Perumusan Masalah Spatial Analysis of Land Use Change in Relation with The Use of Zoning Area at Gunung Halimun Salak National Park

menyebabkan terganggunya ekosistem hutan. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan Prasetyo dan Setiawan 2006 diperkirakan terjadi deforestasi kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak seluas 21.586,1 ha 25,68 pada periode 1989 – 2004. Balai TNGHS 2006 menyebutkan bahwa kerusakan ekosistem di TNGHS disebabkan oleh berbagai kegiatan antara lain kegiatan illegal dan bencana alam. Kegiatan illegal yang terjadi adalah penambangan emas tanpa ijin, penebangan liar, perburuan satwa liar dan eksploitasi flora yang bernilai ekonomi tinggi, serta perambahan hutan terkait perluasan penggunaan lahan untuk permukiman, lahan pertanian, dan kebutuhan lainnya. Data dan informasi mengenai permodelan spasial kondisi kawasan hutan, terutama perubahan penutupan lahannya merupakan hal yang penting karena diperlukan dalam pertimbangan pengambilan keputusan pengelolaan kawasan hutan. Perubahan penggunaan lahan di kawasan hutan sebagai interaksi masyarakat dengan hutan dan faktor pendorongnya harus diketahui. Perubahan penggunaan lahan dapat diprediksi secara kuantitatif dengan memasukkan faktor- faktor fisik, sosial, ekonomi dan kebijakan Munibah et al. 2010. Prediksi perubahan penggunaan lahan dapat dianalisis melalui berbagai pendekatan model, salah satunya adalah CLUE-S. Model CLUE-S ini merupakan gabungan dari pemodelan empiris, analisis spasial, dan model dinamis, serta merupakan model terpadu, secara spasial nyata, dinamis dan berdasarkan pada sosial ekonomi dan lingkungan.

1.2 Perumusan Masalah

Penunjukkan kawasan TNGHS telah menimbulkan beberapa permasalahan mendasar terkait pemanfaatan sumberdaya alam. Permasalahan ini erat kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat yang berada di dalam dan di sekitar kawasan TNGHS, dengan sumber mata pencaharian utama dari bidang pertanian. Dari Hasil studi yang dilakukan Galudra et al. 2005, didapatkan bahwa beberapa kawasan hutan yang ditunjuk sesungguhnya telah lama digunakan oleh masyarakat sebagai lahan pertanian. Masih terjadinya aktivitas ilegal pada kawasan TNGHS lebih disebabkan oleh luas kepemilikan lahan dan tingkat pendapatan masyarakat yang relatif sangat kecil. Menurut Sudarmadji 2000 dalam Widada 2004, dan hasil penelitian Suhaeri 1994, menunjukkan bahwa masih banyak perilaku masyarakat desa yang berada di dalam dan di sekitar kawasan TNGHS yang tidak sesuai dengan prinsip pengelolaan taman nasional, yaitu : 1. kegiatan Penambangan Emas Tanpa Ijin PETI; 2. kegiatan ladang berpindah dan perambahan kawasan; 3. perburuan satwa; dan 4. penebangan pohon dan pengambilan kayu bakar. Penelitian terhadap trend perubahan penggunaan lahan dan penutupan lahan yang terjadi dari tahun ke tahun telah dilakukan Cahyadi 2003, dimana didapatkan bahwa dalam kurun waktu 11 tahun 1999 – 2001, telah terjadi degradasi hutan pada koridor Gunung Halimun dan Gunung Salak seluas 347.523 Ha. Lebih lanjut dari studi yang dilakukan Prasetyo dan Setiawan 2006, menunjukkan bahwa periode tahun 1989 -2004, telah terjadi deforestasi kawasan TNGHS seluas 22 ribu hektar ± 25. Deforestasi tersebut diikuti dengan kenaikan secara konsisten semak belukar, ladang dan lahan terbangun. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat aktivitas sosial ekonomi masyarakat desa yang berada di dalam dan di sekitar kawasan TNGHS berupa kegiatan pemanenan kayu, perluasan lahan pertanian dan pembangunan perumahan. Proses kehilangan hutan pada kawasan TNGHS terbanyak terjadi pada periode tahun 2001-2003, seluas 4.367,79 hektar Prasetyo dan Setiawan 2006. Hal yang cukup memprihatinkan adalah terdapatnya laju deforestasi yang tinggi pada desa- desa yang merupakan tempat bermukim masyarakat tradisional warga kasepuhan. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan bahwa telah terjadi penurunan luas hutan secara tajam pada Desa Sirnarasa pada periode tahun 2001-2004, dan pada desa Citorek secara konsisten sejak tahun 1989. Kemungkinan hal ini berhubungan dengan adanya implementasi otonomi daerah, dimana dengan otonomi daerah tersebut tidak terdapat kepastian hukum. Disamping itu, terdapat juga anggapan bahwa budaya masyarakat tradisional tidak berpengaruh terhadap kelestarian sumberdaya alam. Berdasarkan studi literatur yang dilakukan oleh Yatap 2008 didapatkan bahwa peubah sosial ekonomi yang berpengaruh dominan terhadap perubahan penggunaan lahan dan penutupan lahan di TNGHS adalah : kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk, luas kepemilikan lahan, perluasan permukiman dan perluasan lahan pertanian Sesuai dengan rumusan masalah di atas pertanyaan penelitian pada perubahan penggunaan lahan di TNGHS adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi perubahan penggunaan lahan di TNGHS pada berbagai zona inti, rimba, pemanfaatan dan lainnya tahun 2000 - 2010 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan di TNGHS 3. Bagaimana kondisi penggunaan lahan pada berbagai zona inti, rimba, pemanfaatan dan lainnya di TNGHS di masa yang akan datang 4. Bagaimana arahan rencana penggunaan lahan di kawasan TNGHS tahun 2010 – 2026.

1.3 Tujuan Penelitian