9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kegiatan Penambangan Pasir Besi 2.1.1 Sumberdaya Pasir Besi
Besi merupakan logam kedua yang paling banyak di bumi ini. Karakter dari endapan besi ini bisa berupa endapan logam yang berdiri sendiri namun seringkali
ditemukan berasosiasi dengan mineral logam lainnya. Kadang besi terdapat sebagai kandungan logam tanah residual, namun jarang yang memiliki nilai
ekonomis tinggi. Endapan besi yang ekonomis umumnya berupa Magnetite, Hematite
, Limonite dan Siderite. Kadang kala dapat berupa mineral: Pyrite, Pyrhotite
, Marcasite, dan Chamosite. Pasir besi sebagai salah satu bahan baku utama dalam industri baja dan industri alat berat lainnya di Indonesia,
keberadaannya akhir-akhir ini memiliki peranan yang sangat penting. Permintaan dari berbagai pihak meningkat cukup tajam. Berdasarkan kejadiannya endapan
besi dapat dikelompokan menjadi tiga jenis. Pertama endapan besi primer, terjadi karena proses hidrotermal, kedua endapan besi laterit terbentuk akibat proses
pelapukan, dan ketiga endapan pasir besi terbentuk karena proses rombakan dan sedimentasi secara kimia dan fisika. Beberapa jenis mineral-mineral biji besi,
magnetit adalah mineral dengan kandungan Fe paling tinggi, tetapi terdapat dalam jumlah kecil, sementara hematit merupakan mineral biji utama yang dibutuhkan
dalam industri besiBambang 2007.
2.1.2 Proses Penambangan Pasir Besi
Pasir besi merupakan mineral yang mengendap di sekitar pantai, rawa dan muara sungai, endapannya terdapat pada permukaan sampai ke kedalaman 15
meter. Proses pengambilan pasir besi dilakukan dengan cara membongkar dan mengangkut endapan ke alat pemisah yang bersifat magnet untuk memisahkan
pasir besi dari komponen ikutan non logam seperti pasir, tanah dan batuan. Proses pemisahan ini biasa disebut pekerja tambang sebagai processing magnet
separator. Magnet separator berkerja memurnikan pasir besi berdasarkan sifat logam yang dimiliki. Bahan galian yang di masukan ke dalam processing akan
terpisah menjadi 4 bagian, batu coral, air bersama pasir dan tanah ke 3 bagian ini dibuang dalam bentuk limbah cair dan padat. Pasir besi akan menempel pada
10 magnet akan diambil dan selanjutnya dengan eskalator lalu ditimbun ke
penyimpanan atau gudang. Dari gudang pasir besi stockpile akan diangkut ke loading
area di pelabuhan untuk selanjut dibawa ke tempat pembeli.
2.1.3 DampakNegatif Penambangan Pasir Besi
Dalam pandangan fisik aktivitas ekstraksi mineral logam ini terlihat sederhana, tapi tidak demikian dengan daya rusak sesungguhannya. Kerusakan
lingkungan yang diakibatkan ekstraksi pasir besi dapat dikelompokan menjadi 2 golongan, pertama kehancuran fisik, kerusakan pada fisik lingkungan yang dapat
langsung terlihat terbagi menjadi beberapa bentuk kehancuran berdasarkan tahapan aktivitas ekstraksi
4
:
a. Pengerukan Bahan Galian
Endapan pasir besi ini terdapat pada sekitar tepian pulau di sekitar muara sungai, rawa dan sempadan pantai, proses pengerukan akan membuat kawasan
lindung sempadan pantai yang biasanya dalam bentuk hutan mangrove dan cemara akan terbabat habis. Masyarakat yang melihat kondisi pantai ketika
tambang beroperasi atau pasca tambang tanpa melihat kondisi pulau sebelum tambang beroperasi, tidak akan dapat melihat perubahan ekstrem yang terjadi
pada kawasan ini. Berbeda dengan pandangan mata kepala masyarakat di sekitar tambang yang dapat membandingkan perubahan pantai sebelum dan sesudah
tambang beroperasi. Masyarakat yang melihat dengan dua kondisi berbeda ini akan menyadari bahwa sebenarnya proses pengerukan kawasan terluar pulau ini
telah menyebabkan pengurangan yang luar biasa terhadap luas pulau tempat tambang pasir besi beroperasi. Pengerukan pasir besi selain memangkas bagian
terluas pulau, secara fisik juga merubah bentang alam kawasan rawa dan hutan mangrove serta habitat dan tempat pemijahan ikan, kepiting dan udang.
b. Pemisahan Pasir Besi
Pemisahaan pasir besi yang menggunakan sistem magnetik yang boros air, untuk memisahkan 50.000 m3 pasir besi dibutuhkan air sebanyak 20.000 m3.
Untuk memenuhi kebutuhan air ini, perusahaan akan membendung muara sungai
4
Seperti yang dinyatakan dalam judul “ Pencemaran Lingkungan Akibat Aktifitas Pertambangan Dan UUD Tentang Pencemaran”. 2011. www.rahmatbkhant.blogspot.com
11 dan mengalihkan aliran sungai menuju lokasi proccesing melalui pipa besar atau
menggunakan pompa. Proses pembendungan sungai ini akan menyebabkan luapan air menggenangi kawasan pertanian, pemukiman dan sentra aktivitas warga
lainnya. Dampak lainnya akibat pembendungan ini adalah kerusakan ekosistem yang
tidak kasat mata tetapi akan terasa oleh nelayan sekitar. Pemusnahan masal terhadap kekayaan biodiversity yang siklus sidupnya tergolong katadromus, yaitu
jenis ikan dan arthopoda yang siklus regenerasinya membutuhkan 2 ekosistem. Ekosistem air tawar dan ekosistem air laut, seperti ikan sidat yang akan mati
setelah bertelur di gugusan terumbu karang dalam laut, dan setelah menetas anakannya akan melanjutkan siklus hidup induknya untuk tumbuh dan hidup di
ekosistem sungai. Pembendungan sungai akan membuat jenis katadromus ini tidak bisa kembali ke sungai untuk memijah.
Pada proses pemurnian pasir besi, bahan yang terambil adalah dalam bentuk butiran pasir besi dan titanium, juga silicon dan magnesium. Jumlah limbah
sebagai buangan sisa-sisa pemurnian yang dibuang tergantung dari berapa kadar pasir besi di wilayah endapan yang diambil. Misalnya wilayah Pesisir Barat
Bengkulu, dari setiap 50.000 meter persegi pasir besi, akan membuang limbah padat dalam bentuk lumpur pasir dan koral sebanyak 126.000 m3.
Deposit pasir besi dan mineral lain yang digali merupakan sedimentasi dari proses geomorfologi jutaan tahun yang lalu, pembongkaran endapan ini akan
mengakibatkan stabilitas ikatan komponen kimia yang mengendap terlepas. Proses pengambilan pasir besi oleh magnet separator tidak sepenuhnya dapat
mengambil semua pasir besi dan mineral logam lain. Senyawa kimia yang dibongkar dan terikut dalam prosesing dan bukan berunsur logam, akan terlepas
bebas ke air dan lingkungan tempat pembuangan limbah. Ikan yang hidup disungai dan pantai sekitar pembuangan limbah ini biasanya akan mati serentak
dalam jumlah yang besar, kalaupun ada yang tersisa ikannya ditemukan dalam kondisi kudisan yang memiliki benjolan disekitar badannya. Kementerian
lingkungan hidup RI sudah mencoba mengeleminir resiko dari proses ini dengan mengeluarkan permen LH no 21 tahun 2010 tentang ambang batas mutu air
pertambangan biji besi. Sayangnya peraturan ini tidak cukup menjamin
12 keselamatan ekosistem sekitar kegiatan penambangan, karena tidak menjangkau
identifikasi berbagai jenis komponen kimia yang dilepas,selain itu peraturan ini lebih bersifat pengaturan prosedural fisik.
c. Pengangkutan Pasir Besi
Dalam pengangkutan hasil produksi menuju konsumen, pengangkutan pasir besi biasanya pemanfaatan infrastruktur umum seperti jalan. Pengangkutan
dilakukan menggunakan truk – truk pasir berbobot tinggi dan cenderung melebihi kapasitas angkut dan daya dukung jalan. Hal ini menyebabkan kerusakan jalan
tidak dapat dihindarkan, akibatnya berdampak pada terganggunya fungsi jalan sebagai barang publik dalam melayani masyarakat pengguna jalan.
Jaringan jalan raya merupakan prasarana transportasi darat yang memegang peranan sangatpenting dalam sektor perhubungan, terutama untuk kesinambungan
distribusi barang dan jasa. Keberadaan jalan raya sangat diperlukan untuk menunjang laju pertumbuhan ekonomi seiring dengan meningkatnya kebutuhan
sarana transportasi yang dapat menjangkau daerah-daerah terpencil. Selain pertumbuhan ekonomi, transportasi jalan juga sering menimbulkan permasalahan
dibidang pemeliharaannya. Kenaikan volume kendaraan trailer, truk, bus, and kendaraan lainnya yang melebihi kapasitas daya angkutnya juga merupakan salah
satu faktor yang menyebabkan jalan relatif cepat rusak sebelum mencapai umur pelayanan jalan yang telah direncanakan. Peningkatan arus lalu lintas kendaraan
khususnya kendaraan berat, yang pada umumnya mengangkut bahan mentah seperti kayu dan sawit yang dilakukan oleh perusahaan – perusahaan industri
sangat berpengaruh besar terjadinya kerusakan jalan. Terlepas dari mutu komponen perkerasan dan pelaksanaan pekerjaan yang mungkin kurang baik,
faktor lain yang sangat berpengaruh dan menentukan umur perkerasan jalan adalah perbedaan antara beban rencana as kendaraan dengan beban aktual yang
melewati jalan tersebut Mudjiatko 2006. UNESCAP 2005 menyoroti pentingnya infrastruktur jalan dalam
perekonomian wilayah, jalan sebagai salah satu komponen infrastruktur berpengaruh secara signifikan terhadap iklim investasi. Jalan merupakan
penghubung antara kegiatan produksi dan distribusi, sehingga ketersediaan jaringan jalan yang baik akan sangat menentukan proses produksi dan distribusi.