutama nelayan yang menentang kegiatan penambangan pasir besi. Demonstrasi itu seringkali harus diselesaikan dengan beberapa kali perundingan dan negosiasi antara perwakilan nelayan dan perusahaan. Tentunya proses seperti ini akan membutuhkan biaya besar, apalagi kesepakatan tidak kunjung dihasilkan sehingga membutuhkan negosiasi panjang. 94

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN

8.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian analisis eksternalitas dan laju ekstraksi optimal telah di tahun. Periode ekstraksi ini ja penambangan pasir besi di Kabupaten Tasikmalaya dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Kegiatan penambangan pasir besi yang berjalan di Kecamatan Cipatujah pada beberapa tahapan tidak sesuai dengan pola penambangan yang baik. Dari segi ekonomi juga tidak sesuai dengan kaidah pola laju ekstraksi ekonomi sumberdaya yang optimal sehingga keuntungan maksimal tidak mungkin tercapai. 2. Nilai kerusakan pada prasarana jalan berdasarkan kehilangan waktu tempuh dan peningkatan konsumsi BBM selama 5 tahun dan sektor perikanan se koreksi dengan indeks harga konsumen adalah Rp. 3,6 Milyar. Nilai ini tidak terkompensasi sehingga menjadi tanggungan masyarakat dan pihak lainnya. 3. Dengan adanya eksternalitas yang disatukan kedalam biaya produksi, lama umur daur penambangan menjadi 28 tahun. Tanpa mempertimbangkan biaya eksternalitas umur daur penambangan hanya 27 uh lebih lama dibandingkan dengan izin usaha pertambangan yang secara umum berkisar 2-5 tahun. 4. Hasil perhitungan kerugian terhadap dua aspek yaitu sarana dan prasarana jalan dan kerugian disektor perikanan maka telah dihitung jumlah pajak lingkungan yang harus dibayarkan untuk setiap tonase pasir besi sebesar Rp.9.579. Masyarakat yang dirugikan akan mendapatkan nilai kompensasi sekitar Rp 2,98 milyar yang dikumpulkan melalui retribusi yang ditarik oleh pihak yang berwenang. 95

8.2 Saran

1. Kegiatan ekonomi yan ngkut barang publik seharusnya memasukkan nilai ekonomi erusakan dalam penghitungan analisis ebagai opportunity cost yang harusnya dibayarkan apabila ak k kerusakan oleh pengangkutan pasir besi terhadap emperbesar peluang terjadi abrasi pantai karena ngatur mengenai pajak lingkungan dan sistematika pemungutannya. g dalam proses produksinya menya k finansialnya s tivitasnya mengganggu kestabilan ekosistem. 2. Perkiraan nilai ekonomi kerusakan atau eksternalitas dalam penelitian ini dibatasi hanya pada dampa sarana jalan yang dimanfaatkan oleh masyarakat dan sektor perikanan. Kerusakan lain seperti menurunnya derajat kesehatan masyarakat karena debu kendaraan pengangkut pasir, mulai berdampaknya malaria akibat bekas galian pasir besi dibiarkan menganga sehingga muncul genangan air, serta dampak potensial lainnya seperti m daerah gumuk pasir penahan pantai ditambang belum diteliti. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk menghitung beberapa nilai kerusakan yang belum dapat dituangkan dalam penelitian ini. 3. Dalam Undang – Undang No 23 tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerah belum me Oleh sebab itu nilai estimasi pajak yang didapatkan dari penelitian ini memerlukan mekanisme pemungutan dan bentuk pengembaliannya kepada masyarakat yang terkena dampak lingkungan. 96