Jenis Tanah Curah Hujan

Tabel 7 Formasi geologi kawasan TNGHS No Keterangan Luas ha Persentase 1 Abupasir dan tuf volkan intermedier 12.863 11,39 2 Abupasir volkan intermedier-basis 4.401 3,90 3 Abupasir, tuf, dan batuan volkan intermedier-basis 1.338 1,18 4 Batuan endapan dan volkan 1.279 1,13 5 Batuan volkan masam dan intermedier 3 0,00 6 Batuliat 535 0,47 7 Tuf dan batuan volkan masam intermedier dan basis 3.897 3,45 8 Tuf volkan intermedier 88.596 78,46 Jumlah 112.912 100,00 Sumber : diolah dari peta Gambar 8 Peta geologi kawasan TNGHS

4.4.3 Jenis Tanah

Berdasarkan Peta Tanah Tinjau Provinsi Jawa Barat skala 1:250.000 dari Lembaga Penelitian Tanah Bogor tahun 1966, jenis tanah di kawasan TNGHS terdiri atas asosiasi Andosol Coklat dan Regosol Coklat, asosiasi Latosol Coklat Kekuningan, asosiasi Latosol Coklat Kemerahan dengan Latosol Coklat, asosiasi Latosol Merah, Latosol Coklat Kemerahan dan Literit air tanah, komplek Latosol Kemerahan dan Litosol, asosiasi Latosol Coklat, dan Regosol Kelabu. Sebaran jenis tanah kawasan TNGHS tertera pada Tabel 8 dan Gambar 9. Tabel 8 Sebaran jenis tanah kawasan TNGHS No Keterangan Luas ha Persentase 1 Andosol Coklat Kekuningan 4.401 3,90 2 Asosiasi: Andosol Coklat dan Regosol Coklat 9.136 8,09 3 Asosiasi: Latosol Coklat dan Latosol Coklat Kekuningan 19.698 17,45 4 Asosiasi: Latosol Coklat dan Regosol Kelabu 3.727 3,30 5 Asosiasi: Latosol Coklat Kemerahan dan Latosol Coklat 48.587 43,03 6 Asosiasi: Latosol Merah, Latosol Coklat Kemerahan, Laterit 3.542 3,14 7 Kompleks: Latosol Coklat Kemerahan dan Litosol 3.897 3,45 8 Kompleks: Latosol Merah Kekuningan dan Latosol Coklat Kemerahan 3 0,00 9 Kompleks: Latosol Merah Kekuningan, Latosol Coklat, dan Podsolik Merah Kuning 1.279 1,13 10 Kompleks: Regosol Kelabu dan Litosol 1.338 1,18 11 Latosol Coklat 11.100 9,83 12 Latosol Coklat Kekuningan 5.669 5,02 13 Podsolik Merah Kekuningan 535 0,47 Jumlah 112.918 100,00 Sumber : diolah dari peta Gambar 9 Peta jenis tanah kawasan TNGHS

4.4.4 Curah Hujan

Taman Nasional Gunung Halimun Salak merupakan wilayah tangkapan air yang sangat penting bagi wilayah sekitar kawasan. Dari kawasan TNGHS mengalir beberapa sungai yang berair sepanjang tahun. Di sebelah utara mengalir tiga sungai besar, yaitu sungai Ciberang, Ciujung, dan Cidurian yang mengalir ke arah Jakarta, Serang dan berakhir di Laut Jawa. Di sebelah selatan mengalir sungai Cisukawayana, Cimaja, dan Cibareno yang bermuara di pantai Pelabuhan Ratu serta sungai Citarik di sebelah timur. Peta curah hujan di kawasan TNGHS disajikan pada Gambar 10. Gambar 10 Peta curah hujan kawasan TNGHS Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklim di daerah TNGHS dan sekitarnya tergolong tipe iklim B dengan nilai Q sebesar 24,7, yaitu tipe iklim tanpa musim kering dan tergolong ke dalam hutan hujan tropika yang selalu hijau. Adapun curah hujan rata-rata 4000 - 6000 mmtahun, musim hujan terjadi pada bulan Oktober – April dan musim kemarau berlangsung pada bulan Mei – September dengan curah hujan sekitar 200 mmbulan. Jumlah hari hujan setiap tahunnya rata-rata 203 hari. Suhu rata-rata harian 20 °C – 30 °C dan kondisi angin dipengaruhi oleh angin muson yang berubah arah menurut musim. Di sepanjang musim kemarau angin bertiup dari arah timur laut dengan kecepatan rendah. Kelembaban udara rata-rata didaerah penelitian sebesar 80. 4.4.5 Aksesibilitas Kawasan TNGHS dilalui oleh jalan dengan berbagai tipe dan sungai baik sungai besar maupun sungai musiman. Aksesibilitas menjadi salah satu variabel yang digunakan sebagai variabel penduga yang mempengaruhi penggunaan lahan di kawasan TNGHS, di antaranya : jarak ke jalan, jarak ke pusat kota, jarak ke kota terdekat dan jarak ke sungai. Jarak ke jalan, jarak ke pusat kota, jarak ke kota terdekat dan jarak ke sungai diolah menggunakan teknik multi ring buffer. Tipe jalan yang digunakan sebagai variabel adalah jalan utama, jalan arteri, kolekter dan lokal. Jarak ke jalan dibagi menjadi 8 delapan kelas, yaitu : 0-500m, 500-1.500m, 1.500-2.500m, 2.500-3.500m, 3.500-4.500m, 4.500-5.500m, 5.500-6.500m dan 6.500m. Jarak ke jalan disajikan pada Gambar 11. Gambar 11 Peta jarak ke jalan kawasan TNGHS Pusat kota yang digunakan sebagai variabel adalah ibukota kabupaten yaitu Cibinong, Pelabuanratu dan Rangkasbitung. Jarak ke pusat kota dibagi menjadi delapan kelas, yaitu : 0-5.000m, 5.000-10.000m, 10.000-15.000m, 15.000-20.000m, 20.000-25.000m, 25.000-30.000m, 30.000-35.000m dan 30.000m. Jarak ke pusat kota tertera pada Gambar 12. Gambar 12 Peta jarak ke pusat kota kawasan TNGHS Kota terdekat adalah jarak ke kota kecamatan. Jarak ke kota terdekat dibagi menjadi enam kelas, yaitu : 0-2.500m, 2.500-5.000m, 5.000- 7.500m, 7.500-10.000m, 10.000-12.500m dan 12.500m, jarak ke kota terdekat tertera pada Gambar 13. Gambar 13 Peta jarak ke kota terdekat kawasan TNGHS Sungai yang digunakan sebagai variabel adalah sungai besar yang mengalir sepanjang tahun. Jarak ke sungai dibagi menjadi delapan kelas, yaitu : 0-500m, 500-1.500m, 1.500-2.500m, 2.500-3.500m, 3.500-4.500m, 4.500-5.500m, 5.500-6.500m, dan 6.500m. Jarak ke sungai tertera pada Gambar 14. Gambar 14 Peta jarak ke sungai kawasan TNGHS

4.5 Kependudukan