sebagai dasar di dalam penentuan rencana pengelolaan kawasan TNGHS di masa yang akan datang. Bagan kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Bagan Alir Kerangka Pemikiran
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taman Nasional Gunung Halimun Salak
Taman Nasional TN merupakan salah satu bentuk kawasan pelestarian alam KPA selain Taman Wisata Alam TWA dan Taman Hutan Raya
TAHURA. Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya
Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Kriteria suatu wilayah dapat ditunjuk dan ditetapkan sebagai kawasan Taman Nasional meliputi: 1. memiliki sumber daya alam hayati dan ekosistem
yang khas dan unik yang masih utuh dan alami serta gejala alam yang unik; 2. memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh; 3. mempunyai luas yang
cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami; dan 4. merupakan wilayah yang dapat dibagi kedalam zona inti, zona pemanfaatan, zona
rimba, danatau zona lainnya sesuai dengan keperluan.
Tujuan pengelolaan Taman Nasional adalah untuk melindungi kawasan alami dan berpemandangan indah, secara nasional atau internasional serta
Arahan Rencana Penggunaan Lahan di Kawasan TNGHS
Perubahan penggunaan Lahan
Kesejahteraan Masyarakat
Analisis dan Model Spasial Penggunaan Lahan
Zonasi TNGHS 1. Zona Inti
2. Zona Rimba 3. Zona
Pemanfaatan 4. Lainnya
• Konservasi keanekaragaman
hayati • Pengatur tata air
• Iklim mikro • Pendidikan
• Ilmu Pengetahuan • Wisata
TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SLAK
Sosial Ekonomi Biofisik Wilayah
Prediksi dan Skenario Penggunaan Lahan
memiliki nilai penting bagi pemanfaatan ilmiah, pendidikan dan rekreasi MacKinnon et al. 1993.
Fungsi Taman Nasional adalah sebagai : 1. kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan, 2. kawasan pengawetan keragaman jenis tumbuhan dan
satwa, dan 3. Kawasan pemanfaatan secara lestari potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya Ditjen PHKA 2004.
TNGHS terletak pada dua provinsi yaitu Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten, meliputi dua kabupaten di Provinsi Jawa Barat yaitu Kabupaten
Sukabumi dan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Lebak di Provinsi Banten. TNGHS ditetapkan melauli Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.175Kpts-
II2003 tanggal 10 Juni 2003 dengan luas 113.357 hektar GHSNPMP-JICA 2007a.
Widada 2004 menyebutkan bahwa Taman Nasional secara umum memiliki peranan sebagai wahana pengembangan ilmu pengetahuan, wahana
pendidikan lingkungan, mendukung pengembangan budidaya tumbuhan dan penangkaran satwa, wahana kegiatan wisata alam, sumber plasma nutfah dan
perlindungan keanekaragaman hayati tumbuhan dan satwa, serta pelestarian ekosistem hutan sebagai pengatur tata air, iklim mikro dan sumber air bagi
masyarakat di sekitar kawasan.
TNGHS sebagai kawasan taman nasional memiliki fungsi utama sebagai sistem penyangga kehidupan, tempat perlindungan terhadap satwa langka dan
hampir punah, sebagai tempat perlindungan terhadap sumberdaya alam yang mengandung kekayaan genetis, sebagai tempat perlindungan terhadap sumber
daya air, sebagai tempat pendidikan dan penelitian, dan sebagai tempat rekreasi alam GHSNPMP-JICA 2007a.
Taman nasional memberikan manfaat secara langsung dan tidak langsung. Kelompok yang menerima manfaat langsung dari keberadaan taman nasional
adalah petani, nelayan, pelancong, dan sebagainya. Adapun kelompok yang mengambil manfaat dari keberadaan taman nasional umumnya berupa manfaat-
manfaat pilihan option benefits di masa mendatang Effendi, 1998. Lebih lanjut Effendi 1998 menyebutkan bahwa nilai ekonomi taman nasional sangat
bergantung pada preferensi, kebudayaan dan nilai etika yang sangat bervariasi tergantung dari distribusi pendapatan dan aset yang ada di masyarakat. Misalnya,
masyarakat kaya akan bersedia membayar lebih besar daripada masyarakat miskin untuk kelestarian suatu taman nasional.
Widada 2004 menyebutkan bahwa nilai manfaat ekonomi Taman Nasional Gunung Halimun Salak TNGHS berdasarkan analisis nilai ekonomi
total NET mencapai Rp 439,75 milyar per tahun, terdiri dari nilai penyerap karbon Rp 429,77 milyar 97,73, nilai ekowisata Rp 1.27 milyar 0,29, nilai
air domestik dan pertanian Rp 6,64 rnilyar 1,5, nilai pelestarian Rp 0,67 rnilyar 0,15, nilai pilihan Rp 0,76 milyar 0,17, dan nilai keberadaan
sebesar Rp 0,64 milyar 0,15. Apabila nilai penyerap karbon tidak diperhitungkan, maka NET TNGHS sebesar Rp 9,57 milyar, dengan nilai
ekonomi air domestik dan pertanian menunjukkan proporsi yang tertinggi 66,58, kemudian nilai ekowisata 12,70, nilai pilihan 7,63, nilai
pelestarian 6,70, dan nilai keberadaan 6,40. Nilai manfaat dari taman nasional tersebut tentunya tidak akan memberikan hasil yang optimal dan
berkelanjutan apabila di dalam pengelolaannya masih terdapat permasalahan, terutama terkait dengan degradasi hutan akibat perubahan penggunaan lahan.
2.2 Zonasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak