EKSTERNALITAS, LAJU EKSTRAKSI OPTIMAL DAN PAJAK

menurut nelayan yang dominan adalah jenis lobster, ikan tongkol dan layur. Jenis biota ini banyak hidup dan berkembang biak ditepi pantai. Jumlah tangkapan ketiga jenis biota tersebut menurun sejak banyaknya perusahaan pasir besi yang membuang limbah ke perairan. Biota tersebut diperkirakan mengalami penurunan populasi atau bermigrasi keperairan menjauhi pantai Cipatujah. Tabel 18 Kehilangan Produktivitas Perikanan Peralat Tangkap Jumlah Produksi Kg Nilai Riil x1000 Rp Jumlah Produksi Kg Nilai Riil x1000 Rp Jumlah Produksi Ton Nilai Riil Rpx1000 Jaring Pancing Gillnet 2007 55.703,8 856.503 103.364,5 702.683 74.561,2 1.227.294 5.064 -83 -487.761 2008 42.985,9 774.024 113.622,8 740.104 146.365,5 1.830.550 -223.073 66.739 527.427 2009 47.496,8 797.585 85.271,2 654.183 106.531,0 1.436.812 -132.283 -138.902 31.520 2010 74.018,0 834.368 102.728,0 762.882 71.939,6 869.797 210.160 -4.817 -389.976 2011 5 63.388 150.726 Total Kerugian Peralat tangkap -123.722 -13.675 -168.064 Total Kerugian Perikanan -305.461 Sumb Jarin 6.667,5 719.161 111.897,2 832.470 121.572,5 1.054.415 16.410 er. Data sekunder diolah 2012 g Pancing Gillnet Tahun Kerugian Riil Rpx1000 Pada Tabel 18 kolom 8-10 tanda negatif menunjukkan telah terjadi degradasi yang merugikan sektor perikanan, sedangkan tanda positif menunjukkan sektor perikanan terapresiasi. Terjadinya apresiasi pada sektor perikanan disebabkan metode perkiraan kerugian ini sangat sederhana yang didasarkan hanya pada data produksi ikan, tanpa memperhitungkan peningkatan biaya produksi perikanan semenjak kegiatan penambangan pasir besi marak. Terlebih lagi pada tahun 2008 dan 2011 terjadinya apresiasisektor perikanan, terutama pada jenis alat tangkap pancing, dan gillnet. Apresiasi ini disebabkan pemberian bantuan armada dan alat tangkap kepada nelayan sehingga nelayan dapat lebih jauh dari daerah pantai yang sudah tercemar. Secara kumulatif sektor perikanan juta. Cipatujah mengalami kerugian riil mencapai Rp.305 7.2 Kerugian Akibat Kerusakan Jalan 7.2.1 Nilai Kehilangan Waktu Tempuh Penambangan pasir besi secara besar-besaran menggunakan alat berat seperti excavator, bulldozer dan truk-truk pengangkut pasir berukuran besar. Pada saat mobilisasi peralatan tersebut dapat menimbulkan kerusakan pada infrastruktur jalan, ditambah lagi dengan kegiatan pengangkutan hasil penambangan menggunakan jalan umum setiap hari dan terus-menerus. 73 Kerusakan infrastruktur jalan terjadi pada beberapa titik ruas jalan yang diakibatkan oleh kegiatan penjualan hasil pengangkutan pengolahan pasir besi berupa konsentrat dari aktivitas penambangan. Kegiatan pengangkutan penjualan ini juga mengganggu arus lalu lintas orang dan barang lainnya, yang menyebabkan terjadinya konflik kepentingan. Rute pengangkutan penjualan berupa hasil pengolahan pasir besi yang dilakukan adalah jalan lintas Jawa Barat Selatan Cipatujah – Cikalong – Cimerak – Parigi – Kalipucang – Cilacap. Menurut petugas bina marga di Kecamatan Cipatujah menyatakan bahwa, konstruksi ruas jalan Cipatujah ini hanya mampu menahan beban kendaraan dengan kapasitas maksimal 5 ton, padahal secara aktualnya satu rit kendaraan pengangkut konsentrat pasir besi bisa mengangkat 10-12 ton. Proses pengangkutan pasir besi inilah yang menyebabkan kerusakan infrastruktur dan gangguan fungsi jalan. Survei di lokasi terhadap responden pengguna jalan, engan sampel pada ruas jalan Jawa Barat Selatan Cipatujah-Kalapagenep, nu d me njukkan bahwa tidak ada seorang responden pun yang mengatakan bahwa kondisi jalan dalam keadaan bagus. Tabel 19 memberikan gambaran mengenai pendapat responden mengenai kondisi ruas jalan Cipatuah-Kalapagenep. Sebagian besar responden mengungkapkan bahwa kondisi jalan adalah jelek dan sangat jelek. Tabel 19 Kondisi Jalan Menurut Responden Roda 2 Roda 4 Sangat jelek 10 7 25 Jelek 39 3 63 Cukup Bagus 7 1 12 Bagus Kategori Jenis Kendaraan Jumlah Responden Org 56 11 100 b Sum er : Data primer 2012 Pada tahap awal dapat kita lihat dari Tabel19diatas,63 responden menjawab bahwa kondisi jalan jelek, sedangkan yang menjawab sangat jelek adalah 25 dan hanya 12 yang menganggap kondisi jalan cukup bagus. Ini menandakan bahwa responden setuju bahwa kondisi infrastruktur jalan dalam keadaan tidak berfungsi dengan semestinya. Jawaban responden yang mengatakan 74 jalan cukup bagus ini lebih disebabkan responden yang diambil berdomisili dan sering melalui beberapa ruas jalan yang kondisinya memang tidak rusak parah. Responden juga dimintai pendapat mengenai penyebab kerusakan jalan yang terjadi. Hasil keterangan responden dapat dilihat dari Tabel 20 berikut ini. Responden mengungkapkan bahwa kerusakan jalan disebabkan oleh aktivitas pengangkutan pasir besi, tidak dirawat dengan benar oleh pemerintah, serta faktor lain seperti cuaca dan kondisi perkerasan jalan. Sebagian besar responden, sebanyak 88 mengungkapkan bahwa kerusakan infrastruktur ini disebabkan oleh maraknya penambangan pasir besi beberapa tahun terakhir. Responden juga menyatakan bahwa tiga atau empat tahun yang lalu kondisi jalan masih bagus dan dapat dilewati dengan kecepatan tinggi. Tabel 20 Penyebab Kerusakan Jalan Menurut Responden Roda 2 Roda 4 Truk Pengangkut Pasir Besi 49 10 88 Tidak dirawat pemerintah 5 1 9 lain - lain 2 3 Jumlah Responden Org 56 11 100 Sumber : Data primer 2012 Jenis Kendaraan Kategori Hanya sebagian kecil responden, yaitu sebanyak 9 mengungkapkan bahwa kerusakan lebih dikarenakan oleh pemerintah tidak peduli dengan kondisi jalan. Menurut responden pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab tidak pernah melakukan perbaikan jalan secara sungguh-sungguh, namun hanya bersifat tambal sulam sehingga jalan mudah rusak kembali apabila dilalui oleh kendaraan berat dengan tonase tinggi. Faktor lain seperti cuaca dan konstruksi perkerasan jalan, kendaraan lain seperti truk bahan tambang lain atau kendaraan barang sebagai penyebab kerusakan hanya mendapatkan proporsi 3 dari pendapat responden. Gangguan fungsi jalan sebagai akibat aktivitas penambangan pasir kecepatan kendaraan jauh dari ketentuan yang diatur dalam manual kapasitas jalan besi juga dibuktikan dengan penurunan kinerja ruas jalan Cipatujah-Kalapagenep. Hasil wawancara dengan responden pengguna jalan terutama sepeda motor dan kendaraan roda empat menunjukkan bahwa kualitas pelayanan jalan masih jauh dari standar yang telah ditetapkan. Pencahanan terhadap 67 responden terangkum dalam Tabel 21 berikut. Pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa waktu tempuh, 75 Indonesia. Pada kategori waktu tempuh rata – rata responden kendaraan roda 2 pada awalnya sebelum maraknya kegiatan penambangan pasir besi membutuhkan waktu 14,8 menit untuk jarak tempuh 11 Km. Setelah kegiatan penambangan pasir besi mulai marak pada tahun 2007, maka pada akhir tahun 2011 harus menempuh perjalanan selama 29 menit untuk jarak yang sama. Artinya waktu tempuh setelah penambangan pasir besi bertambah selama 18 menit jika dibandingkan dengan waktu tempuh seharusnya berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia MKJI untuk kelas jalan IIIC Cipatujah - Kalapagenepyaitu 11 menit. Tabel 21 Statistik Kinerja Jalan dan Pendapatan Responden Kategori Jenis Kendaraan Roda 4 Roda 2 Waktu tempuh rata stlh pb Menit 34,1 29 Waktu tempuh seharusnya Menit 13,5 11 Waktu tempuh sblm pb Menit 18 14,8 Tambahan waktu tempuh rata2 stlh pb menit 20,566 18 Tambahan waktu tempuh rata2 sebelum pbmenit 4,5 3,8 Kecepatan rata - rata sblm pb Kmjam 31,3 44,6 Kecepatan rata - rata stlh pb Kmjam 16,5 22,8 Kecepatan standard MKJI Kmjam 50,0 60,0 Kehilangan kecepatan rata2 stlh pb Kmjam 33,5 37,2 Kehilangan kecepatan rata2 sblm pbKmjam 18,7 15,4 rak umla Ja tempuh rata2 Km 11,27 11 J h perjalanan rata2 blnKali 18 14 Jumlah Responden Org 11 56 Keterangan: pb; pasir besi Sumber. Data primer diolah 2012 Kehilangan waktu tempuh ini berkaitan dengan kehilangan kecepatan rata- rata akibat kerusakan jalan disepanjang ruas Cipatujah-Kalapagenep. Untuk kendaraan roda 2 sebelum aktivitas penambangan marak terjadi, sepeda motor responden dapat dipacu dengan kecepatan rata-rata 44,6 Kmjam. Setelah pasir besi marak semenjak tahun 2007, maka pada tahun 2011 kendaraan roda 2 milik responden hanya mampu dipacu dengan kecepatan rata-rata 22,6 Kmjam atau hampir setengahnya. Padahal untuk ruas jalan Cipatujah-Kalapagenep jika merujuk pada standar MKJI, seharusnya responden dapat memacu kendaraan hingga kecepatan 60 Kmjam. Artinya kegiatan pasir besi telah menyebabkan kehilangan kecepatan dijalan hingga mencapai 37,2 Kmjam. Kendaraan roda 4 atau lebih juga mengalami keadaan yang sama dengan kendaraan roda 2. Pada kategori waktu tempuh rata-rata responden kendaraan 76 roda 4 pada awalnya, sebelum maraknya kegiatan penambangan pasir besi membutuhkan waktu 18 menit untuk jarak tempuh 11,27 Km. Setelah kegiatan penambangan pasir besi mulai marak pada tahun 2007, maka pada akhir tahun 2011 harus menempuh perjalanan selama 34,1 menit untuk jarak yang sama. Artinya waktu tempuh setelah penambangan pasir besi bertambah selama 20,5 menit jika dibandingkan dengan waktu tempuh seharusnya berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia MKJI untuk kelas jalan IIIC Cipatujah-Kalapagenep yaitu 13,5 menit. Kehilangan waktu tempuh ini juga berkaitan dengan kehilangan kecepatan rata -rata akibat kerusakan jalan disepanjang ruas Cipatujah-Kalapagenep. Untuk kendaraan roda 4 sebelum aktivitas penambangan marak terjadi, responden dapat memacu kendaraan dengan kecepatan rata–rata 31,3 Kmjam. Setelah pasir besi marak semenjak tahun 2007, maka pada tahun 2011 kendaraan roda 4 milik responden hanya mampu dipacu dengan kecepatan rata–rata 16,5 Kmjam atau hampir setengahnya. Padahal untuk jalan Cipatujah-Kalapagenep jika merujuk pada standar MKJI, seharusnya responden dapat memacu kendaraan hingga kecepatan 50 Kmjam. Artinya kegiatan pasir besi telah menyebabkan kehilangan kecepatan dijalan hingga mencapai 33,2 Kmjam. Semua ini akibat dari kerusakan jalan kelas IIIC dengan muatan sumbu terberat 8 ton, namun dilalui oleh kendaraan pengangkut pasir besi dengan muatan 10 – 12 ton. Akibatnya setiap kat pengguna jalan harus kehilangan waktu tempuh menuju tempat tivi uk tahun 2008-2011 adala hari masyara ak tasnya. Perkiraan kerugian akibat peningkatan waktu tempuh dapat dilihat pada Tabel 22. Asumsi yang digunakan adalah keadaan sebelum penambangan pasir besi pada tahun 2006, maka distribusi kehilangan kecepatan dan peningkatan waktu tempuh pada tahun 2007-2010 dinterpolasi menggunakan basis data tahun 2006 dan 2011 perhitungan interpolasi lihat pada lampiran 12 dan 13 . Hasil pengamatan dan perhitungan volume kendaraan roda 2 mencapai 800 unit kendaraan hari melewati ruas jalan Cipatujah-Kalapagenep. Tambahan waktu tempuh akibat kerusakan jalan setelah adanya kegiatan penambangan pasir besi pada tahun 2007 adalah 0,1 menit dan berturut-turut unt h 1; 3,7; 4,9; 14,2 menit. Dengan asumsi bahwa setiap kendaraan roda dua 77 ditumpangi rata-rata 1,5 orang maka setiap sepeda motor yang melintas akan kehilangan waktu tempuh berturut–turut dari tahun 2007-2011 adalah selama 0,2; 1,5; 5,6; 7,4; dan 21,3 menit setiap harinya. Kehilangan waktu tempuh tersebut dapat dikonversi kedalam nilai rupiah, dengan acuan pendapatan rata – rata responden kendaraan roda dua perjam tahun 2011 adalah Rp.7.700. Pendapatan responden 2007-2010 diperkirakan berdasarkan tingkat perbandingan pendapatan perjam tahun 2011 dengan upah minimum kabupaten UMK tahun 2011. Hasil dari nilai perbandingan UMK terhadap pendapatan responden kendaraan roda 2 dijadikan perbandingan pendapatan tahun sebelumnya proses perbandingan lihat lampiran 14. Pertumbuhan jumlah sepeda motor di Kabupaten Tasikmalaya diasumsikan sama dengan jumlah pertumbuhan sepeda motor propinsi Jawa Barat yaitu 15 pertahun maka kita dapat mengestimasi kerugian riil akibat peningkatan waktu tempuh selama lima tahun kebelakang, hasil secara lengkap dapat dilihat dari tabel pada Tabel 22. Tabel 22 Nilai Kerugian Akibat Peningkatan Waktu Tempuh Kendaraan Roda 2 Kategori 2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah Jumlah Kendaraan hari 417 491 578 680 800 2966 Upah jam kerja Rp 5.391,0 5.580,0 6.335,0 6.964,0 7.700,0 Nilai Kerugiantahun x1000 Tambahan waktu 1.5 penumpangmotor menit Kerugian waktu tempuh kendaraan1 jam kerja Rp Tambahan waktu tempuh motor menit 586,0 853,1 2.733,5 0,2 1,5 5,6 7,4 21,3 4.325,6 4,9 14,2 0,1 1,0 3,7 13,5 139,5 23,9 35,9 Rp 1.686,0 20.548,4 101.610,2 174.030,4 656.040,0 953.915,0 Kerugian Riil tahun x1000 Rp 1.686,0 17.714,1 86.846,4 141.488,1 512.531,3 760.265,8 Sumber : Data primer diolah 2012 Terus bertambahnya jumlah sepeda motor maka akan semakin banyak waktu tempuh yang hilang dalam perjalanan pengendara sepeda motor yang elal m ui ruas Cipatujah-Kalapagenep, dimana terdapat kerusakan jalan akibat proses pengangkutan hasil tambang pasir besi. Kerugian ini akan menyebabkan meningkatnya pendapatan potensial pengguna jalan yang hilang selama perjalanan. Secara kumulatif perkiraan total kehilangan pendapatan riil selama lima tahun untuk pengendara kendaraan roda dua adalah Rp. 760 juta. 78