Faktor Penyebab Perubahan Penggunaan Lahan Analisis Dinamika Spasial Perubahan Penggunaan Lahan

Rustiadi et al. 2009. Penutupan lahan memiliki keterkaitan dengan keadaan penampakan permukaan bumi atau apa yang ada di atas sebuah lahan, sedangkan penggunaan lahan berhubungan dengan suatu aktivitas yang dilakukan oleh manusia pada suatu bidang lahan tertentu. Lillesand dan Kiefer 1990. 2.3.1 Perubahan Penggunaan dan Penutupan Lahan Perubahan penggunaan lahan merupakan perubahan aktivitas pemanfaatan lahan yang dilakukan pada suatu wilayah dari satu bentuk ke bentuk kegiatan lainnya sebagai akibat dari adanya pertumbuhan dan transformasi struktural sosial ekonomi masyarakat yang berkembang. Perubahan penutupan lahan dapat terbagi menjadi 2 bentuk yaitu perubahan peutupan lahan menjadi kategori lain yaitu dari hutan menjadi non hutan dan perubahan penutupan lahan yang mengalami modifikasi yaitu dari hutan rapat menjadi hutan jarang FAO, 2000 dalam Phong, 2004. Perubahan penutupan lahan terdiri dari perubahan yang bersifat tetap land use dan bersifat sementara land cover. Perubahan yang bersifat tetap artinya perubahan dari satu jenis penggunaan menjadi penggunaan lahan jenis lain, sedangkan perubahan sementara artinya yang berubah hanya tutupan lahannya, jenis penggunaan lahannya tetap Lo, 1995. Verbrug et al. 2006 melakukan penelitian di kawasan lindung wilayah Filipina dan mendapatkan bahwa perubahan penggunaan lahan pada kawasan lindung merupakan ancaman utama bagi keberadaan keanekaragaman hayati. Hal ini disebabkan oleh kerusakan vegetasi didalamnya dan kegiatan peningkatan lahan pertanian diwilayah batas kawasan lindung. Penelitian terhadap trend perubahan penggunaan lahan dan penutupan lahan yang terjadi dari tahun ke tahun dilakukan oleh Cahyadi 2003, dimana didapatkan bahwa dalam kurun waktu 11 tahun tahun 1990-2001, telah terjadi degradasi hutan pada koridor Gunung Halimun dan Gunung Salak seluas 347. 523 hektar. Lebih lanjut, dari hasil studi yang dilakukan Prasetyo dan Setiawan 2006, diperkirakan bahwa pada periode tahun 1989-2004, telah terjadi deforestasi kawasan TNGHS seluas 22 ribu hektar ± 25. Deforestasi tersebut diikuti dengan kenaikan secara konsisten semak belukar, ladang dan lahan terbangun. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat aktivitas sosial ekonomi masyarakat desa yang berada di dalam dan di sekitar kawasan TNGHS berupa kegiatan pemanenan kayu, perluasan lahan pertanian dan pembangunan perumahan.

2.3.2 Faktor Penyebab Perubahan Penggunaan Lahan

Kurniawan 2012 menyatakan faktor yang mempengaruhi perubahan penutupan lahan hutan menjadi lahan pertanian di Kabupaten Sukabumi adalah kepadatan tenaga kerja pertanian, jenis tanah, formasi geologi, elevasi, lereng, curah hujan, jarak ke jalan, jarak ke pusat kota, jarak ke kota terdekat dan jarak ke sungai. Hadi 2012 melakukan penelitian tentang perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Bogor. Faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan hutan menjadi pertanian adalah formasi geologi, kemiringan lereng, jarak dari pusat kota, jarak dari jalan, jumlah sekolah dasar, jumlah rumah sakit dan jumlah puskesmas. Yatap 2008 menyatakan bahwa perubahan penutupan lahan yang terjadi di Taman Nasional Gunung Halimun Salak TNGHS dipengaruhi oleh beberapa peubah sosial ekonomi yang pengaruhnya sangat dominan yaitu kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk, luas kepemilikan lahan, perluasan permukiman dan perluasan lahan pertanian. Munibah 2008 menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan lahan hutan menjadi lahan pertanian adalah bentuklahan, kemiringan lereng, jenis tanah, curah hujan, jarak dari jalan raya dan mata pencaharian masyarakat. Hal senada juga disampaikan oleh Hesaki 2012, faktor penyebab perubahan penggunaanpenutupan lahan di area cagar biosfer Cibodas disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk, selanjutnya sumber pendapatan, kemiringan lereng, ketinggian dan jenis tanah. Faktor-faktor yang secara nyata menentukan perubahan penggunaan lahan menurut Saefulhakim et al. 1999 dengan menggunakan alat analisis multinominal logit model adalah tipe penggunaan lahan pada masa sebelumnya, status kawasan dalam kebijakan tata ruang, hak penguasaan dan kepemilikan lahan, karakteristik fisik lahan, karakteristik sosial ekonomi wilayah dan karakteristik interaksi spasial antara aktivitas sosial ekonomi internal dan eksternal suatu wilayah.

2.3.3 Analisis Dinamika Spasial Perubahan Penggunaan Lahan

Menurut Rustiadi et al. 2002 pemahaman dinamika pembangunan lahan dan analisis pemanfaatan ruang suatu wilayah membutuhkan syarat perlu necessary condition pemahaman yang lengkap tentang berbagai aspek dinamis di wilayah tersebut seperti aspek perkembangan wilayah, perubahan aktifitas perekonomian dan kondisi sosial masyarakat. Oleh karena itu diperlukan tolak ukur objektif dalam bentuk peubah-peubah yang akan dikaji untuk mengevaluasi keseluruhan dari aspek tersebut. Melalui kajian empirik, Saefulhakim et al. 1999 melakukan pengembangaan model sistem interaksi antar aktivitas sosial ekonomi dengan perubahan penggunaan lahan dengan menggunakan database Taman Nasional Kerinci Seblat, Provinsi Sumatera Barat menyimpulkan bahwa elastisitas dinamika perubahan penggunaan lahan di kawasan tersebut sangat dipengaruhi oleh karakteristik lahan, dinamika karakteristik sosial ekonomi internal dan karakteristik interaksi spasial kegiatan sosasial ekonomi. Winoto et al. 1996 menyatakan bahwa dinamika struktur penggunaan lahan dapat mengarah kepada peningkatan kesejahteraan rakyat. Arah perubahan penggunaan lahan khususnya dari penggunaan pertanian ke non pertanian secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kesejahteraan rakyat, perekonomian wilayah, dan tata ruang wilayah. Oleh karena itu perubahan penggunaan lahan akan memperlihatkan kecenderungan meningkat atau menurun dalam tata ruang dengan arah mendekati atau menjauhi pusat aktivitas manusia, sehingga membentuk suatu pola yang dapat dipelajari dan diprediksi. Dengan demikian mempelajari dan memprediksi dinamika struktur penggunaan lahan dan perubahannya terkait dengan analisis spasial sangat penting, karena penggunaan lahan mempunyai lokasi yang melekat pada posisi geografisnya.

2.3.4 Pemodelan Perubahan Penggunaan Lahan